

Hantu, makhluk halus, arwah gentayangan atau bahkan dedemit. Sebuah entitas tak kasat mata yang dipercaya bahwa mereka selama ini 'hidup berdampingan' dengan dunia manusia.
Sebuah entitas yang masih dianggap tabu oleh sebagian masyarakat.
Akan tetapi, meskipun sebagian orang tidak mempercayai keberadaan makhluk-makhluk tersebut. Namun sebagian besar dari mereka setidaknya akan percaya, bahwa manusia bukanlah satu-satunya makhluk yang telah diciptakan oleh Tuhan mereka.
Serta keyakinan bahwa adanya kehidupan lain selain dunia manusia, seperti kehidupan setelah kematian hingga adanya surga dan neraka memanglah.
Meski begitu tetap saja keberadaan mengenai entitas makhluk-makhluk tak kasat mata sampai saat ini bahkan masih tetap terus dipertanyakan.
Satu hal yang pasti, bahkan bagi mereka yang tidak mempercayai keberadaan makhluk-makhluk tersebut.
Ketika mereka dihadapkan langsung pada situasi mencekam yang berada di luar nalar dan sama sekali tidak sesuai dengan apa yang mereka yakini selama ini, ada satu-satunya naluri yang akan memaksa mereka untuk mempercayainya, dan naluri itu tidak lain adalah 'Rasa takut' yang nyata.
***
Cerita ini bermula pada tahun 2004, di mana kala itu acara-acara televisi yang mengusung tema horor masih begitu banyak bermunculan dan disiarkan di stasiun-stasiun televisi nasional karena memang banyak disukai oleh masyarakat.
Salah satu dari sekian banyak acara televisi bertema horor di masa itu, ada satu nama yang cukup fenomenal.
Yaitu sebuah acara yang bertajuk 'Pemburu Hantu' yang di siarkan oleh salah satu stasiun televisi swasta kala itu.
Acara ini adalah merupakan sebuah program televisi bertema reality show, di mana isi dari acara ini adalah sebuah adegan yang menampilkan sekelompok orang yang berusaha menyelidiki dan mengusir sosok hantu atau makhluk halus yang muncul di dalam rumah, yang di mana dipercaya bahwa di dalam rumah tersebut terdapat aktivitas paranormal yang tidak dapat di jelaskan oleh nalar manusia.
Sudah menjadi hal umum bahwa acara-acara reality show semacam ini sebenarnya seringkali dibumbui oleh adegan fiktif atau setting-an yang sebenarnya tidak nyata atau tidak pernah terjadi.
Akan tetapi nyatanya, kala itu acara horor seperti ini masih begitu disukai oleh sebagian besar masyarakat. Meskipun mungkin sebagian dari mereka seringkali bertanya-tanya, apakah yang mereka saksikan di dalam layar kaca adalah kejadian nyata yang benar-benar terjadi.
Entahlah, yang jelas reaksi mereka yang menyaksikan acara ini berbeda-beda. Ada yang begitu bersemangat karena menganggap acara ini adalah nyata karena memang atmosfer horror yang di bawakan ke dalam acara ini begitu realistis.
Adapun dari mereka yang kadang tertawa karena menganggap bahwa acara ini hanyalah sandiwara belaka, meskipun pada akhirnya mereka semua tetap setia menyaksikannya.
Lalu bagi mereka yang bekerja di balik layar, mereka yang menjadi saksi atas kebenaran di balik tayangan ini.
Di antara para kru yang terlibat dalam proses syuting, mereka semua tentunya sudah tahu bahwa kebanyakan tayangan yang terjadi sepanjang acara adalah merupakan gimmick atau akting untuk keperluan syuting belaka.
Namun di balik itu semua, tetap saja ada kalanya para kru dan para pemeran yang terlibat dalam proses syuting yang terkadang akan mengalami secara langsung, sebuah fenomena gaib atau aktivitas paranormal nyata, yang memang tidak bisa di nalar secara logika.
Sebuah kejadian yang terkadang akan mengubah sudut pandang mereka terhadap makhluk tak kasat mata, selamanya.
Seperti apa yang terjadi di malam itu.
Malam yang terasa berbeda dari malam-malam sebelumnya yang pernah mereka lalui.
Malam itu hujan turun begitu deras, jarak pandang yang terhalang oleh kabut tebal, bahkan cahaya dari lampu penerangan pun akan terasa seperti menambahkan kesan menakutkan bagi mereka yang melihatnya.
"Ki, bagaimana ini?"
"Sudah ada lebih dari 5 kru yang mengalami kesurupan dan kru lainnya menghilang entah ke mana."
"Apa yang harus kita lakukan sekarang?"
