Semua novel yang kamu inginkan ada disini
Download
Pesona Arya Memikat Janda

Pesona Arya Memikat Janda

Ainin | Bersambung
Jumlah kata
59.2K
Popular
7.4K
Subscribe
803
Novel / Pesona Arya Memikat Janda
Pesona Arya Memikat Janda

Pesona Arya Memikat Janda

Ainin| Bersambung
Jumlah Kata
59.2K
Popular
7.4K
Subscribe
803
Sinopsis
18+PerkotaanSlice of lifeSpiritual21+Harem
Arya Mahendra, pria yang selama hidupnya sering diremehkan karena miskin dan tak punya pekerjaan, tanpa sadar mewarisi ilmu karisma spiritual dari leluhur misteriusnya, ilmu kuno yang bisa mempengaruhi aura dan perasaan orang lain. Namun kekuatan itu tak hanya memikat hati wanita, melainkan juga membuka pintu menuju dunia tersembunyi berisi makhluk ajaib yang membuatnya bisa melakukan apa saja dan dihormati. Kekuatan Arya makin bangkit saat dia menolong Raras, seorang janda cantik, pemilik resort di tepi danau tempatnya bekerja. Namun Raras bukan wanita biasa, tubuhnya yang biasa terbalut pakaian seksi itu, ternyata menyimpan segel energi lama, membuat siapapun yang terlalu dekat dengannya akan kehilangan tenaga hidup. Dan mulai saat itu, perlahan Arya mulai dikelilingi banyak wanita!
Bagian 1. Aura Yang Bangkit

"Kita putus aja," ucap seorang gadis dengan rambut yang dia ikat asal-asalan, menatap pria di depannya dengan ekspresi datar.

"Kenapa tiba-tiba?" tanya Arya, menatap gadis itu dengan ekspresi bingung.

Mendengus kesal, gadis itu mengepalkan tangannya emosi melihat betapa tak berpikirnya Arya saat ini.

"Kamu mikir nggak sih nanya gitu ke aku?" dengusnya tak bisa menahan emosi. "Kamu miskin, lulus S2 hasil beasiswa udah setahun tapi tetap aja belum punya kerjaan! Aku capek ya diejekin sama temen-temenku cuma karena punya pacar bego kayak kamu!"

Arya terdiam, menarik napas dan mengangguk paham. "Aku paham, Wid, tapi hari ini aku ada interview kok di luar kota, aku bakal dapet kerjaan," balasnya dengan wajah penuh kesungguhan. "Kamu sabar sebentar bisa kan? Aku janji, habis aku dapet pekerjaan ini, gaji pertamanya bakal aku kasi semuanya ke kamu."

"Halah, jambu! Janjimu busuk!" dengus Widya, pacar Arya yang sudah tak mampu mendengar bacotan lagi. "Kita putus, aku udah ada pacar baru dan ingat, ketemu di jalan anggap orang asing! Aku malu kalo orang-orang tahu kamu pernah jadi pacarku!"

"Wid, jangan begini dong!" panggil Arya penuh harap, berusaha memegang tangan Widya tapi sudah dihempaskan lagi oleh wanita itu. "Wid! Aku nggak bisa putus dari kamu!"

"Bodoamat, lo mantan gue sekarang! Kita nggak ada hubungan apa-apa lagi!"

Kandas, hubungan cinta yang sudah dibangun tiga tahun berakhir buruk. Arya hanya bisa menatap putus asa kepergian Widya yang sudah menaiki taksi online. Bahkan, tanpa menoleh lagi padanya.

Arya Mahendra, seorang pria berusia 26 tahun, pengangguran setahun terakhir dan hanya menumpang hidup dengan temannya, Seno. Dia tampan, tinggi dan gagah, tapi karena tak punya pekerjaan dan kehidupan yang terjamin, membuat orang banyak meremehkan dan menganggapnya sampah.

Termasuk Widya Ratnasari, pacarnya tadi. Setahun ini sudah entah berapa kali gadis itu meminta putus darinya, dan sekarang semuanya terealisasikan.

"Bro! Sini, ngopi bentar!" panggil Seno dari loteng kos, membuat Arya mendongak dengan ekspresi suram. "Sini naik! Ngapain lo liatin gue begitu?!"

Mau tak mau, Arya naik ke atas menggunakan tangga luar area kos. Tiba di dekat Seno, segelas kopi panas terulur dan saat Arya menatap Seno, pria itu tersenyum kecil.

"Putus ya?" tebak Seno membuat Arya mendengus, pinggiran matanya terasa panas membuatnya mengambil gelas untuk diseruput. "Halah, ngapain sedih! Widya itu emang cewek matre, semalam gue liat dia jalan bareng Kevan. Dia nggak pantes buat lo," cerocos Seno sambil ikut menyeruput kopinya.

"Gue yang nggak pantes buat dia, soalnya gue pengangguran. Wajar dia lari dari gue," ucap Arya pahit.

"Ck, udahlah, lupain aja. Gue yakin lo bakal dapet yang lebih bohai dan cantik daripada dia."

Arya berdecak, mengambil satu kacang goreng dan memakannya dengan rasa patah hati. "Gue berangkat sore ini, kalo ketrima gue bakal tinggal di sana karena katanya disediain mess. Gajian gue pulang," ucapnya membuat Seno mengangguk-angguk.

