Semua novel yang kamu inginkan ada disini
Download
Dari Warung Sekolah Menuju Dunia

Dari Warung Sekolah Menuju Dunia

Reski Handayani | Bersambung
Jumlah kata
25.3K
Popular
100
Subscribe
5
Novel / Dari Warung Sekolah Menuju Dunia
Dari Warung Sekolah Menuju Dunia

Dari Warung Sekolah Menuju Dunia

Reski Handayani| Bersambung
Jumlah Kata
25.3K
Popular
100
Subscribe
5
Sinopsis
PerkotaanSlice of lifePria MiskinCinta SekolahMengubah Nasib
Arga Pratama, seorang siswa SMA miskin namun penuh tekad, menjalani hari-harinya dengan berjualan roti kukus setiap pagi demi membantu ibunya dan bertahan hidup. Meski hidup sederhana, ia menyimpan mimpi yang jauh lebih besar: membangun restoran yang kelak memiliki cabang di berbagai negara. Ketika sekolah mengumumkan kompetisi wirausaha nasional, Arga melihat kesempatan yang selama ini tidak pernah ia miliki. Dengan modal pinjaman kecil dan keberanian besar, ia memutuskan membuka sebuah kios kecil di samping sekolah. Perjalanannya tidak mudah—ia menghadapi persaingan brutal dari siswa lain, kritik dari banyak pihak, tantangan ekonomi, hingga masalah keluarga. Di tengah kesibukan, Arga kembali dekat dengan Alya, teman masa kecil yang cerdas dan penuh ambisi. Hubungan keduanya berkembang perlahan dan hangat, diiringi dukungan sahabat-sahabat Arga yang setia membantunya. Dengan kerja keras, kegagalan yang membentuk mental, dan keberanian mengambil risiko, Arga mulai melangkah dari remaja biasa menuju calon pengusaha muda. Novel ini mengisahkan persahabatan, cinta remaja, perjuangan hidup, dan perjalanan seorang pemuda miskin yang berusaha membuktikan bahwa mimpi besar dapat lahir dari tempat yang paling sederhana.
BAB 1 – Pagi, Roti, dan Mimpi

Pukul lima pagi, alarm bututku berbunyi seperti jeritan ayam kesakitan. Aku mematikan tombolnya tanpa melihat layar, lalu melepas napas panjang. Udara subuh selalu membuatku sedikit mengantuk, tapi aku tak punya pilihan selain bangun. Jika aku terlambat lima menit saja, roti kukusku tak akan sempat matang sebelum aku berangkat ke sekolah.

Namaku Arga Pratama. Usia tujuh belas tahun. Siswa SMA biasa yang hidup di rumah kecil di gang sempit bersama ibu. Ayah sudah pergi entah ke mana sejak lima tahun lalu.

Sejak itu, aku belajar satu hal: kalau aku tak bergerak, kami tidak makan.

Aku melangkah ke dapur, membuka kukusan, dan aroma roti manis menyembur hangat. Aku selalu suka momen itu—seolah dunia yang keras memberi satu hadiah kecil untukku setiap pagi. Aku memasukkan roti satu per satu ke dalam plastik bening, menempelkan stiker kecil yang kutulis sendiri: Roti Manis Arga.

Ibu muncul dari pintu, masih memakai jilbab tidur dan tersenyum lembut.

“Sudah bangun dari tadi?”

“Lumayan, Bu. Target hari ini tiga puluh roti.”

Ibu mengangguk bangga, meski aku tahu di balik senyum itu ada rasa khawatir.

Aku membawa kotak roti ke sepeda bututku. Matahari baru naik sedikit, tapi jalanan sudah ramai oleh suara pedagang sayur dan mesin motor. Di saat teman seusiaku masih tidur, aku mengayuh sepeda sambil membayangkan mimpi yang selalu kupegang erat: suatu hari nanti, aku ingin punya restoran sendiri. Restoran yang punya cabang di luar negeri. Restoran yang membuat ibu tak perlu bekerja keras lagi.

Setibanya di sekolah, aku berdiri di dekat gerbang dan mulai menawarkan roti.

“Roti manis! Lima ribu saja!”

Beberapa adik kelas menatapku malu-malu. Ada yang membeli satu. Ada yang menawar. Ada yang hanya lewat begitu saja.

Dari kejauhan, seseorang berjalan ke arahku. Rambut hitam panjang, langkah tenang, dan senyum yang sulit kujelaskan. Alya. Teman masa kecilku, tapi kami jarang berbicara sejak masuk SMA.

Dia berhenti di depanku.

“Kau masih berjualan setiap pagi?” tanyanya.

Aku mengangguk.

Alya tersenyum kecil, lalu mengambil satu roti. “Aku beli satu. Tapi bukan karena kasihan. Rasanya memang enak.”

Entah kenapa, kalimat itu membuat dadaku hangat.

Aku hanya bisa berkata pelan, “Terima kasih, Ya.”

Saat itu aku tidak tahu—bahwa roti pagi inilah yang akan mengubah seluruh hidupku.

Lanjut membaca
Lanjut membaca