

Kehidupan bukan sekadar nafas; ia adalah ikatan yang tak terlihat, yang memberi arti pada setiap detik
Ruang perawatan itu terasa dingin, hawa dari pendingin ruangan menusuk tulang. Tirai putih tergantung kaku meredam hangatnya cahaya sore yang seharusnya masuk. Bau antiseptik menusuk berpadu dengan desis samar mesin oksigen.
Di sisi ranjang hanya denting monoton monitor jantung yang memecah hening.
bip... bip... bip
Tanda samar bahwa kehidupan masih bertahan di tubuh Ken yang rapuh. Tubuhnya terbaring lemah. Kulitnya pucat setransparan kain putih yang menyelimutinya. Bibir kering serta wajah kehilangan seluruh rona. Setiap hembusan napasnya terdengar berat seperti perjuangan panjang yang hampir sampai di ujung
Perawat yang keluar masuk ruangan menatapnya dengan pandangan pasrah sudah bersiap pada kemungkinan terburuk. Tidak ada yang berani mengatakan dengan lantang, semua tahu detik-detik ini bisa menjadi akhir bagi Ken.
Di tengah ruang sunyi itu waktu sendiri ikut menahan napas.
Kenny sang kakak tetap setia di samping ranjang. Lingkaran hitam di bawah matanya memperlihatkan betapa ia telah begadang berhari-hari untuk terus menemani sang adik. Genggamannya pada tangan Ken tidak pernah sekali pun goyah. Ujung jarinya bahkan mulai memucat, genggaman itu justru makin erat seolah kekuatan hidup adiknya bisa ia transfer hanya dengan sentuhan sederhana.
“Bertahanlah, Ken… tolong jangan tinggalkan aku” bisiknya lirih. Suaranya bergetar menahan panik yang terus menghantui sejak Ken tak sadarkan diri.
Sunyi.
Hanya denting monoton monitor jantung menjadi penanda samar bahwa Ken masih bertahan. Rapuh, tipis, hampir lenyap.
Tiba-tiba jarum detak itu bergerak lebih cepat.
*Bip. Bip. Bip.*
Kenny refleks menegakkan tubuh. Nafasnya tercekat ketika melihat kelopak mata Ken yang semula tertutup rapat mulai bergetar samar.
Perlahan....
Sangat perlahan, mata itu terbuka.
Namun sorot yang terpancar bukan sekadar pandangan kosong orang yang baru sadar. Ada kedalaman asing di sana : dalam, dingin namun juga bercahaya. Tatapan itu bagaikan lautan tak berujung. Menyimpan sesuatu yang lebih agung dan lebih besar seolah ribuan tahun pengalaman mendesak keluar melalui sepasang mata remaja pecicilan itu.
Cahaya itu terasa asing bagi Kenny. Ada kehangatan sekaligus tekanan tak kasatmata seperti sinar kuno yang lama terperangkap dalam gelap akhirnya menemukan celah untuk bebas.
Kenny menahan nafas. Adiknya membuka mata
Kenny hampir menjatuhkan kursinya karena terlampau kaget.
“K…Ken?! Kau sadar?!” serunya terperangah.
Bergegas ia berlari ke pintu berteriak memanggil dokter.
*****
GEJOLAK DI RUANG BATIN KEN
Suara asing bergaung dalam ruang batin Ken : berat, dalam, menggema seperti berasal dari lorong waktu yang tak berujung.
“Dua ribu tahun… segel itu runtuh. Dunia… telah berubah.”
Suara itu bukan milik Ken, Itu adalah gema seseorang yang jauh lebih agung dan kuat.
Elio Castiel, Raise terkuat yang pernah ada dan telah lama terkubur dalam mitos.
Saat roh Elio menembus tubuh dan jiwa Ken yang nyaris padam, resonansi tak terhindarkan pun terjadi. Kesadaran asing itu tidak sekadar menumpang. Ia menyalin, menyerap dan menyatu dengan sisa-sisa jiwa bocah pecicilan itu.