Malam itu, Sutradara yang menjadi penanggung jawab dalam proses syuting kali ini terlihat sedang begitu cemas.
Butiran keringat terus menetes di wajahnya, ekspresi wajahnya saat itu begitu jelas menunjukkan kecemasan dan ketakutan yang hebat.
Karena acara 'Pemburu Hantu' ini tengah menjadi favorit para penonton, sudah beberapa bulan terakhir para kru yang terlibat harus menghadapi masalah 'kejar tayang', karena proses syuting yang mereka lakukan semakin mepet dengan waktu penayangan di televisi.
Bahkan untuk proses syuting yang terlihat mudah sesuai dengan apa yang terlihat di dalam layar televisi.
Namun nyatanya, proses syutingnya itu sendiri cukup sulit, bahkan dalam satu sesi tayangan bisa memerlukan waktu hingga lebih dari satu minggu, tergantung kelancaran selama proses syuting itu berlangsung.
Karena biasanya, selain dari hal-hal kecil seperti masalah teknis yang sering dihadapi oleh para kru yang terlibat. Bahkan terkadang mereka harus menghadapai masalah kejadian supranatural atau aktivitas paranormal nyata yang sering mengganggu proses syuting yang mereka lakukan.
Itulah yang saat ini tengah dirasakan oleh semua kru, khususnya oleh sang sutradara.
"......"
'Bagaimana ini?'
Ketika dirinya sudah dibuat pusing oleh waktu tayang yang sudah semakin mepet, sehingga ia harus terus dicecar pertanyaan oleh pihak produser dan juga pihak televisi yang menagih hasil.
Kini, bahkan saat proses syuting sedang berlangsung, lagi-lagi mereka harus dibuat pusing oleh kejadian aneh yang terjadi di sepanjang proses syuting.
Namun kali ini, bukan hanya kejadian aneh yang mengganggu pekerjaan mereka. Akan tetapi saat ini mereka semua tengah mengalami sebuah peristiwa yang bisa membuat mereka semua kehilangan nyawa kapan saja.
"Tolong bantu kami Ki!?"
Sang sutradara saat itu terus mendesak salah satu paranormal yang sebelumnya memang sengaja dia sewa untuk membantu 'menemani' mereka selama proses syuting kali ini berlangsung.
Karena meskipun kebanyakan proses syuting yang mereka lakukan adalah merupakan akting atau gimmick belaka, akan tetapi tetap saja mereka tidak ingin mengambil resiko jika saja mereka benar-benar akan menemukan 'aktivitas aneh' yang bisa mengganggu jalannya proses syuting.
Apalagi ketika mereka dihadapkan pada lokasi syuting yang memang benar-benar dikenal angker.
Seperti sekarang, di mana lokasi syuting yang mereka pilih adalah sebuah area pemakaman tua di dalam hutan yang ada di daerah ******* yang memang dipercaya sebagai tempat angker oleh penduduk setempat.
Sebenarnya, acara syuting kali ini adalah merupakan segmen khusus di mana mereka akan mendatangi tempat-tempat angker yang berada di pulau Jawa.
Oleh sebab itu, sang sutradara dengan sengaja mengundang seorang paranormal yang dia percaya bisa membantu kelancaran proses syuting ini.
Namanya adalah Ki Ageng Pengging, dan dia adalah seorang paranormal yang memang sudah lama sang sutradara kenal.
Dia bukanlah seorang pemuka agama atau paranormal sewaaan yang biasanya ikut menjadi pemeran dalam proses syuting.
Ki Ageng adalah seorang paranormal sungguhan, yang memang memiliki kemampuan supranatural.
Sebenarnya Ki Ageng sendiri lebih layak di sebut dukun sakti, karena rekam jejak kariernya memang lebih banyak berhubungan di dunia mistis yang menyangkut dunia perdukunan.
"Tidak ada cara lain."
"Kita harus menangkap makhluk itu."
"Kalau tidak, masalah ini akan menyebabkan jatuhnya banyak korban."
"......?"
Sang sutradara yang mendengar hal tersebut tentu saja seketika terlihat panik.
Ini adalah pertama kalinya dia mendengar seseorang yang mengatakan bahwa dirinya benar-benar akan menangkap sosok makhluk halus.
Padahal selama ini dia hanya menganggap bahwa hal itu adalah kiasan semata, dan tidak benar-benar nyata, mengingat selama ini proses syuting 'Pemburu Hantu' yang mereka lakukan selama ini hanyalah akting belaka.
Semuanya hanyalah sandiwara di depan layar televisi semata.
Namun kali ini sang sutradara harus dihadapkan dengan kejadian nyata. Tentu saja hal ini bertentangan dengan keyakinannya, sehingga membuatnya tercengang.
