Semua novel yang kamu inginkan ada disini
Download
Tujuh laki-laki dan 100 kekacauan

Tujuh laki-laki dan 100 kekacauan

Wisteria | Bersambung
Jumlah kata
60.9K
Popular
208
Subscribe
63
Novel / Tujuh laki-laki dan 100 kekacauan
Tujuh laki-laki dan 100 kekacauan

Tujuh laki-laki dan 100 kekacauan

Wisteria| Bersambung
Jumlah Kata
60.9K
Popular
208
Subscribe
63
Sinopsis
PerkotaanSlice of lifePria Dominan
Tujuh laki-laki, satu kontrakan, dan segudang masalah konyol yang tak pernah berakhir. Mereka datang dari latar belakang yang berbeda, tapi disatukan oleh kontrakan murah dan Wi-Fi gratis. Dan dari sinilah segala kekacauan dimulai, dispenser yang tidak pernah diisi, mie instan yang kadaluarsa tapi tetap dimakan, eksperimen nasi goreng dengan seprei Doraemon, dan masih banyak tingkah konyol lainnya. Namun di balik tawa dan kekonyolan, terselip kisah hangat tentang persahabatan, perjuangan hidup, dan mimpi kecil para anak muda yang mencoba bertahan di tengah kerasnya kota. Mereka belajar bahwa hidup tidak selalu rapi, tapi selama masih bisa tertawa semuanya akan baik-baik saja.
Bab 1

"Ini siapa yang masak air tanpa air?!" Teriak Raka dari dapur, tangannya berkacak pinggang dan menatap panci yang sudah gosong.

Bimo berjalan ke dapur sambil makan kerupuk yang setengah melempem. "Aku kira air nya nanti bakal nambah sendiri."

"Kamu pikir ini panci sihir Bo, bisa nambah air sendiri. Ini cuma panci biasa."

Bimo mendapat panggilan Boim dari teman-temannya, karena menurut mereka nama Bimo terlihat keren daripada otaknya.

Belum sempat Bimo menjawab, Doni keluar dari kamar dengan muka kusut, rambut acak-acakan seperti singa baru bangun tidur.

"Apaan sih berisik banget, minggir-minggir" ucap Doni sambil menguap lebar.

Mata Raka dan Bimo mengikuti Doni yang menuju kamar mandi.

"Ini kalau sampai Bu Rini tahu, kena omel kita." lanjut Raka merendam panci gosong itu.

Bimo menyandarkan punggungnya ke tembok dapur sambil menghabiskan kerupuknya.

Tiba-tiba Doni keluar dari kamar mandi dengan handuk terlilit di pinggang "Eh, ada yang lihat sikat gigiku nggak?"

"Sikat gigi? Warna hijau bukan?" Tanya Bimo.

"Iya" jawab Doni.

"Hmm..sepertinya itu yang aku pake buat nyuci wajan semalam" jawab Bimo dengan muka tidak merasa bersalah.

Mata Doni langsung membulat "Apa? Jadi aku gosok gigi pakai sabun colek, semalam?"

Raka menepuk dahinya "Astaga" keluhnya.

"Tapi setidaknya gigimu bersih dari lemak, kan?" jawab Bimo lagi.

"Sialan kamu!" Doni melempar sandal ke arah Bimo.

Sedangkan di ruang tamu, Ardi duduk santai sambil menikmati kopi dan buku filsafatnya.

Ia membaca dengan tenang, tidak menghiraukan kekacauan yang terjadi di dapur.

"Dalam hidup" katanya pelan tanpa menatap siapapun "kadang yang gosong itulah pelajaran yang paling bermakna".

"Ardi! tutup bukunya sebelum aku bakar!" amcam Raka yang keluar dari dapur.

"Perhatian semua penghuni kontrakan!" Teriak Iman dengan membawa toa kecil. "Aku mau bikin jadwal kebersihan".

"Sstt..jangan berisik, aku lagi bikin konten" Ucap Rio yang muncul dari teras depan.

"Konten apaan"? Tanya iman.

