Semua novel yang kamu inginkan ada disini
Download
Tightrope Mandala

Tightrope Mandala

kersanala | Bersambung
Jumlah kata
26.0K
Popular
100
Subscribe
4
Novel / Tightrope Mandala
Tightrope Mandala

Tightrope Mandala

kersanala| Bersambung
Jumlah Kata
26.0K
Popular
100
Subscribe
4
Sinopsis
FantasiSci-FiTeknologiTime TravelUrban
Kita akan hidup bersinggungan dengan banyak ruang, makhluk hidup, serta hal yang sebelumnya belum pernah kita duga. Banyak Ilmuwan yang mencoba untuk membuat mesin waktu untuk menembus waktu dan dimensi yang berbeda. Namun, sampai saat ini kita tidak pernah tau kejelasannya. Arjuna Sadewa adalah salah satu mahasiswa jurusan teknik dirgantara di salah satu kampus ternama. Obsesinya terhadap ilmu pengetahuan membawanya pada pengalaman tak terduga. Setelah mengalami semua kejadian di luar logika, hidupnya tak lagi sama.
BAB I

Menurut pernyataan sains, di alam semesta terdapat banyak sekali galaksi yang saling bersinggungan. Namun, karena ukuran tubuh manusia yang terlalu kecil serta terbatasnya alat dan ruang yang bisa kita tembus, kita jadi tidak pernah tau menahu tentang apa yang sebenarnya terjadi di luar sana. Apakah alien itu sebenarnya ada? Atau dimensi itu tidak hanya sampai tiga, tapi ada dimensi empat, lima, enam, dan seterusnya?

Seluruh ilmuwan di dunia ini masih mencoba untuk memecahkan pertanyaan yang menghantui pikiran manusia. Bahkan bagaimana kehidupan terbentuk pun jawabannya baru di dapatkan beberapa puluh tahun kebelakang. Kode-kode rahasia dari suku Maya dan Aztec masih belum terpecahkan, pengetahuan masih harus terus di gali, ilmu masih harus di kembangkan.

Di zaman sekarang, semua orang sudah berlomba-lomba menciptakan teknologi yang baru. Bahkan salah satu perusahaan teknologi asal Amerika Serikat mencoba menciptakan teknologi yang mampu membawa kita menembus ruang dan waktu. Namun, sampai dengan hari ini kabar itu tak lagi terdengar. Perkembangan alat itu tak lagi muncul di berita harian manapun, bahkan uji coba alat tersebut seperti di tutup-tutupi dari publik.

Berita di laman sosial media menyatakan sebuah penemuan baru dari ilmuwan asal Italia yang mampu membekukan cahaya di sebuah ruang penelitiannya. Hal itu mendapatkan banyak respon dari khalayak ramai. Ada yang pro dan ada pula yang kontra, semua menyatakan opininya.

Setelah membaca artikel tersebut, Arjuna Sadewa menutup ponselnya. Ia menyandarkan kepalanya pada sandaran sofa dan menatap langit-langit rumahnya, mata elangnya menelisik lampu yang tergantung di atas kepalanya. Helaan nafas Arjuna terdengar sedikit berat. Setelah membaca berita tersebut kini kepalanya di isi dengan banyak pertanyaan. Salah satunya, bagaimana jika sebenarnya ilmuwan tak pernah benar-benar menemukan ilmu baru?

Tak berselang lama, ponselnya berdering menandakan telepon masuk. Di seberang sana terdengar suara seorang perempuan yang kerap di sapa Arjuna dengan sebutan ibu.

“Halo Juna” Suara itu adalah suara yang sudah lama tak ia dengar secara langsung sejak dirinya memutuskan untuk merantau. “Iya bu? Ada apa?” Mendengar balasan dari Arjuna, sang ibu lantas menyambung “Kuliahmu mulai libur tanggal berapa sayang?” Mendengar pertanyaan tersebut Arjuna tampak berpikir sebentar, mengingat kapan kalender akademiknya mencetak tulisan libur semester.

"Tanggal 22 Desember bu.” Ketika Arjuna menjawab, sang ibu di seberang sana langsung membalas dengan cepat "Ibu nanti bisa jemput Juna di tanggal berapa?” Arjuna kembali berpikir, menimang jawaban yang akan di berikan kepada ibunya. “Ibu Jemput aku di tanggal 24 aja ya. Takutnya ada nilai mata kuliah yang belum keluar, jadi Juna masih bisa ke kampus.” Setelah sang anak menjawab, sosok yang disapa ibu tersebut langsung mengerti “Ya sudah kalau gitu, teleponnya ibu tutup ya sayang." Belum sempat Arjuna menjawab, telepon tersebut sudah diakhiri oleh sang ibu.

Setelah telepon tersebut di tutup oleh sang ibu, Arjuna mulai bersiap untuk memulai harinya. Hari ini ia ada satu mata kuliah yang harus ia ikuti, namun Arjuna merasa lelah sekali pada tubuhnya. Semenjak ia berkuliah, ia merasa bahwa waktu yang ia hadapi berjalan sangat cepat dan melelahkan, berbeda dengan ketika ia bersekolah, semuanya terasa menyenangkan.