Tapi apalah daya, nasi sudah menjadi bubur.
Menurut Ki Ageng, ada sebuah hal pantangan yang sudah mereka langgar di tempat keramat ini.
"Tapi Ki apa tidak ada cara lain?"
Sang sutradara sebenarnya setengah percaya dengan apa yang dikatakan oleh Ki Ageng dan juga percaya sepenuhnya dengan kemampuannya, akan tetapi dia juga tahu bahwa resiko yang mungkin akan mereka terima bisa saja fatal.Bahkan mungkin bisa saja menyebabkan kematian.
Mengingat 'sosok makhluk' yang sudah dia lihat sebelumnya secara langsung di depan matanya.
"......"
Ki Ageng yang mendengar ucapan sang sutradara seketika menjadi marah, matanya tampak melotot ke arahnya.
"Bukankah aku sudah katakan sebelumnya untuk tidak datang ke tempat ini."
"Tapi sebelumnya kau yang terus memaksa."
Ki Ageng seketika berkata dengan marah, karena menurutnya sang sutradara sama sekali tidak mengerti apa yang sebenarnya telah dia lakukan.
"......"
Melihat kemarahan Ki Ageng, sang sutradara hanya bisa menelan ludahnya, takut jika saja Ki Ageng akan berubah pikiran dan malah meninggalkannya.
"Apa kau tahu makhluk apa yang sedang kita hadapi saat ini?"
"Tii....dak Ki."
Sang sutradara tampak menjawab pertanyaan Ki Ageng dengan gugup.
Melihat hal tersebut Ki Ageng hanya bisa menggelengkan kepalanya lalu kembali berbicara.
"Makhluk ini terlahir dari amarah dan kegelapan."
Ki Ageng mulai berbicara dengan nada bicara yang dalam.
"Wujudnya berupa Pocong."
"Akan tetapi bukan kain kafan putih yang terlihat darinya."
"Tapi sebuah kain kafan berwana hitam pekat."
"Konon, dia adalah merupakan sosok nyata dari kisah pocong yang selama ini kita kenal."
"Sosok Pocong pertama yang terlahir di tanah Jawa ini."
"Dia memiliki nama...dan namanya adalah."
"Pocong Suro."
Ki Ageng menjelaskan, ekspresi wajahnya dengan jelas menunjukkan ketakutan saat dirinya menyebut nama makhluk tersebut. Namun, tampak sekilas sebuah ambisi yang bercampur di dalamnya.
"Yang jelas kau harus membantuku untuk menangkap makhluk tersebut, karena jika tidak kita semua bisa mati di tempat ini."
"......?"
Mendengar pernyataan Ki Ageng yang mengerikan seketika membuat bulu kuduk sang sutradara merinding. Ketakutan intens semakin jelas terlihat di wajahnya.
Jika saja bukan karena hujan, tubuhnya mungkin sudah basah oleh keringatnya sendiri.
Padahal hanya dengan berdiri di sana saja dia sudah begitu ketakutan, namun sekarang dia harus membantu sang dukun untuk menangkap makhluk mengerikan ini.
***
Sementara itu, di tempat lain.
Salah satu kru pria yang terpisah dengan rekan-rekannya saat ini sedang berlari, berusaha untuk mencari jalan keluar dari hutan tersebut.
"Sial, siaalll."
"Hahhh..hahhhhh."
Kru pria itu terlihat sangat panik, di tengah kegelapan malam dan guyuran hujan yang terus membasahi tubuhnya.
Dengan nafas yang semakin tersendat, pria itu terpaksa harus terus berlari di atas tanah basah dan bau lumpur yang menyengat.
"Bagaimana ini bisa jadi seperti ini?"
"Uuaaaaahhhh."
Pria itu tidak bisa mempercayai semua hal yang telah dia alami sejauh ini.
Dia terus berlari, namun sejauh apapun dia telah berusaha mencari jalan keluar, akan tetapi dia tidak pernah menemukannya, dan apa yang dia lihat selama ini hanyalah pepohonan hutan semata.
Entah sudah berapa lama dia berlari, sejauh apa kakinya mengantarnya.
Pada awalnya dirinya adalah orang yang sama sekali tidak mempercayai adanya hantu ataupun makhluk halus sejenisnya. Baginya, hantu merupakan cerita karangan yang dibuat hanya untuk menakuti anak-anak.
Oleh sebab itu dirinya dengan berani menerima tawaran pekerjaan sebagai kameramen dalam acara pemburu hantu ini. Dan benar saja, ketika dirinya mulai bergabung dalam proses syuting.