"Judulnya gaya minimalis ala Rio ganteng"

"Minimalis apanya. Hey Celanamu itu sobek" Seloroh Bimo, menunjuk ke arah pantat Rio.

"Ha? Sobek? Dibagian mana?" Jawab Rio sambil memutar badannya, mencari bagian mana yang sobek.

"Sudah, sudah..Ayo semua pada kumpul. Kita akan rapat penting hari ini" ucap Iman, mengambil papan tulis kecil

"Mana teguh?" Tanya Iman.

"Sedang berak" jawab Raka.

"Guh, kamu berak apa pingsan?" Teriak Doni.

"Perutku sakit karena makan mi semalam sama Boim" Teguh membalas dengan teriakan dari kamar mandi.

Lima orang yang berada di ruang tengah langsung menatap Bimo.

"Itu karena aku cuci pakai sikat gigi Doni" Teriak Bimo.

Doni menoyor kepala Bimo.

"Ya sudah, kita biarkan teguh dengan dunianya. Mari kita lanjutkan rapatnya." Ucap Iman, sambil menulis di papan tulis putih kecil dengan spidol hitam yang hampir kering.

"Masalah Minggu ini adalah listrik mati, air nggak jalan, dan panci gosong".

"Itu semua salah Raka, Minggu lalu dia yang pegang uang tagihan" ucap Teguh yang muncul dari kamar mandi, lalu duduk di sebelah Bimo.

"Hei, jangan salahkan aku. Aku hanya pegang uang tagihannya, tapi yang bertugas bayar listrik Minggu lalu, Ardi" ucap Raka membela diri.

Ardi menatap mereka dengan wajah tenang seperti biksu "Aku sudah bayar".

"Bayar ke siapa?" Tanya Iman curiga.

"Ke Ardi motor" Jawab Ardi datar.

Semua terdiam, mencoba mencerna jawaban Ardi.

"Ardi motor? Ulang Bimo "Itu.. bengkel motor kan?"

"Ya, kupikir itu rekening anak Bu Rini,namanya hampir sama, ada Ardi nya" jawab Ardi tenang.

"Jadi kita bayar tagihan listrik ke bengkel motor?" Tanya Rio.

Ardi mengangguk "Tapi tenang.. mereka ngasih kita diskon untuk servis sepeda motor selama tiga bulan"

"Servis apaan! Kita aja nggak punya motor!" Seru Doni frustasi.

Bimo tertawa tanpa suara. Sementara yang lain menarik nafas dan geleng-geleng kepala.

"Jadi kita kehilangan uang untuk bayar tagihan listrik dan tidak servis motor karena tidak punya motor, begitu?" Iman menjelaskan kembali.

"Tenang..tenang..aku punya ide. Kita harus hidup hemat dan produktif" ucap Raka berdiri.

"Hidup hemat dan produktif?" Ulang Bimo.

"Bagaimana kalau kita buka usaha" usul Raka.

"Usaha? Usaha apaan? Modal aja kita nggak punya" jawab Doni.

"Tenang, kita akan buka usaha Nasi Goreng Bimo yang legendaris itu" ucap Raka.

Bimo menatap dengan penuh semangat "Setuju! Aku jago masak nasi goreng"

"Nasi goreng..yang kemarin gosong itu?" Tanya Ardi.

"Itu versi smoky flavor,Man. Sekarang aku udah level pro!" Jawab Bimo menepuk dada nya dengan bangga.

Raka menambahkan "Kita bisa jual nasi goreng di depan kontrakan. Strategis, banyak orang lewat".

Teguh mendengus "Tapi kita butuh izin RT, Rak."

"Eits, tenang aja aku kenal ketua RT nya" jawab Bimo, tersenyum.

Rio menoleh cepat "Oh ya? Sejak kapan?"

"Kemarin pas aku beli odol diwarung depan".

**

Keesokan harinya, halaman kontrakan berubah menjadi dapur dadakan.

Raka membawa satu ember cat tembok putih, Doni memegang kuas, sementara Bimo berdiri membawa sesuatu yang sangat mengejutkan.

Sprei biru bergambar Doraemon.

