Semua novel yang kamu inginkan ada disini
Download
Spring Day: Disguised Melody

Spring Day: Disguised Melody

expresoo | Bersambung
Jumlah kata
25.2K
Popular
100
Subscribe
2
Novel / Spring Day: Disguised Melody
Spring Day: Disguised Melody

Spring Day: Disguised Melody

expresoo| Bersambung
Jumlah Kata
25.2K
Popular
100
Subscribe
2
Sinopsis
PerkotaanSekolahUrbanCinta Sekolah
"Truth" "Can you hear my voice?" Sekolah? Hal yang biasa. Namun sekolah diluar negeri sebagai siswa dari program pertukaran pelajar? Sesuatu yang menarik bukan? Rasanya jika diantara kita mengalami itu, pasti masa-masa SMA kita akan terasa sangat menyenangkan karena kesempatan tersebut tidak mungkin datang kembali. Namun, tak semua hal berjalan dengan baik bukan? Setiap orang menghadapi berbagai hal di hidup mereka. Tak terkecuali Arthur dan kawan-kawannya. Terlebih lagi mereka harus menghadapi hal tersebut ketika sedang berada di negeri orang untuk menuntut ilmu. Berjuang bersama dalam pendidikan, juga dalam kehidupan. "Can you hear my voice trembling?"
Prolog

   "Let's just forget..."

   "Everything happened pretty fast."

   "Everything we did..."

   "Never mind..."

   11 Januari 2021.

   "Arthur!"

   Suara yang cukup keras tersebut sontak membuat Arthur tersadar dari lamumannya. Sejak tadi kepalanya penuh diisi dengan khayalan dan imajinasi. Membuat fokusnya teralihkan dari guru yang sedang mengajar.

   "Kamu ini. Perhatiin ke depan. Jangan ngelamun." tegur guru yang sedang mengajar tersebut dengan nada bicara yang bisa dibilang cukup ketus. Wajar saja, sebab guru tersebut memang memiliki reputasi yang kurang di kalangan siswa. Bagaimana tidak, guru tersebut pernah membuat 2 anak perempuan di kelas yang diajarnya tahun lalu menangis dan sempat tidak mau masuk ke kekasnya dikarenakan guru tersebut memarahi mereka dengan kata-kata yang pedas. Walaupun begitu, orang yang baru saja di tegur terlihat tidak begitu terpengaruh. Malah terkesan tidak peduli dengan omelan guru tersebut. Namun demikian, saripada omelan guru tersebut semakin panjang dan mengganggu seisi kelasnya, lebih baik ia menurutinya saja.

   Suasana hening dengan suara ketukan spidol yang sedang dipakai oleh sang guru untuk menulis catatan di papan tulis terdengar jelas. Kipas angin yang menyala pun dapat ikut terdengar suaranya. Suara-suara tersebut membuat suasana kelas terasa sangat membosankan untuk kembali didengar setiap hari.

   Kelas XI IPS 1 pada hari itu terasa begitu suntuk. Mengapa tidak, sebab pelajaran sejarah peminatan khusus untuk kelas jurusan IPS sangat membosankan dan terlihat begitu monoton. Ditambah dengan guru yang seperti itu, membuat kesan-kesan kurang bagus tersebut semakin terasa jelas. Tak heran bahkan Arthur pun dapat melamun dengan sangat serius.

   Tringgg.... Tringgg....

   Bunyi merdu yang bahkan mengalahkan merdunya suara penyanyi kondang dunia pun berbunyi. Tak butuh waktu lama, para siswa siswi mulai berhamburan keluar kelas dan memenuhi koridor kelas, serta lapangan pun mulai terlihat ramai dengan siswa siswi lalu lalang. Ada yang pergi menunaikan shalat dzuhur, adapula yang langsung bersatu bersama kawanan geng mereka masing-masing.

   Berbeda dengan yang lain, hari itu Arthur terlihat tidak begitu bersemangat seperti biasanya. Ekspresi yang terpampang di wajahnya terlihat datar. Perhatiannya hanya terfokus pada HP yang sedari tadi dipegangnya.

   "Oit ngab, kuy gas kantin." tegur Remi yang mulai bosan berada dikelas saja.

   "Hmm." Arthur berdiri malas dan berjalan menuju pintu kelas. Remi mengekor dari belakang. Entah bagaimana, namun dalam pikirannya hari itu Arthur terlihat berbeda dari biasanya. Ia berusaha mencairkan suasana dan membantu Arthur untuk menaikkan kembali suasana hatinya yang menurutnya mungkin pada saat itu sedang tidak begitu baik. Arthur yang melihat usaha salah satu temannya itu pun menghargai usahanya untuk menaikkan kembali suasana hatinya. Senyum tipis terlihat di sudut bibir Arthur.

   "Sini dah ngab."

   "Iyedah ngab serah lo aja haha."

   Kantin terlihat ramai. Agak sesak namun masih dapat dilalui dengan perlahan. Memang sudah menjadi sebuah hal yang biasa apabila waktu istirahat tiba, terkhusus istirahat kedua, pasti kantin akan menjadi sangat padat dan ramai. Karena pula sudah masuk jam makan siang. Jadilah hampir seantero warga sekolah memenuhi area kantin.

   "Eh bentar Rem, mau ke toilet dulu gue. Tolong ya, gue nitip nasgor ama naget. Kek biasa aja." pinta Arthur karena mendadak mendapat 'panggilan alam'.

   "Siap."

   5 menit kemudian...

   "Ebuseh rame banget." Batin Arthur melihat bangku dan meja kantin sudah terisi penuh. Namun ia melihat sesosok yang sangat ia kenali melambai-lambai, menandakan ia untuk segera ke tempatnya; Remi.

   Di meja sudah tersedia makanan-makanan yang cukup banyak. Termasuk pesanan milik Arthur. Namun bukan hanya itu saja yang tersedia di meja. Tetapi juga tangan yang menengadah dengan raut wajah Remi yang sudah dapat ditebak maknanya. Arthur hanya dapat terheran sembari memberi sejumlah uang untuk mengganti uang Remi yang dipakai untuk membeli makanan pesanannya. Tak lama, ada suara lain yang mendekat. Suara yang sangat-sangat familiar.

   "Idiw gue ikutan ye hahaha." Ya, benar saja. Sosok familiar tersebut adalah salah satu temannya Arthur, yaitu Dion Widodo. Namun ia lebih sering dan akrab dipanggil dengan sebutan 'Owen'.

***

Lanjut membaca
Lanjut membaca