Semua novel yang kamu inginkan ada disini
Download
Istri Kecil Pak Guru

Istri Kecil Pak Guru

Vio Femio | Tamat
Jumlah kata
233.8K
Popular
2.2K
Subscribe
174
Novel / Istri Kecil Pak Guru
Istri Kecil Pak Guru

Istri Kecil Pak Guru

Vio Femio| Tamat
Jumlah Kata
233.8K
Popular
2.2K
Subscribe
174
Sinopsis
18+PerkotaanSekolahKonglomeratBalas DendamPembunuhan
"Maaf Pak bisa bantu saya, ASI saya sepertinya akan keluar!" pinta Jenara ketika ia merasakan sakit yang tak tertahankan pada dadanya.
Part 1. Sekolah dalam Sistem

Hari ini adalah kepulangan Edward ke Milan setelah 2 tahun dirinya memilih tinggal di Spanyol demi menghindari sebuah perjodohan gila yang mamanya rencanakan setiap saat hanya demi mendesaknya untuk memberikan momongan. Sungguh, itu tekanan yang amat sangat Edward hindari sekali.

Dan hari ini ia terpaksa harus pulang demi sebuah perusahaan milik papanya, yang mana papanya mengatakan jika ada sesuatu yang janggal dan salah dengan perusahaan keluarga mereka.

Sebenarnya Edward bisa memahami jika papanya tak mungkin seceroboh itu dalam mengurus perusahaan keluarga, papanya seorang perfeksionis tak akan membuat kesalahan meski itu hal terkecil.

Dan Edward bisa memahami jika papanya hanya beralasan untuk hal itu demi bisa membuatnya pulang. Namun kali ini Edward sudah bisa menghindari akan tuntutan dari ayahnya atau mamanya, baik itu tentang perusahaan atau perihal perjodohan, semuanya Edward sudah memiliki jawabannya.

Mobil buggati memasuki pelataran mansion luas, begitu Edward turun dari tandu besinya, semua pengawal membungkuk hormat dan maid membungkuk memberikan sambutan.

Tampak terlihat betapa girangnya Yala dan Salamos dalam menyambutnya membuat Edward memeluk mereka secara silih berganti.

“Mama sangat merindukanmu sayang,” kata Yala membuat Edward hanya tersenyum dan beralih memeluk papanya.

Yala langsung menggandeng lengan Edward dan membawanya ke dalam, duduk di ruang tengah bersama untuk memadu rasa rindu selagi maid menyiapkan hidangan hangat untuk mereka.

“Bagaimana kabar papa dan mama?” Tanya Edward begitu mereka memandanginya penuh dengan rasa rindu yang begitu terpendam sangat dalam.

“Mama sangat baik, akan lebih baik lagi jika kamu bisa segera menikah,” jawab Yala yang mana itu membuat Edward menghela napas dengan jengah.

Dan itu diangguki oleh papanya dengan mengatakan, “Besok kita bertamu ke rumahnya teman papa ya?” Edward sudah menduga jika dirinya akan disambut dengan hal seperti ini.

“Papa sama mama memintaku pulang sungguh hanya untuk hal ini?” Keduanya mengangguk dengan bersamaan membuat Edward memijit pelipisnya penuh keputusasaan.

Salamos kemudian langsung teringat akan perusahaan. “Selain itu papa sungguh meminta bantuanmu Edward, tolong duduki posisi CEO di perusahaan, papa sudah lelah mengurus sendirian, kini giliran kamu yang harus mengambil alih, dan coba kamu selidiki dan endus apa yang salah dengan perusahaan keluarga kita.” Edward sudah menunggu hal ini karena ia sudah menyiapkan jawabannya.

“Edward akan mengurus sekolah yang papa dirikan saja, Edward sungguh tidak cocok duduk di dalam perusahaan ber-AC seperti itu, sangat membosankan dan rasanya akan suntuk duduk berjam-jam di depan komputer dan bergelut dengan setumpuk kertas, lebih baik Edward urus saja sekolahan baru yang papa dirikan, bagaimana?” Salamos dan Yala saling bertukar pandangan.

Yala yang ragu sontak bertanya, “Sungguh? Kamu mau mengurus sekolahan?” Edward mengangguk dengan enteng membuat Salamos masih tidak bisa percaya dengan hal itu.

Edward kemudian mendapatkan ide yang cemerlang. “Mungkin dengan menjadi guru dan pengawas di sana, aku bisa menemukan gadis yang cocok untuk aku pinang, bagaimana?” Yala melengkungkan bibirnya kala mendengar ucapan putranya yang ia kira selama ini tak tertarik dengan seorang perempuan.

