

Brak!
"Kerjain PR gue dong!” sentak seorang cowok bertubuh atletis, dibalut dengan baju seragam SMA-nya yang tampak berantakan.
Tanpa merasa sungkan, cowok dengan nama Athalla di bajunya itu duduk di atas meja seorang cewek, setelah ia membanting bukunya tadi ke atas meja. Tatapan mata gadis itu langsung mengarah tajam pada cowok angkuh tersebut. Terlihat jelas bahwa ada kekesalan yang tersirat di mata si gadis.
Ditatap tak menyenangkan seperti itu, membuat Athalla merasa tak terima. Diraihnya pipi gadis itu dan dicengkeramnya dengan cukup kuat.
“Jangan lihatin gue kayak gitu, karena gue nggak suka ditatap. Kerjain PR gue, atau gue cakar wajah cantik lo ini,” ancam Athalla, yang membuat gadis itu merasa ketakutan.
“Oke oke. Gue bakalan kerjain.” Gadis itu mengangguk cepat.
Dengan segera, ia mengambil buku milik Athalla dan bergegas mengerjakan PR di buku tersebut. Daripada dia mendapat ancaman yang tak menyenangkan dari Athalla, lebih baik ia mengerjakan PR itu sekarang.
Sebuah seringai penuh kemenangan nampak tercipta di bibir Athalla. Bersama teman-teman gengnya, ia pun bergegas pergi meninggalkan dan membiarkan gadis itu mengerjakan PR-nya.
“Athalla, lihat. Mereka semua ketakutan lihat kedatangan lo,” tunjuk seorang temannya ke suatu arah.
Ekor mata Athalla melirik ke arah tersebut, dimana ia melihat beberapa siswa yang segera menghindar ketakutan saat melihat kedatangannya. Lagi-lagi Athalla tersenyum sinis, karena sampai saat ini dia masih ditakuti di SMA Nusa Pelita.
Athalla Bagaskara, seorang cowok arogan yang terkenal sebagai badboy di sekolah mereka. Cowok itu juga terkenal sebagai berandalan SMA, karena sering terlibat aksi tawuran dan kerusuhan dengan sekolah tetangga. Tak hanya itu, tetapi ia juga sering terlibat kenakalan di sekolahnya.
Tak jarang Athalla berkelahi dengan siswa di sekolah hanya karena masalah sepele. Dia benar-benar sudah dicap negatif di sekolah tersebut. Bahkan guru BK saja sudah angkat tangan menghadapi kenakalannya
.Jika hendak memanggil orang tuanya, rasanya percuma saja karena Athalla tidak akan pernah menyampaikan panggilan itu. Maklum saja, mungkin akibat dari keluarganya yang broken home, membuat Athalla menjadi anak yang nakal tak terkendali seperti sekarang ini.
“Athalla, lihat deh. Itu bukannya si Kevin, yang kemarin bikin masalah sama lo kan?”
Mata tajam Athalla langsung tertuju ke arah yang dimaksud oleh temannya.
“Wah, santai banget bocah ingusan itu. Kayaknya dia lupa kalau udah bikin gara-gara sama gue. Ayo kita samperin,” ajak Athalla seraya menggelengkan kepalanya, mengajak para gengnya untuk ikut bersamanya menghampiri Kevin.
Seorang siswa berkacamata yang sedang makan di kantin, terlihat sangat terkejut saat tiba-tiba mejanya digebrak dengan sangat kencang. Sendok mie yang sedang berada di tangannya bahkan sampai terjatuh begitu saja di lantai.
“Woy! Enak lo ya masih bisa makan di sini!” berang Athalla, sambil menaikkan satu kakinya di kursi tempat Kevin duduk.
Tubuh Kevin langsung gemetaran, bahkan dia nyaris tak bisa bersuara.
“Ke ... kenapa kamu mendatangiku?” tanya Kevin dengan suara terbata dan terdengar gemetar.
“Pakai nanya lagi! Jelas aja gue kesini karena mau ngasih lo pelajaran. Gara-gara lo ngadu ke guru BK kalau kemarin gue rokok di toilet, guru BK jadi ngadu ke bokap gue.
Dan bokap gua nggak ngebolehin gue bawa mobil ke sekolah. Semua gara-gara lo,” tunjuk Athalla dengan kasar ke wajah Kevin yang semakin ketakutan.
“Ma ... maaf, Athalla. Tapi aku ....”
“Diem! Sekarang juga lo harus tanggung jawab! Lo harus balas sakit hati gue!”
“Tapi ....”
Prangg!
