Semua novel yang kamu inginkan ada disini
Download
Sistem Musik Terkuat - Dominasi Grey Winscott

Sistem Musik Terkuat - Dominasi Grey Winscott

Aspasya | Bersambung
Jumlah kata
159.8K
Popular
775
Subscribe
78
Novel / Sistem Musik Terkuat - Dominasi Grey Winscott
Sistem Musik Terkuat - Dominasi Grey Winscott

Sistem Musik Terkuat - Dominasi Grey Winscott

Aspasya| Bersambung
Jumlah Kata
159.8K
Popular
775
Subscribe
78
Sinopsis
PerkotaanSlice of lifeSistemUrbanBalas Dendam
Empat tahun berlatih, tetapi Grey Winscott gagal debut. Kontrak diputus tanpa alasan. Lagu ciptaannya dicuri sahabat terbaik. Kakak satu-satunya meninggal dunia. Kekasih berselingkuh dengan produser muda. Di puncak keputusasaan, Grey berdiri di atap asrama dengan satu pilihan, mengakhiri semuanya. Namun, takdir berkata lain. Notifikasi dari Master Nada, game musik yang menemaninya selama empat tahun, muncul di ponselnya.[Selamat!] [Anda telah menyelesaikan misi terakhir] [Hadiah istimewa menanti] Game ditutup selamanya. Grey adalah pemain pertama sekaligus terakhir yang menaklukkan misi final. Tapi kemudian sistem yang sesungguhnya aktif. Sistem Master Nada, bukan lagi permainan, melainkan kekuatan nyata yang akan membimbingnya menapaki dunia musik dengan misi, hadiah, dan peningkatan kemampuan yang tak terbatas. Hadiah pertama. Tiket emas audisi pencipta lagu untuk new idol. Dari kehancuran total, Grey bangkit dengan kekuatan yang tidak pernah ia bayangkan. Industri hiburan yang kejam kini menjadi arena permainannya. Para pengkhianat yang dulu menginjak-injaknya akan merasakan balasan yang setimpal. Darren Marlowe yang mencuri lagunya? Lyra yang mengkhianati cintanya? Mereka belum tahu siapa yang sebenarnya mereka hadapi.Di dunia musik Celvaris yang brutal, hanya yang terkuat yang bertahan. Dan Grey Winscott baru saja mendapatkan cheat code untuk menguasai semuanya. Bergabunglah dengan Grey dalam perjalanan dari trainee gagal menuju puncak industri musik. Saksikan bagaimana sistem Divine Master Nada mengubah luka menjadi kekuatan, pengkhianatan menjadi motivasi, dan mimpi yang hancur menjadi kenyataan yang menakjubkan.
Bab 1

Malam di kota Zyphera tak pernah sunyi. Lampu neon berkelap-kelip dari papan reklame raksasa yang menampilkan wajah-wajah idol terkenal, sementara deru kendaraan menciptakan simfoni kota yang tak berujung. Di antara hiruk-pikuk itu, atap asrama trainee menjadi satu-satunya tempat yang menawarkan kesunyian.

Grey Winscott berdiri di tepi pembatas, memandang kosong ke jalanan yang masih sibuk meskipun jarum jam telah menunjukkan tengah malam. Angin malam meniup rambut hitamnya yang agak ikal, membuatnya tampak seperti bayangan yang siap lenyap kapan saja. Mata coklat beningnya yang biasanya menyimpan kehangatan kini hanya memantulkan kekosongan.

"Jika aku melompat ke bawah..." gumamnya lirih, suaranya hampir tertelan angin. "Semua ini akan berakhir."

Ingatannya melayang kembali ke beberapa jam yang lalu. Sore itu, telepon dari rumah sakit masuk tepat ketika ia sedang bersiap untuk latihan vokal. Suara perawat di seberang terdengar tegas meski penuh simpati. Kakaknya dalam kondisi kritis dan membutuhkan operasi segera.

Grey ingin langsung berlari ke rumah sakit, tetapi notifikasi dari manajemen asrama memaksanya menghadiri rapat mendadak. Ruang rapat yang biasanya hangat kali ini terasa dingin menusuk tulang. Seorang wanita berkacamata tebal duduk di ujung meja, berkas-berkas tertata rapi di hadapannya.

"Grey Winscott," suaranya tajam seperti pisau. "Kontrakmu dengan agensi Astrellis resmi diputus hari ini. Tanpa kompensasi."

