Semua novel yang kamu inginkan ada disini
Download
Kelahiran Kembali Kaisar Bayangan

Kelahiran Kembali Kaisar Bayangan

Hikma Abdillah | Bersambung
Jumlah kata
96.4K
Popular
279
Subscribe
89
Novel / Kelahiran Kembali Kaisar Bayangan
Kelahiran Kembali Kaisar Bayangan

Kelahiran Kembali Kaisar Bayangan

Hikma Abdillah| Bersambung
Jumlah Kata
96.4K
Popular
279
Subscribe
89
Sinopsis
FantasiFantasi TimurReinkarnasiUrbanSupernatural
Di dunia di mana sihir dan teknologi saling bersaing, seorang kaisar kegelapan dari zaman kuno terbangun di tubuh seorang pecundang yang dibully. Namanya Ryu. Dulu, ia adalah Shadow Emperor, penguasa bayangan yang kejam dan tak terkalahkan. Kini, ia hanyalah seorang siswa miskin yang putus asa di Akademi Astraea, sekolah elit untuk para prodigy sihir. Di dunia baru ini, kekuatan tidak hanya diukur dari mana, tetapi juga dari peringkat di Sistem: sebuah entitas misterius yang menilai setiap individu. Ryu, dengan ingatan dan pengetahuannya yang luas, menemukan bahwa sistem ini dapat ia manipulasi. Dengan masa lalu yang menghantuinya dan musuh yang bersembunyi di setiap sudut, Ryu harus menyembunyikan identitas aslinya. Ia akan membalas dendam, merebut kembali kekuasaannya, dan membuktikan bahwa seorang kaisar, bahkan dalam wujud paling rendah sekalipun, akan selalu kembali untuk mendominasi. Ikuti perjalanan Ryu, sang kaisar kegelapan yang terlahir kembali, dalam usahanya menaklukkan dunia modern dengan kekuatan bayangan dan kecerdasan kuno.
Bab 1 Kebangkitan Sang Kaisar

Ryu membuka mata. Bukan di tempat yang asing, melainkan di neraka pribadinya yang sudah ia kenal sejak lama: lorong di belakang gedung utama Akademi Astraea. Bau sampah yang memuakkan dan kelembapan yang dingin menyambutnya. Di atasnya, tiga wajah tersenyum penuh kemenangan.

“Nah, akhirnya sadar juga, si pecundang,” suara serak Kenji terdengar, disusul tawa dari dua temannya, Akio dan Haru. Tawa mereka bagai belati yang menusuk-nusuk harga diri Ryu.

Kenji adalah putra seorang pejabat teras, pewaris darah bangsawan yang memiliki bakat sihir langka, tapi juga seorang tiran kecil di akademi. Sementara Ryu hanyalah anak yatim-piatu dari daerah kumuh, yang hanya bisa masuk ke akademi berkat beasiswa. Status sosial mereka bagai bumi dan langit.

“Aku sudah bilang, jangan pernah mendekati Aria,” Kenji berjongkok, tangannya mencengkeram kerah seragam Ryu yang sudah kotor. “Tapi kau tidak pernah mendengarkan.”

Aria. Nama itu berdesir di benak Ryu. Dia adalah bintang di Akademi Astraea, seorang gadis dengan rambut perak dan mata biru yang memukau. Dia adalah gadis idaman semua orang, termasuk Ryu, tapi Ryu tahu diri. Ia tidak pernah mendekatinya. Ia hanya melihatnya dari jauh. Namun, sepertinya, itu sudah cukup untuk memicu kemarahan Kenji.

“Kau… salah paham…” bisik Ryu, suaranya parau. Ia tahu perlawanan adalah hal sia-sia. Kekuatan fisik Ryu tidak sebanding dengan Kenji, apalagi kekuatan sihirnya yang masih nol.

“Salah paham?” Kenji tertawa sinis. “Kekuatan sihirku adalah api. Dan kau, kau adalah bahan bakar yang sempurna.”

Tangan Kenji mulai bercahaya merah. Aura panas yang menyesakkan mulai menyebar. Itu adalah sihir api. Ryu merangkak mundur, putus asa. Ia sudah merasakan sakitnya terbakar, tidak sekali dua kali. Namun, kali ini, ia merasakan sesuatu yang berbeda. Ada niat membunuh di mata Kenji.

