

Bumi paralel, Kota Semarang, Provinsi Java, Negara Nusan
"Pergi dari jalanku!"
Bruk!
Seorang pemuda lusuh ditendang ke tempat sampah oleh pemuda lain yang mengenakan setelan jas mewah sambil bergandeng tangan dengan wanita cantik berpakaian seksi.
"Kenapa?" tanya pemuda lusuh.
"Karena kamu miskin, paham?" jawab wanita cantik di sisi pemuda kaya.
"Mulai sekarang jangan usik pacarku lagi, paham?" ejek pemuda kaya.
"Sialan! Seandainya kau tidak ada!!!" Pemuda lusuh berlari dengan gila ke arah pemuda kaya.
"Bodoh..." Pemuda kaya tersenyum mengejek.
Bayangan hitam melintas dan menghajar pemuda lusuh sampai babak belur dan hilang arah.
"Cukup, jangan membunuhnya, polisi sedang mengawasiku karena kasus kematian sebelumnya," ujar pemuda kaya.
"Siap Tuan Muda." Beberapa pria kekar menanggapi lalu menghilang dari pandangan pemuda kaya dan wanita cantik.
Pemuda lusuh dibiarkan berbaring tidak berdaya dengan tubuh babak belur. Kalian bisa tahu dari penampilannya seberapa mengerikan luka yang diderita pemuda lusuh.
"Si-si... Ak-u inga-t ka-mu..." Pemuda lusuh berjuang keras hanya untuk bicara.
Wanita cantik yang dipanggil Sisi tersenyum dingin. "Ingat aku? Tidak usah, aku sudah bahagia di pelukan Kakak Rio."
"Ha ha ha! Tentu saja! Aku sejuta kali lebih baik daripada sampah ini!" Pemuda kaya tertawa tanpa lupa untuk mengejek pemuda lusuh.
Namanya Rio, mahasiswa generasi kedua yang kaya. Bisa dibilang dia adalah wujud sebenarnya dari bajingan hidup.
Rio berkali-kali terjerat kasus pelecehan tapi selalu bebas dari hukuman karena latar belakang orang tuanya.
Terakhir dia terlibat dalam pembunuhan tapi polisi kehilangan semua bukti pada saat penyelidikan. Alhasil meski sudah jelas siapa pelakunya, mereka tidak bisa memenjarakan Rio.
"Kya! Kakak Rio yang terbaik!" Sisi memeluk manja dan mencium bibir Rio.
Rio membalas dengan mencubit pantat Sisi, Sisi memerah karena malu tapi terus membiarkan Rio memainkan tubuhnya.
Mereka melakukan banyak hal memalukan di depan pemuda lusuh, Sisi bahkan tidak ragu untuk menunjukkan kedekatan mereka dengan cara memberi layanan mulut pada Rio.
Mata pemuda lusuh terbakar amarah sepanjang waktu. Bahkan jika dia ingin membuang muka agar tidak melihat, tubuhnya yang terluka sama sekali tidak bisa digerakkan.
Alhasil dia melihat semuanya, termasuk wajah sombong Rio dan wajah jalang Sisi.
Gahk!
Pemuda lusuh batuk darah dan pingsan karena terlalu emosi.
Rio tersenyum bangga lalu menarik Sisi pergi ke hotel berbintang untuk menyelesaikan nafsunya yang telah memuncak. Keduanya pergi tanpa melihat ke belakang, mereka sama sekali tidak peduli dengan keadaan pemuda lusuh.
Langit mulai mendung lalu terjadi hujan deras yang membasuh tubuh pemuda lusuh. Sedikit demi sedikit kotoran di tubuhnya dibersihkan, namun belum cukup untuk membuatnya sadar.
"Anak lelaki yang malang, kamu sudah melewati banyak masalah sampai saat ini." Suara menawan terdengar dari arah atas bawah kiri kanan depan belakang.
Clap! Duar!
Muncul wanita cantik yang mengenakan gaun putri berwarna hijau bersamaan dengan sambaran petir. Dia begitu cantik sampai penampilannya sulit dijelaskan menggunakan kata-kata.
Beberapa ciri-ciri yang jelas adalah kulit putih, rambut hitam panjang, lekuk tubuh seksi dan mata hitam yang indah seperti berlian hitam.
Ciri-ciri lain sulit dijelaskan terutama bagian wajah karena terlalu sempurna untuk diungkapkan. Singkat kata wanita ini adalah wujud asli dari kecantikan sempurna yang tiada duanya.
"Betapa malang nasibmu wahai anak muda, tidak cuma dikhianati, tapi juga dipermainkan sampai seperti ini," ujar wanita itu dengan lembut tapi nadanya penuh ironi.
Clink!
Tiba-tiba gelang emas yang dikenakan wanita itu bersinar.
Ekspresi wanita itu berubah dan ia segera berkata, "Tidak bisakah kamu bersabar?"
Gelang emas melepaskan diri dari tangan wanita itu lalu melayang di atas pemuda lusuh.
"Hah, karena kamu sudah memutuskan, silakan bergabung dengannya," ujar wanita itu dengan lembut.
Clink! Clink!
Gelang emas bersinar dua kali seperti ingin menyampaikan sesuatu. Wanita itu langsung tahu keinginan gelang emas, dia ragu sejenak sebelum mengangguk ringan.
