Semua novel yang kamu inginkan ada disini
Download
Kalung Perak Pengubah Takdir : Kebangkitan Dino Sang Pewaris

Kalung Perak Pengubah Takdir : Kebangkitan Dino Sang Pewaris

Lelevil Lelesan | Bersambung
Jumlah kata
29.2K
Popular
894
Subscribe
284
Novel / Kalung Perak Pengubah Takdir : Kebangkitan Dino Sang Pewaris
Kalung Perak Pengubah Takdir : Kebangkitan Dino Sang Pewaris

Kalung Perak Pengubah Takdir : Kebangkitan Dino Sang Pewaris

Lelevil Lelesan| Bersambung
Jumlah Kata
29.2K
Popular
894
Subscribe
284
Sinopsis
PerkotaanSekolahBalas DendamCinta SekolahMengubah Nasib
Lahir di keluarga konglomerat, tak menjadikan Dino Mahendra sebagai anak emas dari tiga bersaudara. Meskipun sebagai kakak tertua yang masih kuliah, dirinya malah dijadikan seperti pembantu di rumah bak istana itu. Hidup dalam tekanan dan tak diakui oleh keluarga besar Mahendra, membuat Dino terpuruk. Saat Dino dijebak dan membuatnya sekarat di hutan rimba, sebuah takdir membawanya ke kalung misterius yang tak sengaja ditemukan saat nyawanya di ujung tanduk. Ketika orang-orang yang menganggapnya sampah sedang bersuka cita atas kematian Dino, pemuda itu kembali dengan sosok barunya. Ia muncul dengan perubahan besar dan akan merubah takdirnya. Hanya saja, kalung itu ... dia menginginkan sesuatu dari Dino sebagai balasan. Selanjutnya, apakah apa yang terjadi?
Ep 1-Sekarat

"Ergh ...."

Erangan dan rintihan tak henti-hentinya keluar dari mulut pemuda malang itu. Bajunya robek karena insiden naas menimpanya. Mobil Dino terperosok ke dalam jurang setelah rem tak berfungsi dengan semestinya.

Beruntung, ia selamat meski tubuhnya harus menanggung rasa sakit luar biasa karena bahu kiri tertusuk pecahan kaca mobil. Berlumuran darah, tak menyudahi penderitaannya.

Hujan deras di tengah hutan jauh dari pemukiman penduduk, membuat Dino terpaksa merangkak demi menyelamatkan diri. Berusaha mencari bantuan untuk membawanya pulang. Meski dia tahu, tak ada yang mengharapkan ia kembali.

"Ergh ... hah, hah ...."

Dino terengah. Tenaganya habis untuk menyeret kaki kanannya yang patah keluar dari mobil. Ia harus bergegas karena mobil itu berasap, sampai akhirnya, BLUARRR!

"Arghhh!"

Ledakan besar membuat besi beroda empat itu terbakar dalam kobaran api yang dahsyat. Dino terhempas dan tubuhnya terbentur keras di sebuah batang pohon. Sayangnya, ia tetap sadar dan membuat penderitaan itu semakin menjadi.

"Hah, haha ... hahahaha!"

Dino tertawa dalam guyuran hujan. Ia menyenderkan tubuhnya yang rapuh itu di batang pohon dengan lemah. Air matanya bercampur dengan air hujan yang semakin menambah kesedihan.

"Kalian puas, ha! Ya! Aku tahu! Sejak dulu aku sudah tahu jika kalian menginginkan kematianku!" teriaknya marah, tapi kemudian menangis lagi.

Selama ini, ia berusaha tegar demi neneknya. Namun, setelah kematian wanita yang dikasihi, tak membuat kedua orangtua atau satupun anggota keluarga Mahendra menyayanginya. Ia malah semakin dibenci dan dianggap pembawa sial bagi keluarga.

"Aku akan segera menyusulmu, Nek. Agar kau ... tak sendirian lagi," ucapnya dengan wajah sendu.

