Semua novel yang kamu inginkan ada disini
Download
Gara-gara Sistem Ngopi Jadi Crazy Rich

Gara-gara Sistem Ngopi Jadi Crazy Rich

Eomma_SheZe | Bersambung
Jumlah kata
55.3K
Popular
1.2K
Subscribe
149
Novel / Gara-gara Sistem Ngopi Jadi Crazy Rich
Gara-gara Sistem Ngopi Jadi Crazy Rich

Gara-gara Sistem Ngopi Jadi Crazy Rich

Eomma_SheZe| Bersambung
Jumlah Kata
55.3K
Popular
1.2K
Subscribe
149
Sinopsis
18+PerkotaanSupernaturalMiliarderSistemZero To Hero
Zico Errorion. Namanya adalah kutukan. Hidupnya adalah kumpulan gagal terstruktur. Ditolak klien? Biasa. Motor tabrakan? Sudah makanan mingguan. Dompetnya isinya cuma secarik harapan dan selembar uang lima puluh ribu. Hampir setiap hari! Sampai suatu hari, di tengah keputusasaannya meneguk secangkir americano termurah, sebuah suara muncul di kepalanya. "Ding! Sistem Ngopi and Chill telah terikat!" Hadiah pertamanya? Lima puluh ribu, dong! Akankah hidup Zico berubah drastis setelah Sistem yang absurd itu datang? Siapakah di balik Sistem ini? Apa tujuannya?
Bab 1: Panggilan Sang Sistem

Lelaki berjaket abu-abu itu meninju udara dengan kepalan tangannya sambil mengumpat.

“Kampret!”

Beberapa orang yang lewat menoleh, memperhatikan sebentar lalu pergi. Ada yang hanya geleng-geleng kepala, ada yang memandang sinis, ada juga yang tidak peduli.

Lelaki itu bernama Zico Errorion. Hidupnya penuh dengan trial error dan berujung error terus seperti namanya.

“Pak, kenapa, sih, aku dinamain Errorion? Pantesan, apapun yang aku jalanin jadinya error, barang apapun yang aku sentuh juga jadi error!” Zico protes dahulu kala saat ayahnya masih hidup, karena merasa dikutuk berdasarkan namanya sendiri. Orang bilang nama itu adalah doa, kenapa buat dia namanya jadi kutukan?

“Daripada Bapak namain kamu Reboot atau Restart? Diulang-ulang terus idup kamu, apa nggak capek? Bapak mah capek.” Jawaban ayahnya Zico memang serandom itu. Makanya, Zico mau tidak mau pasrah saja namanya begitu.

Pasrah juga saat hidupnya penuh dengan ke-error-an. Seperti saat ini. Project yang dia kerjakan berbulan-bulan dan sudah di-accept di awal oleh salah satu perusahaan terkemuka di Jakarta, bahkan dia sudah mendatangani MOU, ditolak begitu saja saat semuanya sudah rampung. Cuma karena apa? Ada sedikit sistem error!

Parahnya, perusahaan yang baru saja dia singgahi itu, menolak membayar apa yang sudah dia kerjakan dengan dalih sistem error tadi. Zico yakin, idenya akan dikloning tapi dia tidak dapat apa-apa. Sialnya lagi, di dalam MOU terdapat pernyataan kalau terdapat error dan bug di tanggal deadline, perjanjian dibatalkan.

Komitmen macam apa itu! Hanya merugikan dirinya yang bekerja sendirian dengan posisi lemah karena tidak punya kuasa hukum. Mau menuntut saja, rasanya mustahil mengingat isi dompetnya yang isinya hanya ada uang berwarna biru. Selembar pula!

Zico berjalan ke area parkir, mengambil motor maticnya yang selalu menemaninya di segala situasi. Sambil melamun, pria bertubuh tinggi itu mengendarai motornya dengan kecepatan medium mendekati hard. Arahnya belum menentu, dia masih bingung mau kemana untuk mengendalikan emosinya yang sedang berada di puncak. Paling endingnya, mendinginkan hari yang overwhelmed dengan segelas es kopi di sebuah kafe.

Tanpa dia sadari, dari arah kanan berlawanan, motor sport berwarna merah melaju dengan kecepatan tinggi menuju ke arahnya.

BRAAKKK!!

Tubuh Zico terpental lima puluh sentimeter. Sedikit banget, ya? Padahal netizen berharap dia terpental sepuluh meter, biar seru. Tapi, jangan. Zico tokoh utama, kalau dia mati di awal cerita, nanti jadinya malah cerpen bukan novel.

“Heh! Mata lu di mana, Setan!?” omel Zico pada pengendara motor sport yang sepertinya masih anak baru puber karena memakai seragam putih abu-abu.

“Di sini aja, Bang. Nggak kemana-mana. Maaf, ya, Bang?” Si anak remaja itu kelihatan ketakutan. Dari cara meringis yang bikin wajahnya jadi makin jelek, bisa dipastikan lukanya lebih parah dari Zico.

“Maap, maap! Tanggung jawab lu! Motor gue rusak, tuh!” Zico makin emosi.

“Tapi motor saya lebih rusak. Mana itu motor tetangga saya, dia bilang cicilannya 23 bulan dan baru kebayar dua bulan nunggak tiga bulan.”

“Dia malah curhat! Mana curhatan tetangganya yang hidup elite ekonomi sulit lagi. Oversharing banget lu!” Zico mencoba berdiri walaupun lututnya terasa nyeri. Dia lihat, di bagian sana, celana jeansnya robek sedikit.