Athalla menampik mangkok mie milik Andre. Mangkok bergambar ayam jago itu jatuh berkeping-keping ke lantai, membuat semua siswa yang ada di sana merasa terkejut bukan main. Meskipun demikian, tetapi mereka tak ada yang berani ikut campur jika sudah berhadapan dengan Athalla.
Bahkan ibu kantin pun memilih diam, tanpa berani menegur sama sekali.
Byurr!
Tak cukup sampai di sana, Athalla bahkan menyiramkan segelas air tepat ke wajah Kevin.
“Hahaha, sukurin lo,” tawa Athalla dan anggota gengnya terdengar sangat menyiksa di telinga Kevin.
Kevin melepas kacamatanya dan menyeka air matanya yang sudah tumpah begitu saja. Hatinya terasa begitu sakit, tetapi ia tak berani melawan Athalla sama sekali. Dan yang bisa ia lakukan saat ini hanyalah menangisi kemalangannya.
“Hahaha. Ayo cabut dari sini!”
Setelah melakukan tindakan tak terpuji itu pada Kevin, Athalla lekas mengajak teman-temannya untuk pergi dari sana, meninggalkan Kevin yang masih berurai air mata dengan tersedu-sedu.
“Athalla!”
Suara lantang seorang gadis membuat Athalla mengurungkan langkahnya. Tubuhnya berbalik, menatap malas pada seorang gadis cantik yang sedang berjalan dengan langkah cepat ke arahnya.
“Gawat, Athalla. Itu kan si Nasya, ketua OSIS,” ucap teman-temannya nampak cemas, tetapi tak begitu halnya dengan Athalla yang terlihat biasa aja.
“Gue nggak takut,” sahutnya dengan tatapan yang seolah menantang Nasya.
Langkah Nasya pun berhenti tepat di depan Athalla. Ia mengangkat tangan, menunjukkan sebuah buku yang ada di tangannya.
“Ini buku lo, kan?” tanya Nasya, dengan tatapan marahnya pada Athalla.
Mata Athalla memicing, menyadari bahwa buku yang kini sedang dipegang oleh Nasya itu memang bukunya yang tadi dikerjakan oleh teman sekelas mereka.
“Kalau iya memangnya kenapa? Kenapa buku gue bisa ada di lo?”
“Gue dapet dari Dinda. Lo minta Dinda buat kerjain PR lo?”
“Kalau iya memangnya kenapa? Masalah buat lo?” sentak Athalla begitu kasar.
“Perbuatan lo ini salah!” sahut Nasya tak kalah kesal.
Athalla memutar bola matanya dengan malas. Ia kemudian memutar tubuhnya membelakangi Nasya, lalu melambaikan tangan pada teman-temannya.
“Guys, ayo kita pergi dari sini! Nggak ada gunanya berurusan sama cewek sok pintar ini.”
Athalla berjalan menjauhi Nasya dan segera disusul oleh teman-temannya. Nasya tentu tak tinggal diam. Dia segera mengejar Athalla, menghadang langkah cowok itu dengan merentangkan kedua tangannya.
“Athalla, please jangan seperti ini!”
Mata Athalla kembali memicing, tak mengerti maksud dari Nasya.
“Maksud lo apa, hah?”
“Ya lo jangan jadi berandalan sekolah lagi kayak gini. Lo harus berubah. Lo harus bisa aktif dalam kegiatan sekolah, biar lo nggak terus terpuruk dalam kehidupan lo,” tukas Nasya tanpa rasa ragu sedikit pun.
“Apa? Aktif dalam kegiatan sekolah?”
“Iya.” Nasya mengangguk.
“Sorry, tapi sayangnya gue nggak berminat. Gue nggak kayak lo yang selalu aktif dan berdedikasi tinggi dalam perwakilan kelas. Gue adalah Athalla, dan ini gue apa adanya.
Gue nggak akan pernah jadi orang lain. Sekarang lo minggir.” Athalla hendak pergi melewati Nasya, tetapi gadis itu justru meraih lengan Athalla dan menahannya pergi.
“Apalagi, hah?” sentak Athalla kesal.
Nasya menatap mata Athalla dengan matanya yang nampak berkaca-kaca.
“Athalla, gue tahu kalau lo seperti ini karena keluarga lo yang broken home. Tapi gue mohon, lo berubah ya. Supaya lo bisa jadi soosok yang lebih baik,” pinta Nasya menghiba.
“Enggak! Gue nggak akan mau berubah.” Athalla tetap bersikukuh.
Cowok itu menabrak tubuh Nasya begitu saja, hingga gadis itu terjatuh. Namun, Athalla sama sekali tak peduli dan tetap melangkah pergi meninggalkan Nasya.
“Athalla, gue bakalan bantuin lo karena gue peduli sama lo!” teriakan Nasya sontak membuat langkah Athalla terhenti.