Namun, tiba-tiba ....

"Apa itu?"

Mata Dino terbelalak. Kesedihannya berubah menjadi kengerian. Ia bisa mendengar adanya suara raungan dari balik semak di tengah kegelapan hutan. Cahaya api dari kobaran mulai meredup karena terguyur hujan.

Hingga ia teringat jika hutan tempatnya jatuh itu, dikenal sebagai tempat pembuangan hewan bahkan bayi yang tak diinginkan. Oleh karena itu, dianggap angker dan sering berkabut. Konon, jika ada yang masuk ke hutan itu, tak ada yang keluar dengan selamat. Hutan Lawas.

Jantung Dino berdebar yang membuatnya sampai kesulitan bernapas. Hujan semakin deras dan angin bertiup kencang seperti ingin menerbangkannya. Pohon-pohon di sekitar saling bergesekan dalam kegelapan malam yang menambah kengerian.

Guyuran air hujan menyulitkan pandangan. Ditambah, semak di sisi kanan tak jauh dari tempat duduknya terus bergerak, seperti menyembunyikan sesuatu yang mengerikan di balik sana.

Dino melihat sekitar dalam remang cahaya bulan sambil terus mengusap wajahnya dengan satu tangan. Ia mengambil sebuah batu sebagai senjata dan siap dilemparkan.

Tiba-tiba, "Grrr ...."

Napasnya tercekat, tangannya gemetar dengan sendirinya. Seekor hewan seperti anjing liar muncul, tapi tak lama muncul makhluk serupa dengan corak yang berbeda. Ya, mereka adalah anjing buangan yang kelaparan dan siap memangsanya.

"Grrr ...."

"Argh! Tidak!" teriak Dino panik dan melemparkan batu itu ke arah salah satu anjing.

Ya, dia mengenainya!

Akan tetapi, aksi Dino dianggap tantangan. Dua ekor anjing itu berlari dengan ganas ke arahnya. Dino yang terluka parah, kini harus menyelamatkan nyawa.

"Arghhh!"

Ia meraung kesakitan saat gigi tajam makhluk itu berusaha mengoyak kulitnya. Namun, Dino tak menyerah.

"Harghh!"

Dino balas menggigit punggung anjing itu saat hewan tersebut menggigit lengannya. Siapa sangka, usaha Dino berhasil dan membuat hewan itu merintih kesakitan. Namun, pertarungan mereka belum usai.

Dino melepas salah satu sepatu pantofel lalu ia pukul kuat ke tubuh hewan itu sembarangan. Dua anjing itu mulai merasakan ancaman dari serangan Dino yang tak kalah brutal.

Pemuda itu semakin berdarah hebat dengan rasa perih menjalar ke seluruh tubuhnya. Ia kembali merangkak usai berhasil membuat dua anjing itu menjauh, tapi masih mengelilinginya. Seperti mencari strategi untuk mengakhiri nasib Dino di tempat itu.

"Garrr!"

"Tidak! Arghhh!"

Dino meraung saat kakinya digigit dengan buas. Dua tangannya mencakar-cakar tanah, berusaha menemukan apapun untuk dijadikan senjata.

Hingga tangannya mendapati sebuah benda yang terkubur dalam lumpur. Dino menariknya dan digenggam kuat dengan mata terpejam rapat, dipenuhi amarah.

"Harghhh!"

Tiba-tiba saja, DARR! KRAKK! BRAKKK!

Mata Dino terbelalak saat melihat dua anjing liar itu tertimpa pohon yang tersambar petir. Dalam erangan penuh penderitaan, ia terus merangkak menuju ke sungai di bawah jembatan sambil menggenggam benda yang tak ia ketahui itu.

Berharap, ditemukan oleh siapapun yang melintas di sana. Akan tetapi, nasib sial masih mengejarnya.

BYURR!

"Ohok!"

