Semua novel yang kamu inginkan ada disini
Download
Bangkitnya Maha Tabib Abadi

Bangkitnya Maha Tabib Abadi

Rich Ima | Bersambung
Jumlah kata
44.7K
Popular
2.7K
Subscribe
359
Novel / Bangkitnya Maha Tabib Abadi
Bangkitnya Maha Tabib Abadi

Bangkitnya Maha Tabib Abadi

Rich Ima| Bersambung
Jumlah Kata
44.7K
Popular
2.7K
Subscribe
359
Sinopsis
PerkotaanAksiDokter GeniusKultivasiDewa
Aria Pratama seharusnya mati di jalan, tubuhnya hancur akibat tabrakan. Namun takdir berkata lain, jiwa Maha Tabib Abadi, salah satu dari Empat Dewa Agung yang pernah mengguncang semesta, masuk ke dalam dirinya. Luka parah lenyap, tubuhnya bangkit lebih kuat dari manusia biasa, sementara ingatan ribuan tahun dan ilmu pengobatan abadi kini menjadi miliknya. Sejak hari itu, Aria bukan lagi pemuda biasa. Dengan kekuatan Tabib Abadi, ia mampu menyembuhkan atau menghancurkan, menegakkan keadilan di hadapan orang-orang angkuh yang menindas rakyat kecil.
Bab 1

BRAKKKKKKK!

Suara rem mendecit panjang, disusul benturan keras itu semakin terdengar mengerikan ketika diiringi oleh teriakan banyak orang yang melihat pemandangan di mana seorang pemuda terlempar jauh dari jalur aspal, tubuhnya menghantam keras permukaan jalan. Darah segar merembes dari kepala, mengalir membentuk garis merah di atas aspal hitam yang panas.

Di Jalan Anggrek Raya, Kota Laksana… mendadak dipenuhi banyak orang yang khawatir sekaligus penasaran dengan kondisi si pemuda, sementara yang lainnya mengamankan mobil si penabrak.

“Yaampun, orang itu sepertinya meninggal!”

“Suruh penambraknya turun, suruh tanggung jawab!”

“Dia tak sadarkan diri!”

Beberapa ibu-ibu berterriak histeris. Beberapa orang dengan panik berlari mendekat. Tubuh pemuda itu terkulai, wajahnya berlumur darah hingga sulit dikenali. Tulang-tulangnya seakan remuk. Menurut akal sehat, mustahil ia masih hidup. Namun, ketika tangan-tangan ragu dari para bapak-bapak yang berada di sana hendak meraih tubuhnya, tiba-tiba pemuda itu bangkit.

Kondisinya benar-benar sangat parah, tapi pada momen itu si pemuda duduk tegak, napasnya teratur, seakan luka parah yang barusan terlihat hanyalah ilusi. Entah pengaruh adrenalin yang masih meledak-ledak di dalam dirinya atau bagaimana, tapi yang jelas si pemuda benar-benar duduk dengan tenang. Kerumunan terperangah, beberapa orang bahkan mundur spontan, wajah mereka diliputi ketakutan sekaligus keheranan.

“Nak… apa kamu bisa bertahan sebentar? Kami harus menelepon ambulans…” ujar seorang pria paruh baya yang menatap pemuda itu dengan tatapan penuh kekhawatiran dan iba.

Dari mobil yang menabraknya, seorang pria berbadan tambun yang menjadi sopir mobil itu pun melompat keluar setelah jendela mobilnya digedor keras oleh beberapa orang warga.

“Bodoh! Kau sengaja mau mati, ya sialan! Mobilku jadi rusak parah gara-gara kau! Dasar berandal bajingan, kau harus mengganti kerusakan mobil ini!” Alih-alih panik atau menyesal melihat kondisi si pemuda yang parah, ia justru berteriak dan bahkan menyumpah serapah dengan suara lantang.

Seorang pemuda yang menjadi saksi mata dari kejadian itu pun jadi geram. Dia dengan berang mendorong bahu pria tambun itu.“Hei, pak apa kau sudah keterlaluan! Jelas-jelas kau yang menabraknya! Harusnya sekarang kau bawa dia ke rumah sakit!”

Namun si sopir justru semakin beringas. Matanya melotot, wajahnya merah padam. “Kalian tidak tahu siapa aku dan siapa orang penting yang aku bawa, ha?! Aku adalah orang pentimg di negeri ini dan yang aku bawa adalah seorang pejabat penting! Berani ikut campur, kalian semua akan kubuat menyesal!”

Suasana hening. Kerumunan hanya bisa menggertakkan gigi, menahan amarah. Tak seorang pun berani melawan orang berkuasa. Sopir itu menyeringai puas, lalu menunjuk pemuda yang masih duduk di aspal.

“Kau! Segera menyingkir dari jalanku sebelum kuhabisi nyawamu!” bentaknya kasar. Dia begitu arogan dan tak punya nurani.

“Hei, mau sampai kapan kau akan mengobrol seperti itu! Kau buang-buang waktu saja. Kita masih ada janji penting. Cepat masuk dan jalankan lagi mobilnya!” Dari dalam mobil, suara seorang perempuan terdengar lantang dan tak sabaran. Dia bahkan berbicara kasar seolah kecelakaan yang baru saja disebabkan oleh mobilnya hanyalah hal remeh.

