"Pergilah bersama Adelia. Bawa mereka pergi dari sini!". Ucap lelaki yang bertubuh tinggi dan gagah kepada Sopirnya.
Lelaki itu bernama Aleric. Dia adalah seorang suami dari wanita cantik bernama Adelia, sekaligus ayah dari seorang bayi yang masih berumur tiga tahun bernama Andreas.
"Bagaimana dengan Tuan, kenapa tidak ikut pergi saja?". Tanya sopirnya.
"Tidak, aku harus di sini menahan mereka. Aku akan mengulur waktu sampai kalian semua bisa pergi dari sini". Jawab Aleric menanggapi pertanyaan Pak Hendra, sopir yang telah menemaninya selama ini.
Aleric merupakan salah satu orang terpandang dan kaya raya. Dia memiliki sebuah perusahaan terkenal yang sedang jaya di kota ini. Karena status perusahaannya, banyak pemilik perusahaan yang merasa tersaingi. Banyak pula yang iri hingga ingin menjatuhkan perusahaan milik Aleric.
"Tapi tuan, itu sangat berbahaya. Tuan Aleric hanya sendirian di sini. Aku khawatir terjadi apa-apa dengan Tuan".
"Jangan khawatirkan aku. Yang perlu dilakukan hanya menyelamatkan keluargaku, menyelamatkan anak dan istriku".
Mendengar hal itu, sopir yang selama ini sangat setia menemani Aleric tidak bisa membantah lagi. Tugasnya hanya mengikuti apa yang dilakukan oleh tuannya meskipun dia ingin membantu tuannya yang selama ini sudah sangat baik kepadanya. Meski tak memiliki kekuatan seperti Aleric, dia rela jika harus berjuang menemani Aleric meskipun nyawa taruhannya.
"Ajak istriku untuk pergi bersamamu. Dia masih di kamarnya, cepat susul dia kedalam, aku akan berjaga di sini, khawatir mereka datang tiba-tiba. Cepat!". Perintah Aleric kepada Sopir pribadinya.
"Baik Tuan, aku ke dalam dulu memberitahu Nyonya".
Sang sopir segera pergi ke dalam rumah untuk memanggil Adelia. Dia akan mengajak istri tuannya pergi dari sini. Tidak lama kemudian dia sudah berada di depan pintu kamar Adelia.
"Nyonya!". Sambil mengetuk pintu kamar Adelia.
"Iya Pak Hendra, sebentar". Jawab Adelia dari dalam kamarnya menjawab panggilan Sopir pribadinya.
Tak lama kemudian dia membuka pintu dan sudah siap dengan bawaannya berupa satu koper dan tas berisi baju. Dia sudah mengetahui jika keluarganya saat ini sedang berada dalam tekanan. Sebuah ancaman akan segera datang.
"Nyonya sudah siap?". Tanya Pak Hendra yang merupakan sopir pasangan suami istri tersebut.
"Sudah Pak Hendra. Apa Mas Aleric sudah di depan?"
"Sudah Nyonya". Jawabnya sambil mengambil tas yang dibawa oleh Adelia beserta kopernya.
"Ayo segera ke depan". Tambahnya mengajak wanita yang merupakan istri tuannya.
Sebelumnya Adelia sudah diberitahu oleh Aleric tentang ancaman yang akan datang melalui pesan WhatsApp. Polemik permasalahan dengan beberapa pesaingnya sangat rumit, dan puncaknya mereka semua sepakat untuk bekerja sama menghancurkan perusahaan Aleric. Namun ada satu perusahaan yang sebenarnya menjadi kunci utama permasalahan ini. Perusahaan itu dipimpin oleh seorang lelaki bernama Reklus.
Reklus sebenarnya pemilik perusahaan yang bekerja sama dengan Aleric. Awalnya hubungan mereka sangat baik. Meski banyak pesaing yang ingin menjatuhkan sekalipun dengan kekuatan supranatural, mereka tetap kokoh, karena kedua pemimpin perusahaan itu, yakni Aleric dan Reklus juga sama-sama memiliki kekuatan yang dapat melawan pesaingnya. Entah kenapa tiba-tiba dia mulai berubah. Reklus ingin menguasai semuanya dengan cara mengajak beberapa perusahaan lain untuk menghancurkannya. Caranya benar-benar licik.
Dialah dalang dari semua ini, dia juga mengetahui sesuatu berharga yang dimiliki oleh Aleric. Dia merasakan sebuah energi besar ada pada keluarga Aleric.
"Sebenarnya apa yang terjadi Mas?" Tanya Adelia yang sudah berada di halaman rumahnya.
"Kita dikhianati oleh rekan yang selama ini aku percaya". Jawab Aleric.
"Siapa, Reklus maksudmu?" Tanya Adelia kaget mendengar perkataan suaminya.
