Semua novel yang kamu inginkan ada disini
Download
AURA ANOMALI

AURA ANOMALI

Ombob | Bersambung
Jumlah kata
30.9K
Popular
100
Subscribe
6
Novel / AURA ANOMALI
AURA ANOMALI

AURA ANOMALI

Ombob| Bersambung
Jumlah Kata
30.9K
Popular
100
Subscribe
6
Sinopsis
PerkotaanSekolahSupernaturalUrbanHarem
Liko Remando tumbuh sebagai remaja yang dianggap berbeda. Di Indonesia yang mengenal kemampuan batin bernama Aura, setiap orang memiliki kekuatan bawaan sejak kecil. Ada yang mampu mengendalikan cahaya, ada yang memiliki tenaga api, ada yang bergerak secepat angin, dan ada pula yang dianugerahi kecerdasan melebihi batas manusia biasa. Liko tidak memiliki apa pun. Ia masuk dalam golongan langka yang disebut Nol Aura. Orang orang sejenisnya biasanya menjalani hidup yang tenang karena tidak dianggap penting oleh siapa pun. Namun tubuh Liko membawa sesuatu yang tidak pernah dipahami siapa pun. Energi dalam dirinya mampu menenangkan aura yang rusak dan memulihkan kekuatan seseorang hanya dengan kehadirannya. Kemampuan itu adalah hal yang sangat jarang ditemui dan menjadi kunci bagi kestabilan aura yang sedang goyah di seluruh negeri. Sekolah Aura Nusantara membuka pintu bagi Liko dengan alasan administratif, tetapi beberapa pihak sudah melihatnya sebagai harapan baru. Lembaga penelitian, keluarga keluarga besar pemilik garis keturunan kuat, hingga kelompok bayangan yang bergerak di luar hukum mulai memperhatikan dirinya. Mereka mengincarnya karena satu alasan. Liko dapat mempengaruhi kekuatan orang lain tanpa menyadarinya. Ketika Liko mulai menjalani hari di sekolah itu, ia berhadapan dengan para gadis yang datang dari jalur berbeda. Cahya Alina membawa ketenangan sekaligus aura lembut yang sering tidak stabil. Kinara Suryasembada penuh keberanian dan selalu siap menantang apa pun yang menghalangi tujuannya. Nana Wirayudha memiliki kecerdasan yang membuatnya membenamkan diri dalam penelitian tentang tubuh Liko. Maya Arsya hidup dalam senyap dan membawa misi yang berbahaya. Tara Pratama sudah mengenal Liko sejak kecil dan menolak membiarkan orang lain mengambil tempat di sisinya. Semuanya memasuki hidup Liko tanpa memberi ruang bagi dirinya untuk mundur. Ia hanya ingin menjalani sekolah seperti siswa biasa, tetapi keadaan membawa dirinya pada pusaran yang jauh lebih besar. Aura bangsa sedang tidak stabil dan dirinya menjadi pusat perhatian seluruh faksi yang saling bersaing dalam diam. Saat ancaman muncul dari berbagai arah, Liko menyadari sesuatu. Bukan kekuatannya yang membuat dunia mencarinya, melainkan pilihan pilihan yang harus ia ambil. Dan setiap pilihan itu selalu berkaitan dengan orang orang yang kini tidak ingin jauh darinya. Disinilah awal cerita tentang remaja yang dianggap paling lemah namun menjadi pusat dari kekuatan yang tidak dapat ditolak siapa pun. Dengan segala hiruk pikuk pertempuran aura, perasaan yang tumbuh tanpa permisi, serta rahasia yang belum terungkap, hidup Liko berubah menjadi perjalanan yang tidak bisa ia prediksi.
BAB 1: AURA YANG TIDAK DIANGGAP

Langit belum sepenuhnya terang ketika aku membuka mata. Suara ayam dari rumah sebelah terdengar lebih cepat dari biasanya. Aku berdiam sebentar di kasur sambil menatap atap kamar yang mulai kusam. Embun masih menempel di gagang jendela. Udara pagi membawa rasa dingin yang terjebak sepanjang malam. Aku menarik napas panjang, mencoba menenangkan pikiran yang sejak semalam berkecamuk.

Hari ini adalah hari pertama aku masuk ke Sekolah Aura Nusantara. Sekolah yang selama ini hanya terlihat melalui papan iklan dan liputan acara televisi. Sekolah tempat anak anak berbakat, keturunan keluarga kuat, dan mereka yang sudah menunjukkan kemampuan sejak kecil. Aku mengusap wajah pelan sambil berusaha mengenyahkan kekhawatiran yang muncul tanpa izin. Dunia aura bukan duniamu, Liko. Tapi di sinilah hidup menempatkanku.

Ibu sudah duduk di meja makan ketika aku keluar dari kamar. Wajahnya tampak cerah dengan senyum yang berusaha ia sembunyikan. Ia tahu aku sedang gugup. Aroma nasi goreng memenuhi ruangan kecil itu. Ibu menatapku sambil menyiapkan piring.

Kamu tidak perlu memaksa dirimu menjadi sama seperti mereka katanya. Kamu hanya perlu tetap menjadi dirimu sendiri.

