Semua novel yang kamu inginkan ada disini
Download
Jamuan Berdarah

Jamuan Berdarah

Fransdudik | Bersambung
Jumlah kata
180.9K
Popular
701
Subscribe
75
Novel / Jamuan Berdarah
Jamuan Berdarah

Jamuan Berdarah

Fransdudik| Bersambung
Jumlah Kata
180.9K
Popular
701
Subscribe
75
Sinopsis
HorrorHorrorMisteriDunia GaibPembunuhan
"Desa itu unik loh, bilangnya kalau kita kesana bakal di beri jamuan istimewa," ujar Jaka kepada teman-temannya. Dan benar saja, mereka mendapatkan jamuan, tapi tak pernah bisa menikmati hidangan yang mereka inginkan.
Jamuan yang tak terduga

"Gak salah kan nama desa-nya," tanya Samsul.

Jaka melihat sekelilingnya dan berujar," ini benar, gak salah."

Desa terpencil itu terdapat sebuah rumah tua yang dikenal sebagai "Rumah Pak Darma." Tak ada satu pun warga desa yang berani mendekatinya, terutama saat malam tiba. Rumah itu dibiarkan terbengkalai sejak keluarga Pak Darma menghilang secara misterius bertahun-tahun lalu.

"Itu rumah ya sering diceritakan itu kan?" tanya Deni.

Teman-temannya mengangguk.

Orang-orang percaya bahwa rumah itu terkutuk. Beberapa mengatakan mereka pernah melihat bayangan bergerak di balik jendela yang tertutup debu. Yang lain mengaku mendengar suara jeritan pelan di tengah malam.

Namun, bagi lima pemuda pemberani yakni si Rudi, Jaka, Samsul, Deni, dan Lito, cerita itu hanya mitos belaka.

"Kita buktikan kalau semua ini cuma omong kosong," ujar Jaka, pemimpin kelompok mereka, sambil tersenyum menantang."Gini saja, gak takut aku," imbuhnya lagi.

Rudi, si skeptis, tertawa kecil. "Paling-paling cuma rumah tua biasa. Gak ada hantu. Cuma beritanya saja kebanyakan micin nya,"

Samsul, yang lebih penakut, menggigit bibirnya. "Kalau memang cuma rumah kosong, kenapa orang-orang desa sampai takut?"

Deni, si iseng, mengangkat bahu. "Karena mereka terlalu banyak dengar cerita horor sebelum tidur."

Lito dari tadi hanya diam saja, tapi matanya tak bisa menyembunyikan kegelisahan. Ada sesuatu tentang rumah itu yang membuatnya merasa tidak nyaman.

Mereka membawa senter dan pisau kecil sebagai perlindungan. Saat malam tiba, mereka melangkah masuk ke dalam rumah tua itu.

Begitu memasuki rumah, udara dingin menyambut mereka. Debu dan bau apek menyelimuti setiap sudut ruangan. Lantai kayunya berderit setiap kali mereka melangkah, seolah-olah rumah itu sedang berbisik kepada mereka.

Jaka berjalan di depan, menyorotkan senter ke dinding yang penuh dengan foto-foto lama keluarga Pak Darma. Wajah-wajah dalam foto itu tampak buram, seakan-akan waktu telah menghapus keberadaan mereka.

"Lihat ini," gumam Lito sambil menunjuk ke meja tua di ruang tamu. Di atasnya, ada piring kosong yang berlapis debu, tetapi sendok dan garpunya masih tersusun rapi.

"Aneh. Seperti ada yang masih tinggal di sini," bisik Samsul.

Tiba-tiba, terdengar suara seretan di lantai atas. Seperti seseorang sedang menyeret sesuatu yang berat.

Lito menelan ludah. "Kalian dengar itu?"

Senter Rudi bergetar saat dia mengarahkannya ke tangga tua yang menuntun ke lantai atas. Bayangan hitam sekilas melintas di sana.

"Mungkin cuma tikus besar," kata Deni, meskipun suaranya terdengar kurang yakin.