Dalam sekejap, potongan hidup Ken terserap ke benak Elio. Tawa kecil saat bermain dengan Kenny, amarah remaja yang kekanak-kanakan, air mata ketakutan hingga hangatnya genggaman tangan sang kakak yang tak pernah lepas. Bagi Elio, memori-memori itu bagai percikan api yang menempel pada dirinya yang beku selama ribuan tahun. Kenangan itu asing dan fana namun tetap menancap
Ia, Raise yang pernah berdiri di puncak dunia kini terikat pada hal-hal sederhana: keluarga, canda, dan kasih sayang.
Meski jiwa Ken telah lenyap, fragmen memorinya tetap menempel pada Elio membentuk lapisan tipis. Sebuah topeng nyaris sempurna yang menjadi jembatan memungkinkan Elio bertingkah, berbicara, bahkan bereaksi seperti Ken.
Di kedalaman tatapannya ada sesuatu yang tak bisa disembunyikan. Aura agung yang tak bisa dipadamkan serta cahaya yang menolak untuk sepenuhnya menyamar.
Itu adalah Elio Castiel, Sang Raise legendaris yang bangkit kembali. Terlahir kembali melalui tubuh bocah yang seharusnya sudah pergi.
******
RUANG VIP RS
Kenny berlari kembali ke sisi ranjang. Buru-buru menggenggam tangan adiknya erat-erat. Matanya berkaca-kaca.
“Syukurlah… aku pikir aku kehilanganmu selamanya.”
Elio terdiam. Nafas pertamanya di tubuh baru terasa berat dan kasar seakan paru-paru manusia belum sanggup menampung jiwa dan cahaya yang begitu besar. Setiap helaan udara membawa sensasi asing dari bau antiseptik ruangan hingga dinginnya oksigen yang menusuk dan detak jantung yang tak beraturan. Namun di tengah kekakuan tubuh barunya ada sesuatu yang menyala.
Hangat.
Hangat itu datang dari genggaman tangan Kenny. Jemari yang kurus dan pucat namun tetap bertahan erat tanpa goyah. Di dalam genggaman itu, Elio merasakan sesuatu yang tak pernah ia pahami selama dua ribu tahun pengasingan dan ribuan tahun hidup.
Ikatan manusia.
Ikatan yang sederhana, rapuh tapi lebih kuat daripada segala segel yang pernah mengikatnya.
Bibirnya bergetar dan suara yang keluar terdengar serak serta patah-patah mencoba menirukan kenangan yang bukan miliknya
“...Kak…”
Satu kata sederhana terlontar dari bibir Elio.
Bagi Kenny kata itu bagaikan keajaiban. Air matanya pecah mengalir deras di pipinya. Bibirnya tersenyum meski wajahnya gemetar menahan emosi.
“Kau kembali, Ken… kau benar-benar kembali…”
Kenny mencium punggung tangan adiknya sambil terisak seakan takut kehilangan lagi.
Sementara itu Elio hanya terdiam. Di balik kata yang baru saja ia ucapkan, isi pikirannya berkecamuk. Itu bukan kata yang pernah ia miliki.
Elio Castiel.......
Raise legendaris terkuat yang tidak pernah tahu bagaimana rasanya dipanggil, disapa dan dicintai sebagai adik. Tapi kini kata itu mengalir dari bibirnya begitu alami, begitu nyata seakan memang lahir dari dirinya.
Dan di sanalah ia menyadari satu hal: ia bukan lagi Elio sepenuhnya namun juga bukan Ken yang lama. Ia adalah sesuatu di antaranya. Sebuah roh abadi yang kini hidup dengan wajah, nama dan kenangan seorang manusia.
Air matanya tidak jatuh.
Dadanya bergetar halus.
Untuk pertama kalinya dalam hidup panjangnya yang dingin, penuh kepalsuan dan penuh pertempuran Elio Castile merasakan sesuatu yang tak pernah ia sebut sebelumnya.
Arti rumah.