Aku mengangguk tanpa berkata banyak. Ibu tidak pernah melihat aura dalam tubuhku sejak aku kecil. Tidak ada cahaya yang keluar dari telapak tangan. Tidak ada aliran api atau angin. Tidak ada kemampuan menggerakkan benda. Aku hanya seorang remaja biasa yang terlahir sebagai Nol Aura. Status yang sering dianggap hambatan dalam dunia ini.

Setelah sarapan, aku bersiap berangkat. Tas terasa lebih berat dari biasanya padahal isinya hanya beberapa buku. Jalan menuju halte tidak terlalu jauh. Udara pagi cukup segar, namun rasa tegang terus mengikuti langkahku. Saat naik ke dalam bus sekolah yang disediakan pemerintah, aku langsung menyadari sesuatu. Hampir seluruh ruang diisi oleh siswa siswa yang auranya terasa mendesak dari segala arah. Mereka berbicara dengan semangat tinggi. Ada yang menembakkan percikan kecil dari telunjuknya sambil tertawa. Ada yang membuat embun menggantung di udara hanya untuk main main. Ada pula yang aura tubuhnya memancarkan warna tegas hingga membuat aku merasa berdiri di tengah lampu sorot.

Aku memilih duduk di tempat paling pinggir dekat jendela. Suara percakapan mereka menyatu tanpa ada jeda. Ketika bus berjalan, aku menatap luar jendela. Semakin dekat dengan sekolah, jalan tampak lebih lebar dengan gedung gedung berdesain modern. Papan nama besar sekolah mulai terlihat dari kejauhan. Tulisan Sekolah Aura Nusantara berdiri kokoh dengan lambang berbentuk pusaran cahaya yang menjadi simbol nasional para pengguna aura.

Bus berhenti tepat di depan gerbang. Para siswa turun sambil menunjukkan kepercayaan diri masing masing. Aku ikut turun dan mengamati sekeliling. Bangunan sekolah sangat luas. Dari kejauhan terlihat gedung berlapis kaca, taman dengan pepohonan tinggi, dan patung besar yang menggambarkan sejarah aura di negeri ini. Langkahku terhenti ketika aku melihat seseorang berdiri di depan tangga utama.

Cahya Alina.

Ia tersenyum kecil saat melihatku. Rambutnya tergerai lembut dengan warna kecokelatan yang menarik perhatian banyak orang. Aura lembut berwarna krem mengelilingi tubuhnya seperti kabut tipis. Ia salah satu siswa yang sering muncul dalam berita karena kemampuan penyembuhannya yang sangat kuat. Cahya melangkah mendekat tanpa kehilangan senyum hangatnya.

Liko Remando ya katanya lirih. Senang bertemu langsung.

Aku mengangguk sopan meski jantung berdegup cepat. Cahya adalah tipe orang yang membuat orang lain merasa nyaman hanya dengan kehadirannya. Tapi aura di sekelilingnya tampak agak bergetar. Tidak stabil. Aku memperhatikan gerakan kecil itu dan tanpa kusadari tubuhku merespons. Getaran itu tertarik mendekat lalu mereda perlahan. Cahya tampak sedikit terkejut. Matanya memperhatikan diriku dengan tatapan yang tidak pernah kulihat sebelumnya.

Anehnya aku merasa lebih tenang setelah berdiri dekatmu ucapnya dengan suara pelan.

Aku menelan ludah sambil mencoba tidak terlihat canggung. Melihat respon Cahya seperti itu membuat beberapa siswa di sekitar kami memperhatikan. Sebelum aku menjawab, suara langkah cepat terdengar dari arah belakang.

Kinara Suryasembada datang sambil menenteng buku tebal dengan raut wajah yang penuh keberanian. Aura merah keemasannya menyala terang seperti bara yang selalu siap menyala lebih besar. Ia berhenti tepat di depan kami lalu menatap Cahya.

Kau membuat suasana jadi lembek seperti biasa katanya. Kinara lalu mengalihkan tatapan padaku. Liko Remando. Aku sudah mendengar banyak hal tentangmu.

Aku tersenyum kecil meski tidak tahu apa tepatnya yang ia dengar. Kinara menatapku dari kepala hingga kaki. Sikapnya tegap dan penuh ketegasan. Tidak seperti Cahya yang lembut, Kinara membawa kehadiran yang kuat dan sulit diabaikan. Tanpa menunggu balasan dariku, ia menepuk pundakku lalu berbalik menuju gedung kelas.

Begitulah awal hari pertama ini. Dan belum juga masuk ruang kelas, dua orang sudah memperlakukanku dengan sikap seolah mereka sudah mengenalku. Aku menghela napas pelan sambil melangkah masuk gedung.

Kelas yang kutempati berada di lantai dua. Saat aku membuka pintu, suara bisik bisik langsung memenuhi ruangan. Beberapa siswa tampak segera menghentikan percakapan ketika melihatku. Ada yang menatapku dari ujung meja dengan rasa ingin tahu. Ada pula yang melihatku dengan raut sulit ditebak. Aku berjalan menuju bangku paling belakang. Kursi itu terasa dingin ketika kududuki. Belum sempat aku memeriksa buku pelajaran, seseorang duduk di sebelahku dengan gerakan halus.