Ternyata semuanya benar selama ini apa yang mereka lakukan hanyalah merupakan gimmick semata, sama sekali tidak ada hantu atau apapun yang terlibat di dalamnya. Dan mereka yang diceritakan menangkap hantu semata-mata hanyalah orang bayaran yang berakting.
Akan tetapi, berapa pun besarnya kepercayaan dirinya yang meyakini bahwa hantu itu tidak ada. Tapi bukan berarti dirinya tidak memiliki rasa takut.
Karena meskipun dirinya belum pernah melihatnya secara langsung, akan tetapi rasa takut itu sendiri tetap ada.
Bahkan semenjak dirinya bergabung, pria itu beberapa kali melihat adanya kejadian janggal ketika melakukan proses syuting, dan sering kali ia melihat beberapa sosok tak kasat mata yang tertangkap kamera.
Akan tetapi, selama ini dirinya selalu berusaha berpikir positif dan menganggap bahwa semua gangguan yang dia alami hanyalah kebetulan semata dan bisa dijelaskan secara logika.
Akan tetapi saat ini, dia benar-benar mengalaminya secara langsung.
Dirinya akhirnya benar-benar melihat sosok makhluk itu.
Bukan gimmick, bukan akting dan bukan hasil rekayasa manusia semata. Apa yang dia lihat adalah nyata, dan dirinya sendiri menyadarinya.
Ketika sebuah logika sudah tidak bisa lagi di gunakan atas apa yang dia saksikan tepat di depan matanya.
Kemudian rasa takut itu akhirnya muncul bahkan berubah menjadi semakin besar.
".......?"
Tiba-tiba saja langkah pria itu segera terhenti.
Saat itu dia merasakannya, sebuah kehadiran yang nyata, sesosok makhluk yang datang mendekatinya.
"Aaaahhh."
"Tidaaaakkkk."
"Jangaaannnn"
Dari balik kegelapan, sosok pocong besar berwarna hitam pekat tengah mendekat dari kejauhan.
Logikanya yang selama ini dia gunakan untuk menganalisa sesuatu bahkan tidak mampu mendeskripsikan apa yang dia lihat saat ini.
Berapa kalipun dia menyangkalnya dengan berpikir bahwa apa yang ada di hadapannya saat ini tidaklah nyata, justru malah membuat ketakutannya semakin besar.
Semua logika yang dia pikirkan sejauh ini tentang hantu, hancur seketika.
'Tidak mungkin itu adalah sebuah kostum.'
'Tidak mungkin juga jika ini semua adalah rekayasa.'
Sosok itu kini telah berada tepat di hadapannya.
Kain kafan hitam pekat yang seolah menelan pandangan siapapun yang menatapnya.
Sosok itu memiliki wajah, akan tetapi rupanya rusak bercampur dengan nanah dan darah kering, hanya sepasang mata mengerikan yang masih bisa dikenali, seolah kain kafan hitam itu sudah membusuk bersama jasad di dalamnya.
"......"
Udara disekitarnya menjadi berat, seakan mencekiknya. Aroma busuk bercampur tanah kini mulai menusuk hidungnya, seolah menempel dan tidak bisa hilang.
Kini, pria itu hanya bisa terdiam pasrah tanpa bisa mengeluarkan kata-kata hanya untuk menunggu nasibnya.
Seperti apa yang telah terjadi pada rekan-rekannya yang lain.
"Uuuaarggghhhh."
Pada akhirnya, pria itu pun harus tewas di tengah hutan yang tertutup oleh kegelapan malam.
***
Keesokan harinya, cerita mengenai para kru segera menggemparkan masyarakat di sekitarnya.
Tidak ada yang tahu apa yang telah dialami oleh mereka semua.
Sebagian dari mereka ditemukan tak bernyawa membusuk di tengah hutan, sedangkan sebagian lagi telah dinyatakan menghilang entah ke mana.
Semua kru yang terlibat tidak ada yang selamat.
Kisah ini tidak pernah diungkap, ataupun diangkat oleh media berita setempat, seolah kisah kelam yang terjadi di dalamnya telah ditutup rapat-rapat oleh pihak yang terlibat.
Sejak saat itu semua kru yang terlibat dalam acara pemburu hantu telah diganti, bahkan nama acara ini telah beberapa kali mengalami perubahan.
Meskipun banyak timbul pertanyaan dari masyarakat, ke mana perginya para pemeran sebelumnya, akan tetapi kenyataan di baliknya tidak pernah terungkap.
Lalu pada akhirnya, program acara tersebut dengan sendirinya akhirnya harus di hentikan karena beberapa faktor.
Pada akhirnya, acara ini semakin dilupakan dan terkubur bersama sebuah rahasia kelam di dalamnya.
End of Chapter