"Aku mengerti, akan aku bantu dia." Wanita itu melangkah maju lalu berhenti di samping pemuda lusuh. Dia mengangkat wajah pemuda lusuh lalu memberinya ciuman di dahi.
Cahaya hijau lembut bersinar lalu menyelimuti tubuh pemuda lusuh. Perlahan luka pemuda lusuh pulih secara ajaib, pemandangan ini sangat tidak biasa di dunia sains seperti ini.
Beberapa saat kemudian, wanita itu melepas pemuda lusuh lalu berdiri dengan wajah merah.
"Meskipun ini dilakukan untuk membantunya, menggunakan ciuman pertama masih terlalu banyak untukku." Meski bilang begitu, dalam hati dia sama sekali tidak keberatan.
Clink! Clink! Clink!
Gelang emas bersinar tiga kali seperti ingin menyampaikan rasa terima kasihnya.
"Kamu sudah banyak membantuku, kali ini giliranku membantu. Selain itu, aku pikir tidak ada salahnya membantu pemuda malang ini."
Clink! Clink!
"Ah, kamu benar, aku harus segera kembali sebelum orang-orang di istana mencariku."
Clink!
"Mm, sampai jumpa. Aku harap lain kali kita bertemu, kamu dan tuanmu tidak mengecewakan aku."
Clap! Duar!
Wanita itu lenyap bersamaan dengan sambaran petir yang ganas.
Gelang emas bertahan di udara selama beberapa detik sebelum berubah menjadi kilatan cahaya yang memasuki kepala pemuda lusuh.
...
..
.
Namanya Rael, anak petani yang datang ke kota demi menempuh jenjang pendidikan yang lebih tinggi dengan mengandalkan beasiswa pemerintah daerah.
Rael datang dari Manggung ke Semarang untuk kuliah sambil bekerja. Dia dikenal baik dan suka membantu orang lain yang sedang membutuhkan.
Pernah suatu saat dia menyelamatkan wanita dari preman yang ingin memperkosanya. Rael berhasil menyelamatkan wanita itu meskipun dia berakhir babak belur di tangan preman.
Nama wanita itu Sisi, sejak saat itu mereka mulai berteman sampai berakhir menjadi sepasang kekasih. Kehidupan asmara mereka cukup baik selama setahun, mereka bahkan sudah merencanakan pernikahan begitu selesai menempuh jenjang pendidikan.
Namun mimpi indah mereka mulai retak. Sikap Sisi berubah drastis sejak dia diajak nongkrong bersama teman kuliahnya.
Sisi yang sangat peduli pada kekasihnya sempat meminta ijin pada Rael, Rael memberinya ijin karena berpikir tidak akan menjadi masalah.
Namun ternyata keputusannya saat itu membuatnya harus berpisah dengan Sisi. Bukan cuma itu, dia juga harus menerima segala bentuk diskriminasi di universitas.
Rael berusaha mempertahankan hubungan mereka tapi hasilnya nihil. Di depan semua orang, Sisi memutus hubungan dengannya lalu pergi ke sisi Rio, bajingan nyata di kehidupan universitas.
Rael tidak mau menyerah, dia berusaha memperbaiki hubungan mereka tapi hasilnya masih nihil. Bukan cuma tanpa hasil, Rael juga harus dipukuli sampai babak belur dan hilang kesadaran karena marah.
Dunia terasa gelap, Rael berpikir inilah akhir hidupnya. Dia merasa bersalah pada keluarganya di kampung karena mungkin mati hari ini.
Apakah Rael marah? Iya.
Apakah Rael mau balas dendam? Memangnya bisa?
Rael sadar batas kekuatannya. Dengan kondisinya sekarang, tidak mungkin dia membalas dendam pada Rio dan Sisi.
Rasanya sangat dingin, Rael benar-benar berpikir bahwa hidupnya sudah mencapai ujung.
Ketika rasa putus asa menguasai hatinya, sentuhan hangat membuatnya merasa sangat nyaman. Tidak lama kemudian, Rael merasa jauh lebih baik di seluruh tubuh.
Meski begitu, Rael masih belum bisa membuka mata. Kelopak matanya seperti diberi lem korea sehingga membuatnya tidak bisa membuka mata.
(Apakah kamu ingin balas dendam?) Suara serius terdengar di benak Rael.
"Siapa?" tanya Rael.
(Jawab pertanyaanku, apa kamu ingin balas dendam?)
Rael diam sejenak lalu berkata dengan nada dingin. "Tentu saja! Aku ingin membuat bajingan dan jalang itu menerima karma karena sudah membuatku seperti ini!"
(Hi hi hi, tekad yang bagus, kalau gitu, selamat atas terpilihnya kamu menjadi Tuan Rumah. Namaku Wine, asisten pribadimu yang paling setia.)
Kegelapan di benak Rael runtuh seketika, Rael membuka mata dan bangun dengan napas terengah-engah.
"Apa itu tadi? Mimpi?!" Rael bingung. "Tunggu dulu, bukannya tadi aku babak belur? Mengapa seluruh lukaku menghilang?" Rael kini heran melihat kondisinya.
(Ahem! Tuan Rumah mohon tenang, aku akan menjelaskan semuanya secara detail, jadi jangan memotong kalimatku.) Manusia kecil bersayap dan setinggi tiga puluh sentimeter muncul di depan Rael.
Rael terpaku melihatnya seperti sedang melihat hantu.
...
..
.
Bersambung...