

JM Company
Ada Leo yang kian disibukkan dengan beberapa berkas yang perlu ia periksa dan ditanda tangani. Dering ponsel menampilkan nama mamanya tak ia hiraukan meski sudah 5 panggilan berturut-turut sejak tadi.
Tanpa mengangkat telepon dari mamanya, Leo tahu apa yang diinginkan oleh mamanya. Tentu sebuah perjodohan dan pembentukan aliansi dalam membangun kerja sama yang besar dengan keluarga yang lebih kuat.
Leo malas menjalani atau mengulang lagi masa lalu yang amat sangat ia benci, bahkan tak pernah ia memikirkan akan mengulang masa lalu kelam itu.
Baginya pernikahan itu hanyalah penyiksaan diri berkedok saling mencintai jika pada akhirnya dirinya yang dikhianati.
Sejak perselingkuhan buruk kala itu, ia menjadi jijik dengan wanita. Siapapun wanitanya yang mendekat, ia enggan untuk memberikan ruang pada mereka.
Dan hari ini dirinya ditinggal oleh Ziko untuk beberapa hari keluar negeri mewakili dirinya dalam menemui klien juga memeriksa pembangunan proyek mereka.
Sebelum pergi kemarin, Ziko sudah menyiapkan sekretaris sementara untuk menggantikannya, dan sialnya Ziko memilihkan seorang wanita untuk membantu dirinya dalam menyelesaikan pekerjaan ini.
Leo enggan untuk sekedar bekerja bersama seorang wanita, itu membuatnya jijik setiap kali mengingat perselingkuhan di masa lalu. Ia selalu memandang semua wanita sama seperti mantan istrinya, karena itu ia tak mengizinkan seorang pun wanita bekerja di kantornya. Namun untuk yang satu ini dirinya terlalu lengah sampai tak tahu jika Ziko sengaja meninggalkan seorang perempuan untuk menggantikan posisinya selama 2 Minggu ini.
Tok tok
Leo memutar bola matanya dengan malas. Sehari ini sudah tiga kali perempuan itu keluar masuk ruangannya, entah sekedar minta tanda tangan, mengambil berkas atau mengantar makanan.
“Sialan, kenapa aku harus membiarkan wanita ini tetap di tempatku, aku bisa mengusirnya sekarang juga,” dumel Leo yang sungguh enggan didekati oleh wanita.
“Masuk!” Serunya datar dengan pandangan lekat pada berkas di depannya, membalik lembar demi lembar dengan sesekali membubuhkan tanda tangan di sana.
Terlihat wanita itu mendekat dengan secangkir kopi. “Maaf tuan, ini kopi anda. Tuan Ziko baru saja mengingatkan pada saya agar membantu tuan memeriksa kembali proposal yang akan diajukan untuk kesepakatan kerja sama.” Ujar wanita bernama Sora itu.
Leo hanya mengangguk kemudian membiarkan wanita itu mengambil berkas setumpuk untuk dibantu koreksi.
Ketika wanita itu hendak duduk di depannya, berseberangan dengannya, Leo langsung mengusirnya untuk ia duduk di sofa. Mencium bau menyengat dari parfum wanita itu sungguh membuatnya mual saat ini.
Leo melemparkan bolpoinnya dengan jengah, meraih cangkir kopinya dan menyeduh sedikit demi sedikit kopinya.
Ia kembali memperhatikan setiap detail kata serta angka yang tertertulis di sana untuk mengoreksi kesalahan atau mungkin luput data.
Sampai akhirnya Leo merasa jika ada yang salah dengan dirinya, ia merasa gerah dan tubuhnya seperti panas.
Leo langsung melirik ke arah cangkir kopi, matanya memicing tajam pada Sora.
“Sialan, kenapa aku bisa seceroboh ini tanpa memeriksa,” umpat Leo yang langsung bergegas berdiri dari kursinya untuk meninggalkan ruangan mencari pengawalnya.
Namun Sora menghadangnya dan bertanya, “Tuan mau kemana?” Leo hanya diam dan mendorong Sora ke samping, ia berjalan menuju pintu namun Sora dengan berani mengunci pintunya, menghadang jalannya.
“Tuan, tidak ada siapapun saat ini, bagaimana jika saya bantu puaskan tuan?” Goda Sora sembari melepas kancing bajunya melangkah mendekat pada Leo.
Leo menggelengkan kepalanya berulang kali untuk membuat dirinya sadar dari kegilaan ini. Sora meraba dadanya, menempelkan tubuhnya padanya dengan rapat.
“Bagaimana jika kita lakukan di atas meja, sepertinya akan terasa mendebarkan di sana,” bisik Sora sembari melepaskan dasi dan kancing kemeja Leo.
Leo mendorong Sora dengan kasar hingga terhuyung ke belakang, melepas gaspernya membuat Sora tersenyum penuh kemenangan berharap jika Leo sungguh akan menyentuhnya setelah ini.