Dunia Grey berhenti berputar sejenak. "Apa? Tapi saya... saya sudah berlatih empat tahun di sini. Kenapa?"

"Keputusan ini final." Wanita itu memotong tanpa basa-basi. "Kau dianggap tidak memiliki potensi komersial yang cukup."

"Tunggu!" Grey bangkit dari kursi, tangannya mencengkeram tepi meja. "Lagu yang dinyanyikan Darren untuk audisi debut itu... itu karya saya! Saya yang menulisnya!"

Wanita berkacamata itu menatapnya dengan tatapan dingin. "Kami sudah menerima konfirmasi langsung dari Darren Marlowe. Dia menyatakan bahwa lagu tersebut adalah ciptaannya sendiri. Klaimmu ditolak."

Rasanya seperti ditampar berkali-kali. Grey terdiam, mencerna fakta bahwa sahabat yang selama ini dipercayainya telah menikam dari belakang. Empat tahun perjuangan, mimpi yang dipupuk dengan keringat dan air mata, semuanya runtuh dalam sekejap.

Dengan langkah gontai, Grey meninggalkan ruang rapat. Dadanya sesak, napasnya terasa berat. Ia membutuhkan Lyra, kekasih yang selama ini menjadi pelipur lara di setiap kegagalan. Berkali-kali ia menekan nomor telepon gadis itu, tetapi tidak ada jawaban.

Kegelisahan memaksa kakinya melangkah menuju asrama wanita. Mungkin Lyra sedang tidur, atau ponselnya dalam mode senyap. Grey yakin begitu bertemu, pelukan hangat gadis itu akan membuatnya merasa sedikit lebih baik.

Pintu kamar nomor 247 terbuka setelah ketukan ketiga.

Grey membeku.

Di hadapannya, Lyra sedang memeluk erat seorang pria yang dikenalnya sebagai produser muda dari salah satu label musik ternama. Mereka berdua hanya mengenakan pakaian minim, rambut kusut, wajah memerah.

"Grey?" Lyra terperangah, tetapi tidak ada rasa bersalah dalam nada suaranya. "Kau... kenapa ada di sini?"

Sesuatu dalam diri Grey meledak. Tangannya bergerak tanpa kendali, menarik kerah pria itu dan menyeretnya keluar kamar. Pukulannya mendarat telak di pipi produser muda itu.

"Brengsek! Dia kekasihku!"

"Grey, hentikan!" Lyra menjerit, menarik lengan Grey dengan kasar. "Apa-apaan kau ini!"

Bukannya meminta maaf atau menjelaskan, Lyra justru mendorong Grey menjauh. "Pergi! Aku tidak mau melihatmu lagi!"

Kata-kata itu menancap lebih dalam daripada pengkhianatan yang baru saja dilihatnya. Grey mundur selangkah, tatapan kosongnya bergantian menatap Lyra dan pria yang masih memegangi pipinya.

"Lyra..."

"Pergi, Grey. Kita sudah selesai."

Tanpa kata lagi, Grey berbalik dan pergi. Langkahnya sempoyongan seperti orang mabuk, padahal ia tidak menyentuh setetes alkohol pun. Dunia di sekelilingnya berputar, suara-suara menjadi dengungan yang tidak bermakna.

Baru saja ia keluar dari lingkungan asrama wanita, ponsel berdering lagi.

Kali ini dari rumah sakit.

"Tuan Winscott..." suara perawat terdengar berat. "Kami sangat menyesal. Kakak Anda baru saja meninggal dunia."

Ponsel hampir terlepas dari tangan Grey yang gemetar. Marcus, kakak satu-satunya, orang yang selama ini menjadi alasan ia bertahan, pergi untuk selamanya. Air mata yang sejak tadi ditahan akhirnya jatuh, membasahi pipinya yang pucat.

Malam itu juga, Grey naik ke atap asrama. Langkahnya berat, setiap anak tangga terasa seperti menggendong beban raksasa. Di atap, angin malam menyambutnya dengan dingin yang menusuk tulang.

Ia berdiri di tepi pembatas, memandang lampu-lampu kota yang berkelap-kelip seperti bintang yang jatuh ke bumi. Semua rasa sakit, pengkhianatan, penolakan, kehilangan, menyatu membentuk lubang menganga di dalam dadanya.

Kakinya mulai bergerak melewati batas pembatas. Satu langkah lagi, dan semuanya akan berakhir.