Namun, ketika mereka ingin melangkah lebih jauh, sesuatu bergerak di pojokan.

Lito menjerit.

Rudi buru-buru menyorotkan senter ke arah itu. Hanya ada sebuah lemari tua yang sedikit terbuka.

Deni, yang penasaran, mendekat dan menarik pintu lemari itu.

Saat itulah mereka melihatnya.

Di dalam lemari, terdapat setumpuk tulang manusia yang masih berlumuran darah kering.

Mereka mundur dengan napas tertahan.

"Ini bukan rumah kosong biasa," bisik Sari ketakutan.

Tiba-tiba, pintu depan tertutup dengan keras.

Angin kencang bertiup melalui celah-celah dinding, membuat suara gemerisik menyerupai bisikan halus.

Dan kemudian, langkah berat terdengar dari lantai atas.

Jaka, yang masih berusaha bertindak berani, mengangkat tangannya. "Aku akan lihat ke atas."

"Kamu gila?!" Lito menarik lengan Jaka, tetapi Jaka hanya tersenyum tipis.

"Kalau kita mau keluar dari sini, kita harus tahu apa yang ada di atas."

Perlahan, Jaka menaiki tangga dengan hati-hati. Langkahnya bergema di dalam rumah yang kini terasa semakin sempit.

Saat sampai di lantai atas, dia melihatnya.

Seorang pria tua berdiri di depan meja panjang yang penuh dengan daging mentah.

Wajahnya pucat. Tubuhnya kurus kering. Matanya cekung dan kosong.

Tangannya menggenggam pisau besar yang meneteskan darah segar.

Pria itu tersenyum. "Aku sudah lama menunggu tamu untuk makan malam."

Jaka tak sempat bereaksi.

Dalam sekejap, pria itu melompat ke arahnya, dan pisau besarnya menancap di lehernya.

Darah menyembur ke dinding. Tubuh Jaka merosot ke lantai dengan mata masih terbuka dalam ketakutan.

Di bawah, teman-temannya panik mendengar jeritan Jaka yang memilukan.

Mereka berlari ke pintu, tetapi terkunci rapat.

Saat mereka mencari jalan keluar, pria itu muncul di tangga.

Wajahnya kini berlumuran darah. Di tangannya, dia membawa kepala Jaka yang masih meneteskan darah segar.

Lito dan Samsul menjerit histeris.

Rudi dan Deni mencoba melawan, tetapi pria itu bergerak dengan kecepatan yang tak wajar.

Dalam sekejap, pisau besarnya menebas leher Deni. Tubuhnya ambruk dengan suara "pluk" yang mengerikan.

Samsul dan Lito berhasil menemukan pintu menuju ruang bawah tanah dan bersembunyi di dalamnya.

Namun, ketika mereka menyalakan senter, mereka ingin muntah.

Potongan tubuh manusia tergantung di mana-mana.

Tangan, kaki, kepala, semua tersusun rapi dengan label tanggal.

Lito menggigil ketakutan saat melihat satu label tertulis "Daging Segar, Rudi & Deni."

Samsul mencengkeram pisau kecil dengan tangan gemetar. "Kita harus keluar dari sini."

Namun, sebelum mereka bisa bergerak, suara langkah mendekat.

Pintu terbuka perlahan.

Di sana, pria itu berdiri dengan senyum lebar, menggenggam kapak besar.

"Kalian adalah bahan makananku malam ini."

Kapaknya terayun tinggi.

Dan malam itu, rumah tua Pak Darma kembali sunyi.

Keesokan harinya, warga desa menemukan pintu rumah itu terbuka.

Aroma anyir menyengat udara, tetapi tak ada satu pun jejak kelima pemuda itu.

Yang tersisa hanyalah meja makan panjang, tertata rapi, dengan hidangan daging segar.

Sejak saat itu, warung daging di desa tiba-tiba selalu memiliki stok berlimpah.

Dan tak ada yang berani bertanya dari mana asalnya…

**

Lanjut membaca
Lanjut membaca
Download MaxNovel untuk membaca