“Ya tak masalah, kamu bisa mengurus sekolahan itu, jika kamu ingin berpindah ke perusahaan, papa juga tidak keberatan, kamu bisa memilih sesukamu,” kata Salamos dengan pasrah membuat Edward akhirnya terbebas dari desakan untuk menikah.

Ia sengaja memilih menjadi guru pasalnya di sana ada teman-temannya yang mana Edward tak akan perlu serius dalam melakukan tugasnya menjadi seorang guru atau hanya sekedar mengawasi sekolahan. Semua ia lakukan hanya untuk menghindari perjodohan dan perusahaan.

***

SMA Eltera

Edward baru tiba di sekolah milik papanya, dan semua siswi yang melihatnya memekik kegirangan penuh takjub dengan parasnya yang bisa dibilang amat sangat sempurna dan muda, sungguh paras yang membuat siapapun akan terpana ketika memandangnya.

Edward mengabaikan hal itu dengan berjalan santai menuju ruangan temannya, yang menjabat sebagai kepala sekolah sesuai pilihan papanya.

Dengan santai Edward langsung membuka pintu bertuliskan ruang kepala sekolah.

Alangkah terkejutnya pria muda yang duduk di balik meja kerja hitam mengkilap itu dengan mulut yang terperangah tak percaya.

“Edward?” pekik Louis tak percaya membuat Edward hanya melengkungkan senyumannya tipis.

Louis langsung beranjak dari kursinya menghampiri Edward, memeluk ala pria kala keduanya sudah lama tak jumpa.

“Apa yang membuatmu datang kemari?” Tanya Louis tak percaya melihat kedatangan sahabatnya yang sungguh tiba-tiba tanpa kabar.

Edward dengan senyum tertahan menjawab, “Aku ingin jadi guru di sini. Menemanimu!” Louis terperangah sampai ia tak percaya dengan apa yang ia dengar.

Sungguh ini Edward yang ia kenal? Rasanya sahabatnya ini sedang bermain-main dengannya.

“Aku tahu kau tidak begitu suka dengan pekerjaan dalam ruangan yang membosankan, aku tahu kau hanya main-main, jangan membuat lelucon yang konyol,” kata Louis sembari membuka kulkas untuk mengambilkan minum Edward.

Edward sudah menebak jika sahabatnya ini pasti akan mengatakan hal itu, ia pasti tak akan percaya dengan apa yang ia ungkapkan.

“Aku serius, aku akan mulai mengajar saat ini, kelas mana yang harus kuberikan kelas hari ini?” Tanya Edward seraya menatap para siswa di lapangan yang mana mereka tengah asyik bermain bersama-sama.

Louis menyodorkan minuman kaleng itu pada Edward kemudian menatap para siswa.

“Kau yakin ingin mengajar di sini?” Edward menelan minumannya dan mengangguk santai.

Louis menenggak sekilas minumannya sebelum ia menjabarkan hal yang sungguh mengejutkan untuk seorang Edward yang tak mengenal dunia pendidikan.

"Sekolah milik papamu dalam jaringan pasar gelap," ucap Louis spontan yang mana itu berhasil membuat Edward menoleh dengan terkejut.

"Apa maksudmu?" tanya Edward yang mana kian nada suaranya sedikit dingin dan amat datar.

Louis mendekat pada Edward, menunjuk siswa di lapangan, "Kau tahu para siswa yang aktif berolahraga itu?" Edward mengangguk.

"Mereka yang paling dicari oleh perusahaan Titan Crop!" beritahu Louis membuat Edward mengernyit bingung tak paham dengan ucapan ambigu Louis.

"untuk magang di perusahaan mereka? wajar bukan? siswa dari sekolah kita terkenal akan pendidikan yang berkualitas, siswa siswi yang berprestasi serta memiliki dedikasi yang tinggi, tak heran banyak perusahaan yang mulai berdatangan untuk merekrut mereka," jawab Edward dengan berbangga hati di mana ia tahu media selalu mengedarkan berita mengenai sekolah milik papanya yang terkenal akan prestasi serta kejuaraan dalam bidang apa pun.

Louis menggeleng pelan mendengar jawaban Edward yang terlalu positif.

"Kau salah, mereka dijadikan energi hidup di pasar gelap!" beritahu Louis.

Lanjut membaca
Lanjut membaca