Tiba-tiba ponsel di saku kemejanya bergetar.

Grey mengabaikannya. Satu kali, dua kali, hingga tiga kali getaran berturut-turut. Dengan enggan, ia mengeluarkan ponsel dan menatap layar yang menyala.

Sebuah notifikasi muncul dari game yang selama empat tahun menjadi satu-satunya pelipur lara di tengah tekanan latihan.

[Selamat! Anda telah menyelesaikan misi terakhir Master Nada. Hadiah istimewa menanti Anda.]

Grey tertawa getir, suaranya serak. "Lucu sekali... bahkan game pun lebih menghargaiku daripada manusia."

Layar berkedip, menampilkan notifikasi baru.

[Master Nada Game Closed]

Grey tertegun. Ia teringat aturan unik dari game tersebut. Jika ada pemain yang berhasil menyelesaikan misi terakhir, server akan ditutup selamanya. Dia adalah pemain pertama sekaligus terakhir yang melakukannya.

Sebelum ia sempat memproses informasi itu sepenuhnya, notifikasi lain muncul.

[Sistem Master Nada telah aktif! Anda mendapatkan akses ke dalam sistem sebagai hadiah penyelesaian misi terakhir Master Nada Game. Segera klaim hadiah Anda dan dapatkan misi pertama yang lebih menantang. Hadiah besar menanti Anda.]

Grey menatap kosong layar ponselnya. Mungkin ini halusinasi akibat stres berlebihan.

[Anda akan kehilangan akses ke dalam Sistem Master Nada jika tidak segera melakukan aktivasi dan registrasi!]

Sebuah barcode muncul di layar, berkedip seperti menunggu sentuhan.

Dengan ragu, Grey menyentuh barcode tersebut.

Sensasi listrik menjalar dari ujung jarinya, merambat ke seluruh tubuh seperti arus yang membangkitkan sesuatu yang lama mati. Cahaya holografis terbentuk di udara, menampilkan sosok digital berambut keperakan dengan mata tajam berwarna biru elektrik.

"Selamat datang, Grey Winscott," suara sosok itu jernih seperti kristal. "Saya Bruno, penyelia Sistem Master Nada."

Grey mundur selangkah, mulutnya terbuka tanpa suara. "Ini... apa ini?"

Bruno tersenyum tipis. "Sistem yang akan mengubah hidupmu. Kau kini menjadi pemilik satu-satunya Sistem Master Nada. Sebuah sistem musik terkuat di dunia yang akan membimbingmu menapaki jalan baru di dunia musik. Setiap misi akan memberimu hadiah dan kekuatan untuk bangkit, tetapi juga konsekuensi yang harus kau tanggung."

Sebuah kotak digital muncul di antara mereka, terbungkus pita emas yang berkilauan.

"Hadiah karena telah mengaktifkan sistem Master Nada," Bruno menjelaskan dengan tenang.

Dengan tangan gemetar, Grey menyentuh kotak tersebut. Pita emas meledak menjadi serpihan cahaya, kotak terbuka, menampilkan sebuah tiket emas yang memancarkan cahaya lembut.

"Hadiah pertamamu adalah tiket emas untuk audisi pencipta lagu bagi new idol, Idol Soundtrack Selection." Bruno menjelaskan. "Jika kau menang, jalur karier barumu akan terbuka. Dan level pertama Master Nada akan menantimu."

Grey terpaku. Audisi semacam itu biasanya membutuhkan biaya besar dan koneksi yang kuat. Dua hal yang tidak pernah dimilikinya. Mustahil ia bisa mendapatkannya dengan cara normal.

Untuk pertama kalinya sejak sore tadi, sebuah kilatan harapan muncul di matanya.

"Kenapa... kenapa kau membantuku?"

Bruno tersenyum misterius. "Karena kau adalah satu-satunya yang berhasil mencapai akhir permainan. Dan akhir selalu menjadi awal yang baru."

Hologram Bruno perlahan memudar, panel digital menghilang seperti asap. Grey kembali berdiri sendirian di atap, hanya ditemani angin malam dan ponsel yang masih menyala di tangannya.

Di pergelangan tangannya, sebuah tanda samar berbentuk not musik muncul, bersinar lemah sebelum meredup.

Grey menyentuhnya dengan gemetar. "Apa sebenarnya yang baru saja terjadi...?"

Lanjut membaca
Lanjut membaca