“Berhenti…” teriak Ryu, suaranya pecah.

Tapi terlambat. Kobaran api kecil melesat dari tangan Kenji, menghantam dada Ryu. Bukan ledakan besar, melainkan api yang membakar perlahan, memakan kulit dan dagingnya. Rasa sakitnya luar biasa, membuat Ryu menjerit sekuat tenaga.

“Tolong!”

Namun, tidak ada yang datang. Lorong itu sunyi, hanya dihiasi tawa kejam dari ketiga orang itu. Hingga akhirnya, pandangan Ryu kabur. Napasnya tersengal-sengal. Aroma daging terbakar dan darah memenuhi indra penciumannya. Visi terakhirnya adalah senyum kemenangan Kenji.

Lalu, kegelapan. Keheningan. Tidak ada lagi rasa sakit, tidak ada lagi ketakutan, tidak ada lagi penghinaan. Ryu yang lama telah titiada

Gelap. Dingin. Keheningan.

Suara.

“…pasien koma selama tiga hari.”

“…luka bakar serius, tapi anehnya tidak ada organ vital yang rusak.”

“…siapa yang akan membayar biaya rumah sakitnya? Dia tidak punya keluarga.”

Suara-suara itu perlahan masuk ke dalam kesadarannya. Ryu mencoba membuka mata. Kelopak matanya terasa berat, seolah baru saja disemen. Setelah beberapa kali mencoba, ia berhasil.

Cahaya putih menyilaukan menyambutnya. Aroma antiseptik yang steril menggantikan bau sampah dan darah. Ia berada di sebuah ruangan serba putih. Infus tertancap di lengannya. Ia berbaring di atas ranjang yang empuk. Ini… rumah sakit?

Tunggu. Siapa aku?

Sebuah sensasi aneh mengalir di kepalanya. Ingatan-ingatan yang kacau balau, seperti fragmen kaca pecah yang ditumpuk-tumpuk. Ryu si pecundang, yang di-bully, yang miskin. Tapi ada yang lain. Ingatan yang jauh lebih tua.

Ribuan tahun yang lalu.

Kegelapan. Kematian. Kekuatan yang tak terbatas. Tahta yang terbuat dari bayangan. Pedang yang diukir dari malam. Jutaan pasukan yang berlutut di kakinya. Gelar Shadow Emperor.

Ingatan dari dua kehidupan yang berbeda bertabrakan, beradu, dan akhirnya menyatu menjadi satu.

Ia adalah Ryu, siswa pecundang yang putus asa.

Ia juga adalah Kaisar Bayangan, penguasa kegelapan yang kejam dan tak terkalahkan.

“Aku…” Ryu mencoba berbicara. Suaranya serak. Bukan hanya karena tenggorokannya kering, tapi karena ada dua identitas yang berebut untuk keluar.

Sebuah bayangan tipis bergerak di sudut ruangan. Ryu menoleh, matanya awas. Ia bisa melihat bayangan itu, seolah bayangan itu adalah bagian dari dirinya sendiri.

Sistem aktif.

Sebuah jendela transparan tiba-tiba muncul di hadapannya.

[Nama: Ryu]

[Status: Koma]

[Level: 0]

[Atribut: ???]

[Sihir: Tidak Ditemukan]

[Keterampilan: Tidak Ditemukan]

Ini adalah Sistem. Sebuah entitas yang memantau kekuatan setiap individu di dunia ini. Ryu yang lama tidak pernah peduli dengan ini. Tapi Kaisar Bayangan tahu. Ia pernah mendengar desas-desus tentang sistem ini dari para peramal di masanya.

“Jadi ini adalah dunia baru,” bisik Kaisar Bayangan, atau sekarang, Ryu. “Dunia yang penuh dengan keajaiban dan… kelemahan.”

Ia bisa merasakan energi sihir mengalir di udara, tapi berbeda dari masanya. Di masanya, sihir adalah naluri. Di sini, sihir adalah ilmu. Di sini, kekuatan diukur oleh angka, oleh sistem.

“Menarik,” sebuah senyum tipis terukir di wajah Ryu.

Pintu bangsal terbuka. Seorang perawat masuk. Wanita itu terkejut melihat Ryu sudah sadar.