Seketika wajah sang sopir berubah drastis. Kesombongan yang tadi menggebu seolah padam di hadapan suara itu. Dengan sikap terburu-buru, ia menoleh hendak kembali ke mobil.

Namun, di saat itu pula, pemuda yang baru saja hampir mati malah tertawa keras. Tawa itu nyaring, dalam, seperti lolongan yang menggema di tengah keramaian.

“HAHAHAHAHAHA!”

Kerumunan tersentak. Wajah-wajah mereka berubah pucat, sebagian saling pandang dengan kebingungan.

“Apa dia baik-baik saja?” bisik seseorang menatap pemuda itu kian khawatir.

Sopir itu ikut terkejut. “Apa kau jadi sinting karena terbentur aspal? Apa yang kau tertawakan, sialan?! jangan membuat kesabaranku habis, padahal aku sudah berusaha bersikap baik padamu.”

Pemuda itu menatapnya dengan mata tajam, seolah sinar berbeda memancar dari kedalaman dirinya. “Ingat baik-baik namaku. Aku, Aria Pratama … aku masih hidup. Dan mulai hari ini, dunia akan menyaksikan kelahiranku kembali… dengan warisan Dewa Tabib Abadi!”

Kalimat itu bagai petir di siang bolong. Kerumunan terdiam, tak memahami maksud kata-katanya. Namun Aria tak peduli. Saat itu, sebuah ingatan asing tiba-tiba memenuhi benak Aria dan mengalir dengan deras. Padahal masih teringat jelas oleh Aria saat tubuhnya remuk karena tertabrak dan dia ingat ketika nyawanya hampir lepas dari raganya… sebuah sosok misterius tiba-tiba datang menghampiri dan memasuki pikirannya. Roh itu menyatu dengan dirinya, menggantikan rasa sakit dengan kekuatan yang tak bisa dijelaskan.

Di balik kepalanya, nama lain bergaung. Nama yang sama dengan dirinya, Aria Pratama… seorang Maha Tabib Abadi. Dari ingatan asing itu dia bisa mengetahui bahwa sosok itu disembah ribuan makhluk, dia adalah salah satu dari Empat Dewa Agung Alam Abadi. Sepuluh ribu tahun lalu, demi seorang wanita bernama Dewi Victa Lestari, ia sendirian membantai miliaran iblis dari Suku Pemangsa Jiwa. Namun pengkhianatan justru datang dari wanita yang ia lindungi.

“Victa Lestari…” desis Aria tajam, giginya bergemeletuk. “Demi cinta, kau menancapkan belati ke jantungku. Kali ini, meski butuh sepuluh ribu tahun lagi, aku akan membalasnya!”

Sopir yang menabraknya mendengus mengejek. “Dasar sinting! Apa kau sedang main sandiwara demi mendapatkan uang dariku, ha?!”

Dari mobil, suara perempuan itu kembali mendesak. “Cepat! Aku tidak mau terlambat!”

“Baik, sebentar!” jawab sopir itu dengan nada penuh hormat. Ia lalu menoleh dengan tatapan menghina ke arah Aria. “Hidup atau mati, bukan urusanku. Jangan harap aku peduli!”

Namun langkahnya terhenti ketika suara dingin menusuk telinganya.

“Berhenti.”

Sopir itu menoleh, terperangah melihat sorot mata Aria yang begitu tajam. Untuk sesaat, jantungnya berdegup tak karuan hanya karena aura penuh intimidasi yang Aria pancarkan, dia bahkan sampai menelan ludahnya dengan susah payah karena tiba-tiba merasa takut pada sosok Aria.

“Kau…” suaranya tercekat, lalu ia menghardik untuk menutupi rasa gentar. “Kau berani melawanku? Kau tak tahu siapa aku?!”

“Tak peduli siapa kau.” Aria berdiri perlahan, tubuhnya tegap, seolah sama sekali tak pernah terluka. Dengan segala darah yang masih mengucur deras membasahi dari ujung kepala sampai ujung kakinya, Aria dengan tenang berjalan ke arah sopir mobil itu.

Tatapan dinginnya semenyeramkan seorang tirani.

PLAKKK!Tanpa aba-aba sebuah tamparan keras mendarat di pipi sopir itu, membuat sopir itu terhuyung dan hampir terjatuh. Kerumunan yang sejak tadi menahan amarah spontan bersorak.

“Bagus! Hajar dia!”

“Sudah pantas dapat pelajaran!”

Wajah sopir itu memerah, matanya mendidih. “Bajingan! Berani sekali kau—”

Belum sempat kata-katanya selesai, Aria sudah mengangkat tangan lagi. Sopir itu buru-buru bersiap memasang kuda-kuda, dia dengan penuh amarah akan mencoba menangkap lengan pemuda itu.

“Kemarilah, tampar aku lagi dan aku akan dengan senang hati mematahkan lenganmu itu sialan…” ujarnya geram.

Lanjut membaca
Lanjut membaca
Download MaxNovel untuk membaca