Iman yang sedang minum air putih, hampir tersedak melihat sprei Doraemon.

"Bo, kamu mau ngapain sama itu?" Iman menunjuk sprei yang dibawa Bimo.

Bimo membentangkan sprei Doraemon nya "Ini? Ya buat spanduk, lah!"

Iman mendekati Bimo, menatap sprei Doraemon yang terbentang dilantai "Itu.. sprei Doraemon,kan?"

"Yes! Warna birunya mencolok, biar menarik pembeli". Jawab Bimo tanpa menoleh ke Iman.

Rio melihat sprei Doraemon Bimo tertawa terbahak-bahak sambil merekam

"Gaes, Gila! ini konten keren banget! Bisnis nasi goreng di atas mimpi Doraemon".

Teguh yang membawa teko berisi es teh, berdiri disamping Iman.

Keduanya masih menatap sprei Doraemon.

"Mau diapain spreinya?"

"Katanya mau buat spanduk."

Mereka berdua saling menatap dan tertawa.

"Jadi kapan mau buat spanduknya?" Tanya Raka yang mulai lelah "Ditungguin dari tadi juga."

"Sekarang, Rak! Ayo!" Jawab Bimo semangat.

Bimo menulis dengan semangat yang membara. Huruf demi huruf dengan ukuran besar menggunakan cat tembok yang dibawa Raka.

Tapi karena spreinya bergelombang, hasil tulisannya jadi miring.

"Nasi Goreng Bimo, Rasa Mewah Goreng Separuh"

Iman menatap lama tulisan di spanduk itu

"Nasi goreng Bimo, rasa mewah goreng separuh? Bo, ini maksudnya apa? Kamu masak nasi gorengnya cuma setengah porsi?" Tanya Iman.

"Enggak, maksudnya biar hemat minyak" jawab Bimo.

Selang sepuluh menit kemudian, spanduk itu di gantung didepan pagar kontrakan.

Spreinya berkibar-kibar tertiup angin. Wajah Doraemonnya tepat ditengah huruf goreng.

Teguh memandangnya sambil mengernyitkan dahi.

"Kok jadi seperti Taman Kanak-Kanak, yah?"

"Yaa... Biar ceria Guh. Warna cerahnya bisa membuat pelanggan bahagia".

Baru lima menit spanduk terpasang, ada seorang ibu lewat depan kontrakan mereka.

"Eh, Disini sekarang jualan nasi goreng ya Mas?"

Bimo langsung tersenyum lebar "Iya Bu, Mau coba?"

"Tapi kok ada Doraemonnya?" Tanya ibu itu memperhatikan spanduk Doraemon yang berkibar.

"Itu...maskot resmi,Bu" jawab Bimo.

"Oo.. Jadi Doraemon suka nasi goreng, ya?"

"Mulai hari ini, iya Bu" jawab Bimo yakin.

Spanduk Doraemon itu pun mulai menarik perhatian warga. Anak-anak kecil yang sedang asyik bermain langsung berhenti dan menunjuk spanduk Doraemon raksasa itu.

"Lihat, Ada Doraemon jualan nasi goreng, disana".

Raka hanya bisa menatap pasrah.

Sementara itu, Bimo justru sibuk dengan pelanggan pertamanya.

Rio dan Doni yang berpura-pura jadi pelanggan pertamanya.

"Bang, nasi goreng satu" kata Rio.

"Mau level gosong berapa, Mas?" Tanya Bimo serius.

"Lho, gosong ada levelnya, Bang?"

"Ada. Gosong tipis, gosong sedang, dan gosong parah".

Rio terbatuk menahan tawa. Lalu menjawab "Yang gosong tipis aja Bang, biar nggak pahit kayak kehidupan".

Bimo pun mengangguk semangat. Namun, saat Bimo mulai menyalakan kompor, api langsung menyambar tinggi.

"Bo, apinya kebesaran!" teriak Raka dari jauh.

"Tenang aja, ini seni!" Balas Bimo.

Detik berikutnya, wajan meledak kecil dan semua mundur.

Lanjut membaca
Lanjut membaca