"Baek-baek di sana nanti, gue pastiin lo ketrima sih karena yang dicari itu cowok berpenampilan menarik. Lo ganteng, jadi masuk standar pencarian," balas Seno santai membuat Arya tersenyum pelan, menatapnya yang tengah mengupas kacang.

"Gue bakal balas budi-"

"Halah, nggak perlu! Lo kerja aja baek-baek, gue juga ngerasa tenang kalo lo udah punya kerjaan."

Arya tak mengatakan apapun lagi, dari dulu Seno memang sangat baik padanya.

***

Hujan sore itu turun perlahan di tepian Danau Wening. Udara lembap, dan kabut tipis menggantung di antara pepohonan pinus.

Arya berdiri di bawah rindang pohon, menatap air yang bergelombang tenang. Dia baru saja tiba di resort itu, tempat yang menerima surat lamaran kerjanya dan dia akan diinterview 20 menit lagi.

Ditatapnya Danau Wening dihadapannya itu dengan tatapan tenang. Ada mitos soal danau ini, katanya danau ini menyimpan energi lama yang membuat pengunjung sering bermimpi aneh. Namun, Arya tak tahu entah itu benar atau tidak, tapi sepertinya tidak mungkin benar.

Angin membawa aroma tanah basah dan bunga kamboja yang baru mekar. Saat dia melangkah ke arah villa utama, suara langkah tergesa terdengar di belakang.

“Aaa, tolong!”

Refleks, Arya menoleh. Seorang wanita berlari dari jalan berbatu, tumit sepatunya patah, tubuhnya hampir jatuh. Dia mengenakan gaun panjang berwarna krem, basah oleh hujan.

Arya melangkah cepat dan menangkap tubuh itu sebelum sempat membentur tanah.

Tubuh mereka bertemu, dada wanita itu menempel di dadanya, napasnya tersengal. Rambut hitamnya menempel di pipi Arya, lembut dan harum. Ada kehangatan aneh menjalar dari kulit ke kulit.

Untuk sesaat, dunia terasa diam.

Angin berhenti, dan sesuatu dalam diri Arya seperti bergetar halus, bukan detak jantung, tapi aliran energi yang keluar dari dasar dadanya.

Wanita itu menatapnya, mata kecokelatan yang lembap dan memikat. Ada rasa kehilangan yang dalam di sana, tapi juga sesuatu yang menggoda, samar, seolah dia haus akan kehangatan.

"Nyonya baik-baik saja?" tanya Arya kaku, saat menyadari wajah itu cantik.

“Ah, iya, terima kasih sudah menolong. Kamu… siapa?” suaranya lembut, agak gemetar.

“Saya Arya Mahendra. Saya datang untuk wawancara kerja di resort ini.”

“Oh… jadi kamu pelamar itu…” Wanita itu tersenyum tipis, tapi belum juga melepaskan genggamannya dari lengan Arya.

Ketika jemarinya bersentuhan, sensasi aneh itu makin kuat. Arya seperti diselimuti aura lembut yang menggoda, membuat pikirannya kabur sesaat. Cahaya halus berwarna keemasan berkelebat di sekeliling mereka, sekilas, seperti kilatan petir yang sangat pelan, tapi hanya mereka berdua yang menyadarinya.

Wanita itu menelan ludah pelan, tubuhnya bergetar. “Aku… aku merasa hangat… sekali.”

Arya sendiri terdiam. Dia tak tahu apa yang baru saja terjadi, tapi energi itu terasa seperti hidup, seperti ada sesuatu yang menembus antara kulit mereka, menyalurkan getaran batin yang menyatukan dua jiwa yang belum saling mengenal.

Perlahan Arya mulai menjauh, membantunya bangkit walau lehernya entah mengapa masih kaku, terdiam menatap wanita di depannya.

“Namaku Raras,” kata wanita itu akhirnya. “Aku pemilik tempat ini.”

Arya mengangguk pelan. Namun matanya tak bisa mengalihkan pandang dari tatapan Raras yang seolah menelanjangi jiwanya, bukan tubuhnya. Tatapan yang membuat udara di antara mereka seakan berdenting, terlalu dekat, terlalu dalam.

Raras akhirnya melepaskan genggamannya, tapi jemarinya masih bergetar halus.

“Kamu… boleh masuk. Aku ingin bicara soal pekerjaanmu. Tapi mungkin…” Wanita itu tersenyum samar. “Lebih baik kamu keringkan dulu bajumu. Aku tidak ingin kamu jatuh sakit sebelum bekerja.”

Suara lembut itu nyaris berbisik. Hangat. Mengandung sesuatu yang tak terucap, antara undangan dan ujian.

Arya menelan ludahnya lalu menunduk sedikit, sopan. Tapi di dalam dirinya, energi aneh tadi masih berputar. Dia menatap sekilas ke tangan kanannya, samar-samar terlihat garis cahaya tipis melingkar di sana, lalu menghilang begitu saja.

"Apa tadi itu..?"

Raras berjalan lebih dulu, melewati halaman dengan langkah tenang. Dari belakang, Arya memperhatikan siluetnya yang anggun, dan untuk sesaat, dia merasakan sesuatu bergetar lagi di dadanya, bukan karena nafsu semata, tapi karena ada daya tarik yang tak masuk akal.

Seolah tubuh wanita itu memanggil jiwanya.

Dan di langit, petir kecil menyambar jauh di atas danau. Arya menoleh dan menyadari ada sesuatu yang terjadi.

Seolah energi lama di tempat itu baru saja bangkit.

Lanjut membaca
Lanjut membaca