Dengan kasar Leo menarik tangan Sora, mengikatnya dengan dasinya kemudian menghempaskan tubuh itu ke sofa, di mana Sora terlihat kegirangan berpikir jika ia akan disentuh oleh Leo meski dengan sedikit masokis yang gila.
Namun, bukan belaian yang Sora dapatkan melainkan cambukan dari gasper yang Leo genggam di tangannya.
CETES
CETES
Teriakan keras dari mulut Sora memenuhi ruangan, rintihan serta tangisan ampun terus melonglong penuh harap. Namun Leo bagai tuli dengan permohonan Sora, ia terus mencambuk sampai tubuh putih mulus itu merah hampir mengeluarkan darah.
Pintu didobrak dengan keras dari luar, tampak para pengawal langsung masuk ke dalam begitu mereka mendapatkan laporan jika dari dalam ruangan Leo terdengar teriakan keras serta cambukan yang menakutkan membuat para pengawal langsung paham apa yang terjadi dengan tuan mereka.
“Bereskan wanita itu dan sterilkan ruanganku, jangan sampai ada jejak yang menjijikkan darinya di ruanganku,” kata Leo yang diangguki oleh pengawalnya.
Leo menjatuhkan gaspernya, memegangi kepalanya membuat salah satu pengawal langsung memegang tubuhnya cakap.
“Ada apa tuan?” Tanya Pengawal itu penuh kecemasan melihat wajah Leo yang merah.
“Antar aku ke club, panggilkan Desmond untuk datang bersama dokterku, jalang ini memberikan sesuatu pada minumanku,” ujar Leo yang diangguki oleh pengawalnya, yang mana mereka langsung membawa pergi Leo dari kantornya.
***
Club Vana
Dua pengawal itu langsung memapah Leo membawanya ke lantai atas sembari menunggu Desmond dan dokter datang.
Mereka menempatkan Leo di salah satu kamar VIP, jauh dari para wanita.
“Sebentar tuan, saya akan turun ke bawah untuk menjemput tuan Desmond begitu datang,” kata pengawal itu yang diangguki oleh Leo.
Lalu pengawal satunya pamit juga, “Saya akan siapkan air es untuk anda berendam.” Mereka meninggalkan Leo seorang diri di kamar.
Leo menghempaskan tubuhnya di ranjang dengan menggelinjang gelisah tak karuan karena rasa gerah. Dan sialnya pengawalnya begitu lama sekali membuatnya hampir gila.
Dengan kepala yang berat ia bangun, langsung pergi ke kamar mandi untuk merendam tubuhnya di bath up demi menetralisirkan rasa panas dalam tubuhnya. Namun itu sungguh tidak bekerja sama sekali, rasa panas masih menjalar di tubuhnya.
Sungguh keparat sekali.
Leo keluar dari bath up, sempoyongan keluar dari kamar mandi dengan kepala yang semakin berputar hebat.
“Aku sungguh akan membunuh wanita itu, tak akan kubiarkan dia hidup dengan baik atas apa yang ia lakukan hari ini padaku, Ziko sialan,” umpatnya terus merutuki akan kecerobohannya hari ini.
Sampai akhirnya tiba-tiba pintu terbuka membuat Leo bergegas menghampiri, berpikir jika itu Desmond dan dokternya.
"Fely kamu di mana?"
Bukan Desmond atau dokternya, suara itu milik seorang wanita. Bagaimana bisa ruangannya dimasuki oleh wanita? kemana perginya pengawalnya itu?
Brugh
"Arrgghh si-siapa kamu?" teriak wanita itu ketakutan kala tubuh Leo terhuyung menabrak tubuh ringkihnya.
Leo dengan mata samarnya berusaha melihat dengan jelas sosok di depannya.
Cantik. Sempurna. Itulah kata yang tepat untuk mendefinisikan sosok di hadapannya ini.
"Maaf tuan, sepertinya saya salah masuk kamar, saya mohon maaf," kata perempuan itu mendorong tubuh Leo ke belakang dan bergegas untuk keluar dari kamar.
Namun entah dorongan dari mana, Leo menarik tangan itu dan menyandarkan tubuh ringkih itu ke pintu, mengunci tubuh perempuan itu agar tidak lenyap dari pandangannya.
"Tu-tuan, apa yang anda lakukan?" tanya perempuan itu dengan nada ketakutan dan bergetar penuh rasa yang kalut.
"Tolong bantu aku," kata Leo lirih namun membuat perempuan itu paham kemana arah pembicaraannya.
Perempuan itu memberontak namun Leo tidak bisa lagi menunggu, Desmond dan dokternya terlalu lama untuk menangani dirinya saat ini, hanyalah perempuan inilah obatnya untuk saat ini yang bisa segera membantunya.
Leo langsung memanggul perempuan itu dan membawanya ke ranjang, menghempaskannya dengan kasar dan malam itu Leo melanggar akan prinsipnya untuk tidak menyentuh seorang perempuan.
Dan malam itu Leo akui dirinya menjadi gila karena perempuan itu. Entah apa istimewanya perempuan itu namun Leo akui dialah pemenangnya.