"Iya sayang, Reklus. Dia benar-benar licik. Ternyata selama ini dia sudah merencanakan ini semua. Dia ingin menguasai segalanya".
"Bagaimana dia melakukan itu? Jika hanya sendirian tidak akan mampu. Pasti ada yang membantunya".
"Benar, dia tidak sendirian, ternyata selama ini dia bekerjasama dengan perusahaan-perusahaan lain untuk menjatuhkan perusahaan kita. Dan dia juga mendapatkan dukungan kekuatan dari banyak pihak. Aku tidak yakin bisa mengalahkan mereka. Akan sangat sulit menghadapi mereka seorang diri". Ucapnya.
"Apa yang akan dia lakukan pada perusahaan kita Mas?".
"Dia berencana mengambil dokumen-dokumen penting perusahaan kita, dia ingin mengganti dengan namanya. Dan dia ingin mengambilnya secara paksa dariku". Jawabnya menjawab pertanyaan istrinya.
"Aku tidak sengaja mendengar obrolannya. Dia akan menyerang kita untuk merebut paksa dokumen itu. Tapi dokumen itu ada di tempat yang sangat aman. Tanpa sepengetahuanku mereka mengobrak-abrik ruanganku untuk mendapatkan dokumen itu. Dan dokumen itu memang tidak ada di sana". Imbuhnya.
Aleric sudah mencium aroma pengkhianatan dari rekannya itu. Akhirnya ia memindahkan dokumen-dokumen itu di tempat yang sangat aman, yang sangat sulit untuk ditemukan.
"Sudah, tidak ada waktu lagi. Kamu harus pergi dari sini, bawalah anak kita ini. Aku tidak ingin terjadi apa-apa pada kalian berdua, dialah satu-satunya penerusku nanti". Tambah Aleric mulai mencium aroma kedatangan musuh-musuhnya.
"Tapi Mas gimana, kenapa tidak ikut bersama kami saja?". Ucap Adelia mengajak suaminya untuk pergi bersamanya.
"Tidak sayang, aku harus tetap di sini, mereka akan mengikutiku jika aku pergi bersama kalian. Lebih baik mereka ku pancing saja di sini".
"Kalau begitu aku akan membantumu di sini Mas. Biarkan Pak Hendra yang membawa Andreas". Adelia tidak ingin suaminya berjuang sendiri sementara dirinya pergi untuk menyelamatkan diri.
"Tidak. Andreas membutuhkan seorang ibu. Kamu harus tetap bersama bayi kita".
Sebuah pelukan tidak mampu dihindarkan oleh kedua pasangan suami istri itu. Air jernih dari mata keduanya mulai menetes, mereka tahu jika ini bisa menjadi pertemuan terakhir bagi mereka. Melihat hal itu, Pak Hendra tidak bisa berbuat apa-apa, raut kesedihan juga terpancar dari wajahnya.
"Sudah, cepat pergi sana sebelum mereka datang. Jaga jagoanku, Andreas. Dialah yang akan melanjutkan perjuangan dan pengorbananku kelak. Cepat! Reklus mengincar anak kita". Aleric melepas pelukannya.
Dengan isak tangis yang masih terasa, Adelia pergi bersama Pak Hendra untuk menyelamatkan diri dari para penjahat yang sudah mengkhianati suaminya. Mobil pun sudah menyala dan melaju ke arah yang sudah ditunjukkan oleh Aleric.
Di tengah perjalanan, Adelia masih kaget mendengar ucapan terkahir suaminya yang mengatakan Andreas menjadi target Reklus. Adelia sudah bisa menebak alasannya.
"Darimana dia tahu tentang Andreas? Padahal kami tidak mengatakan ke siapapun tentang Andreas kecilku". Gumam Adelia.
Tidak lama kemudian, rombongan mobil berwarna hitam mulai datang memasuki halaman rumah Aleric. Melihat hal itu, Aleric bersikap sangat tenang seolah tidak akan terjadi apa-apa.
"Aleric-Aleric...! Kamu tidak bisa kemana-mana lagi sekarang. Lebih baik kamu menyerah dan serahkan dokumen itu. Eitss.. satu lagi, serahkan anakmu padaku, aku sangat menginginkannya". Ucap Reklus pada Aleric yang masih berdiri di sana.
"Apa hubungannya dengan anakku, dia tidak ada hubungannya dengan semua ini, Reklus". Jawab Aleric santai. Dia hanya mencoba untuk mengulur waktu sampai istri dan anaknya benar-benar sudah jauh dari tempat ini.
Dia tidak menyangka jika rahasia tentang anaknya akan bocor ke telinga orang lain selain dia dan istrinya. Namun dia sudah menyadari jika suatu saat akan ada orang yang akan memburu Andreas. Kekuatan besar di dalam tubuhnya akan menjadi alasan yang kuat bagi mereka untuk mendapatkan Andreas. Dan kekhawatiran sudah terjadi. Reklus mulai memburu Andreas.