“Bang, saya pulang, ya?” mohon si anak SMA dengan tampang melas kayak minta didonasi.

“Loh, terus gimana ini motor gue?! Tamengnya pecah, nih. Spionnya patah satu! Mana lecet-lecet lagi, padahal motor gue udah dapet predikat motor termulus sampe paha Lucinta Luna kalah!”

“Emang pernah lihat paha Lucinta Luna, Bang?”

“Anj! Kampret nih anak! Udah sana pulang! Bilang sama tetangga lo, besok-besok belinya Lamborghini biar makin susah idupnya!” umpat Zico yang level emosinya makin meningkat tiga kali lipat. Mimpi apa dia, dari mulai diberojolin emaknya sampe umur 24 tahun begini masih saja sial!

Zico mencoba mendirikan motor dan menyalakan mesinnya. Tidak menyala!

“Ya Allah ... kutuk saya jadi orang kaya, Ya Allah!” Zico rasanya mau menangis guling-guling di pasir tapi takut dikira makhluk menggonggong.

Akhirnya, di bawah terik matahari yang lagi lucu-lucunya, dia mendorong motor menuju bengkel terjauh! Loh, kenapa tidak yang terdekat? Karena dia mau ke bengkel temannya, bisa ngutang.

Setelah berjalan sekitar dua kilometer sampailah di bengkel temannya yang hatinya baik kayak malaikat karena mau diutangin, walaupun pas lagi nagih hutang lebih mirip malaikat maut.

Setelah sedikit merayu karena kerusakan motornya banyak yang artinya hutangnya juga bakal banyak, Zico pamit. Motornya harus menginap karena temannya itu sedang banyak pasien alias motor pelanggan yang harus diperbaiki.

Zico melangkah masuk ke dalam kedai kopi yang sudah beberapa hari ini dia singgahi, yang kebetulan dekat dengan bengkel temannya. Selain karena rasa kopinya yang di atas standar dengan harga di bawah standar, ditambah lagi ada sese-barista betina yang sesuai tipe standar Zico.

Sebagai seorang freelancer desain grafis yang kerjanya di mana saja, lelaki biasa yang tampangnya lumayan ganteng bagi anak-anak kosannya tapi tidak cukup tampan bagi tante-tante berduit, sehari-harinya memang di coffee shop yang merupakan kantor kedua baginya sekaligus pelarian dari kesepian di kosan. Barista cantik dengan sapaan soft spokennya yang kadang Zico buat malu karena percakapan absurd, aroma biji kopi sangrai dan suara mesin espresso yang berdengung adalah latar belakang hariannya Zico.

“Ini kopinya, Bang.” Si Barista cantik yang jadi incaran Zico tapi tidak berani dia incar mengantar kopi pesanannya, padahal di sana ada waiter lagi nganggur. Zico berpikir, cewek ini memang mau caper. Over confident sekali-sekali boleh ‘kan?

Zico mengembuskan napas berusaha membuang sisa-sisa kekesalannya yang terpaksa dia telan. Dia ingin menikmati kopi di tengah pusingnya tagihan paylater dan juga kosan yang harus dibayar beberapa hari lagi, sedangkan pembayaran yang harusnya dia terima, di-cancel begitu saja!

Tiba-tiba di tengah tegukan pertama americano hangat―menu paling murah―siang itu, sebuah suara berkumandang di kepala Zico.

“Ding!”

“Apaan tuh?” Zico celingak-celinguk mencari sumber suara.

“System prepared!”

“Hah?” Zico mengorek kupingnya dengan jari telunjuk, mengira telinganya bermasalah.

“Connecting ....”

Zico makin melongo. Dia mengedarkan pandangan ke seluruh kafe. Semua tampak normal. Lagu yang terdengar pun masih lagu relaxing hits Spotify.

“Sincronized processing is started ... 25% ... 50% ... 75% ....”

Lagi-lagi suara misteri itu terdengar sangat dekat di telinga Zico.

“One hundred percent. Analyzing data.” Terdengar lagi suara yang kaku itu. “Change to Bahasa. Nama Zico Errorian. Jenis kelamin laki-laki. Usia 24 tahun. Kesuksesan nol, kegagalan 12.927. Tinggi badan 175 sentimeter, berat badan 72 kilogram. Aset dan kekayaan, motor butut dan duit lima puluh ribu, selebihnya hutang yang belum terhitung. Motto hidup, ‘Hidup pasti banyak rintangan, kalau banyak rantangan berarti katering’. Zodiak Sagitaquarius.”

“Lah, bener semua lagi kecuali zodiaknya. Eh, lu siapa, sih?” Zico bertanya sambil menutup mulutnya. Ekspresinya panik bukan main.

“Ding! Terdeteksi host yang suka ngopi padahal duitnya receh tapi anti kopi sachet di warkop. Apa host ingin terikat dengan ‘Sistem Ngopi and Chill?”

Mulut Zico melebar. Kalau lagi minum, mungkin saja bisa tersedak sedotan pipih yang terselip di lubang paper cup kopi yang menemaninya saat ini.

“S-siapa itu?” tanya Zico dengan nada hampir berbisik karena takut disangka gila perkara bicara sendiri sambil mikir dalam hati, ‘ini halusinasi karena kebanyakan kafein atau gara-gara terlalu banyak nonton drama series tentang sistem?’

“Saya ‘Sistem Ngopi and Chill’, Bro.” Terdengar lagi suara kaku mirip-mirip mbak Google tapi versi jantannya.

Lanjut membaca
Lanjut membaca