Jika waktu bisa di putar, mungkin Arjuna ingin sekali kembali ke masa lalu dan menghabiskan waktu untuk berisirahat sepuasnya tanpa memikirkan tugas kuliah yang sangat memuakkan. Terlebih ketika ia memutuskan untuk masuk dan berkecimpung di dunia teknik, ia merasa kehidupan tenangnya terenggut.

Namun keputusan Arjuna untuk mengambil jalur ini bukan tanpa alasan. Ketertarikannya pada dunia dirgantara sangatlah besar. Hal ini bermula ketika ia duduk di bangku sekolah menengah atas, pada tahun pertamanya ia sempat melihat sebuah berita di stasiun televisi tentang salah satu tokoh ternama Indonesia menemukan teori Crack Propagation atau teori retak pada dunia penerbangan. Sejak hari itu, tingkat keinginannya masuk ke fakultas teknik mesin dan dirgantara sangatlah besar.

Kini kaki Arjuna sudah melangkah di sekitar kampusnya. Kelas rekayasa termal akan segera dimulai.

Tubuhnya kini duduk di ruang kelas, matanya menelisik satu persatu apa yang dosennya tulis di depan sana, telinganya menangkap bagaimana proses rekayasa bekerja, kini isi kepalanya berkelana.

Bagaimana jika suatu hari ia mampu menciptakan sebuah alat yang mampu membawa nya pergi ke masa lalu? Bagaimana jika prinsip-prinsip ini di terapkan untuk sebuah rencana besar menuju perpindahan dimensi? Bagaimana jika pesawat yang dirancangnya nanti mampu membawa penumpangnya pergi menjelajahi waktu?

Semua menjadi satu di kepala Arjuna. Kemungkinan-kemungkinan konyol yang ada di kepalanya berputar seperti hantu di sebuah pemakaman sunyi.

"Stttt.. Juna!" Suara berbisik memanggilnya dari arah samping kanannya, kepala Arjuna kini menoleh menghadap empunya suara tanpa menjawab. "Jangan bengong, nanti di suruh maju sama prof." sosok berambut coklat tersebut bernama Abimana Mangkualam, teman akrabnya. "Kalau bengong gak akan di panggil prof, kan bengong gak berisik."

"Lagi mikir apa, Jun? kok kayak berat banget yang di pikir?" Lelaki yang akrab di sapa Juna tersebut menggeleng perlahan. "Enggak, gak mikir apa apa." Mata Abimana memicing, "gak mungkin kamu gak mikir apa apa, orang bengong nya lama banget."

Mendengarnya Arjuna menghela nafas. "Nanti selesai kelas saya ceritakan." Abimana pun mengangguk setuju mendengar jawaban Arjuna. Kini keduanya kembali menatap profesor yang sedang menerangkan materi di depan sana.

Mata Arjuna tak henti untuk menelisik detail-detail yang di paparkan lewat papan tulis, tangannya sibuk mencatat materi, dan telinganya menangkap banyak ilmu yang baru saja di pelajarinya.

Hingga tak terasa, waktu menunjukkan pukul 3 sore. Kelas rekayasa termal pun selesai. Nafasnya di hembuskan dengan lega. Kini Abimana menatapnya dengan penuh semangat.

"Ngapain ngeliatin saya begitu?" mendengar respon Arjuna, Abimana pun membuang wajahnya. "Saya gak sudi lihat kamu kalau kamu gak hutang cerita sama saya." Arjuna terkekeh mendengarnya.

"Ayo kita ngobrol di kantin aja, sekalian makan." Setelah pernyataan Arjuna, keduanya pun kini beranjak dari ruang kelas ke kantin. Tempat di mana Arjuna akan mengungkapkan isi kepalanya pada teman seperjuangannya.

"Menurutmu, kuliah di teknik dirgantara bisa jadi apa?" Arjuna memulai dengan pertanyaan ringannya. "Yang pasti kita kerja di industri manufaktur, bikin pesawat lah." Arjuna terkekeh mendengarnya, "kalau saya mau jadi pembuat mesin waktu kamu dukung saya gak?"

Mendengar pertanyaan Arjuna, lagi-lagi Abimana menatapnya dengan heran. "Kamu mau jadi Nikola Tesla? Siapa yang mau biayain? Kan penelitiannya mahal." Mendengarnya, Arjuna mengangkat bahu sambil menggelengkan kepalanya.

"Saya cuma penasaran aja. Bisa atau enggak saya menembus ruang dan waktu." Mendengar hal itu Abimana menahan nafasnya, ingin mengatakan sesuatu namun ragu. Melihat sang teman berekspresi demikian, Arjuna peka. "Ngomong aja Bim."

"Kenapa kamu mau buat mesin waktu? Memangnya ada dosa yang harus kamu tebus?"

Lanjut membaca
Lanjut membaca