Dino tergelincir oleh tanah berlumpur dan membuatnya terseret arus sungai deras. Pemuda malang itu terombang-ambing dan tenggelam berulang kali hingga akhirnya tak sadarkan diri karena tak mampu menandingi ganasnya alam.

Entah sudah berapa lama Dino memejamkan mata, akhirnya ia melihat cahaya samar di hadapan. Semilir angin berembus menerbangkan rambutnya yang menutupi dahi. Masih terdengar suara gemericik air dan basah di telapak tangannya.

"Ergh ...."

Dino mengangkat kepalanya dan terkejut saat ia berada di tepi sungai. Ada sebuah rumah tua tak jauh dari sana. Ia segera bangkit dan berdiri. Seolah, dirinya lupa kejadian naas yang hampir merenggut nyawanya semalam.

"Apa ini?"

Keningnya berkerut melihat tangan kanan terlilit sebuah rantai kalung perak. Telapaknya terdapat liontin berbentuk lingkaran seperti anyaman saling menjerat.

Diamatinya benda itu dengan saksama yang tampak berkilau dalam pantulan cahaya matahari. Membuatnya merasa kuat dan prima.

Tanpa pikir panjang, Dino mengalungkan di lehernya. Ia melepaskan kaos kakinya yang basah dan kotor lalu membiarkannya hanyut di sungai. Dino mengabaikan sepatunya yang hilang entah ke mana.

Dino bertelanjang kaki, berjalan menginjak semak dan puing-puing dengan gagah menuju rumah tua seperti istana kuno yang terlihat menyeramkan karena terbuat dari batuan berwarna hitam. Terdapat dua menara yang sudah runtuh sebagian dindingnya.

Terlihat puing membentuk barisan tembok di sisi kanan dan kiri layaknya dinding yang melindungi luar rumah. Akan tetapi, tembok itu sudah runtuh dan dikuasai oleh tanaman liar.

Saat ia berdiri di teras rumah yang sudah tertutupi oleh tanaman merambat, Dino melihat jendela lantai dua terbuka. Ada sebuah tangga besi menempel pada dinding tak jauh dari sana.

Ia menarik napas dalam lalu memanjat. Suara besi berkarat, membuatnya sedikit ragu karena takut patah dan ia terjatuh. Namun, hal itu tak terjadi, sampai akhirnya ia berhasil menggapai bingkai jendela lalu masuk ke dalamnya dengan waspada.

"Oh ... seram," gumannya ngeri.

Tempat itu kotor dan dipenuhi daun-daun kering berserakan, debu serta perabotan usang yang ditinggalkan. Terlihat gelap dan pengap. Hanya saja, itu satu-satunya tempat untuknya berlindung untuk saat ini.

Ia mencoba melangkah meski khawatir lantai kayu itu ambles, tapi lagi-lagi hal itu tak terjadi. Dino melihat sebuah lemari pakaian dari kayu yang sudah kehilangan pintunya. Ada beberapa jas dan baju di sana. Berdebu dan kumal, tapi masih bisa digunakan.

"Sial. Bajuku yang mahal ini jadi rusak! Anjing-anjing sialan itu ... eh, anjing?"

Mata Dino melotot saat melihat luka di bahu dan anggota tubuh lainnya lenyap. Ia merasa seperti mimpi, tapi robekan dan bekas darah itu meninggalkan jejak. Lagi, jantungnya berdebar kencang dan membuatnya seperti kesulitan bernapas.

Ketika Dino kebingungan dengan kejadian yang menimpa, hal ajaib lainnya muncul. Ia mematung saat melihat wajahnya dipantulan cermin.

Kaca itu buram terselimuti debu. Bergegas, Dino mengusapnya untuk memastikan penglihatan. Seketika, matanya melotot saat melihat wajahnya ... berubah.

"A-apa ini? Apa yang terjadi padaku!" pekiknya panik.

Lanjut membaca
Lanjut membaca