Nana Wirayudha.

Ia mengenakan kacamata dengan bingkai tipis. Rambutnya diikat rapi. Aura biru muda mengalir halus di sekeliling tubuhnya. Tidak terlalu terang namun terasa seperti arus listrik halus yang menenangkan. Nana menatapku cukup lama seakan sedang menilai sesuatu.

Aku sudah mempelajari data tubuhmu ujarnya datar. Denyut aura fisiologisnya tidak sesuai dengan kategori Nol Aura standar.

Aku hampir menjatuhkan buku karena terkejut. Dari semua orang di hari pertama ini, hanya Nana yang langsung berbicara seperti ilmuwan yang menemukan eksperimen baru. Aku mencoba bersikap wajar meski pikiranku penuh tanya.

Aku tidak memiliki aura kataku pelan.

Itu tidak benar bantahnya tanpa ekspresi. Kau tidak memancarkan aura tetapi tubuhmu bereaksi dan mempengaruhi aura sekitarnya. Itu bentuk paling langka dari reaksi energi dalam tubuh manusia.

Aku mengusap tengkuk sambil mencoba mencerna ucapannya. Sebelum aku menanggapi, seseorang berjalan cepat mendekati kami. Suaranya lembut namun membawa ketegasan.

Jangan mengganggunya terlalu cepat, Nana.

Maya Arsya berdiri di sisi mejaku. Gadis itu terkenal pendiam. Rambut hitam panjangnya tergerai menutupi sebagian wajahnya. Aura gelap keunguan melingkar seperti bayangan tipis yang membuat banyak orang menjaga jarak. Maya menatapku dengan mata tajam tetapi tidak menakutkan. Ada sesuatu di balik tatapan itu yang sulit kujelaskan.

Aku melihatmu sejak turun dari bus katanya pelan. Energi di sekitarmu bergerak berbeda dari orang lain.

Aku menghela napas sambil menyandarkan tubuh ke kursi. Aku belum mengerti tujuan mereka mendekatiku. Seolah aku membawa sesuatu yang penting. Padahal aku sendiri tidak yakin apa yang ada dalam tubuhku. Tapi satu hal sudah jelas. Mereka semua merasakan sesuatu setiap kali berada dekat denganku. Dan itu sama sekali tidak memberiku rasa tenang.

Pelajaran dimulai setelah guru masuk kelas. Namun konsentrasiku terus terganggu. Hawa ruang kelas berubah setiap kali para gadis itu melihat ke arahku. Cahya sesekali mengamatiku dari depan. Kinara tampak pura pura tidak peduli tetapi aku bisa merasakan tatapannya dari sudut ruangan. Nana fokus ke buku catatannya sambil sesekali mencuri pandang. Maya menatap papan tulis namun aura di sekelilingnya bergerak mendekat ke wilayahku.

Jam istirahat tiba. Aku memilih duduk di bawah pohon dekat lapangan. Tempat itu cukup sepi. Aku berniat makan roti yang kubawa. Ketika membukanya, suasana tiba tiba berubah hening. Tara Pratama berdiri di depanku.

Tara mengenakan seragam yang sama tetapi sikapnya berbeda dibanding siswa lain. Ia membawa aura netral yang jarang terlihat pada siapa pun. Tidak terlalu terang. Tidak terlalu gelap. Namun sangat stabil. Tara menatapku lama tanpa berbicara. Aku mengenalnya sejak kecil tetapi kami jarang berkomunikasi setelah keluarganya pindah ke kota lain bertahun lalu.

Kau tidak berubah katanya akhirnya. Tenang seperti dulu.

Aku terdiam. Tara duduk di sampingku. Ia tidak banyak bicara. Tapi kehadirannya sudah cukup menjelaskan bahwa ia tidak akan membiarkan orang lain menyentuh hidupku tanpa alasan. Tatapannya menyiratkan sesuatu yang belum bisa kutafsirkan.

Tara memandangku. Liko ada banyak orang yang mencoba mendekatimu. Kau harus lebih hati hati.

Suaranya membawa kekhawatiran yang nyata. Aku menatap langit yang mulai cerah. Daun pohon bergerak perlahan tertiup angin. Aku belum menemukan jawaban apa pun hari ini. Namun satu hal yang pasti. Hidupku tidak akan berjalan tenang seperti sebelumnya.

Ketika bel berbunyi memanggil siswa kembali ke kelas, aku berdiri sambil merapikan tas. Tara ikut bangkit. Ia menepuk bahuku pelan.

Aku di sini ucapnya singkat.

Aku mengangguk perlahan. Hari ini baru dimulai namun aku sudah merasa masuk pada dunia yang tidak lagi bisa kutinggalkan.

Ada sesuatu dalam tubuhku. Sesuatu yang membuat orang orang dengan aura terkuat pun terpengaruh. Dan aku tidak tahu apakah itu berkah atau ancaman.

Lanjut membaca
Lanjut membaca