“Nak, kau sudah sadar? Syukurlah!”

Perawat itu dengan cekatan memeriksa kondisinya. Detak jantungnya normal, suhu tubuhnya stabil, bahkan luka bakarnya mulai sembuh dengan cepat. Perawat itu melihat luka di dada Ryu. Luka bakar yang seharusnya meninggalkan bekas mengerikan kini hanya menyisakan kulit kemerahan.

“Ini… ajaib,” gumam sang perawat, tak percaya.

Ryu, yang kini sudah menguasai tubuhnya sepenuhnya, hanya diam. Ia tahu luka itu sembuh karena kekuatan bayangannya, kekuatan yang bahkan tidak bisa diukur oleh sistem di dunia ini.

Setelah sang perawat keluar, pintu bangsal kembali terbuka. Masuklah seorang pria paruh baya dengan tatapan lelah dan seorang gadis berambut perak dengan mata biru.

Aria.

Ryu mengenali mereka. Pria paruh baya itu adalah kepala sekolah Akademi Astraea, Direktur Kenjiro. Dan gadis di sampingnya adalah Aria, gadis yang disukai Ryu yang lama, gadis yang memicu amarah Kenji.

Aria menatap Ryu dengan cemas. “Ryu… kau baik-baik saja?”

Ryu tidak menjawab. Ia hanya menatap Aria, dan ia bisa melihat kebaikan di matanya. Ia juga bisa merasakan bahwa gadis ini memiliki kekuatan yang sangat besar, kekuatan yang tersembunyi.

“Kau…” Direktur Kenjiro mendekat, tatapannya curiga. “Kau bukan siswa yang sama.”

Ryu tersenyum. “Aku masih Ryu.”

“Perubahan drastis ini… ada sesuatu yang terjadi. Siapa yang menyerangmu?”

Pertanyaan itu membuat Ryu terdiam. Ia bisa saja melaporkan Kenji. Itu akan membuatnya mendapat keadilan. Tapi, keadilan dari dunia ini? Tidak menarik. Baginya, balasan yang paling setimpal adalah yang ia berikan sendiri.

“Aku… jatuh dari tangga,” jawab Ryu, berbohong.

Direktur Kenjiro menyipitkan mata, tahu bahwa Ryu berbohong. Tapi ia tidak punya bukti.

“Aria, tinggalkan kami berdua sebentar,” perintah Direktur Kenjiro.

Aria menolak. “Tapi, Direktur…”

“Keluar sekarang,” suaranya tegas.

Dengan berat hati, Aria keluar, tatapannya masih penuh kekhawatiran. Setelah pintu tertutup, Direktur Kenjiro mengeluarkan sebuah alat pemindai dari sakunya.

“Ini adalah alat yang bisa mengukur status sihirmu. Ini tidak ada di sistem umum,” Direktur Kenjiro menjelaskan. “Siswa yang tidak memiliki bakat sihir seperti dirimu, terkadang hanya tertidur. Tapi setelah bangun, mereka memiliki bakat yang tersembunyi.”

Ia mengarahkan alat itu ke arah Ryu. Alat itu berbunyi nyaring, lalu layarnya berkedip-kedip, menampilkan pesan kesalahan.

“Apa… ini?” Direktur Kenjiro mengerutkan kening. “Sihirmu… tidak bisa diukur.”

Ryu hanya tersenyum. Tentu saja. Kekuatan yang ia miliki tidak berasal dari dunia ini. Kekuatan yang ia miliki adalah kekuatan yang melampaui sistem.

“Aku akan memberimu kesempatan kedua di akademi,” kata Direktur Kenjiro, nadanya berubah.

“Tapi kau harus berhati-hati. Musuhmu tidak hanya satu.”

Ia meninggalkan Ryu sendirian di kamar bangsal.

Ryu berbaring kembali, menatap langit-langit.

Jendela sistem kembali muncul di depannya.

[Nama: Ryu]

[Status: Sehat]

[Level: 0]

[Atribut: ???]

[Sihir: ???]

[Keterampilan: ???]

“Level nol? Tidak memiliki sihir?” gumam Ryu pada dirinya sendiri. “Sungguh ironis. Dunia ini mengira aku tidak memiliki apa-apa. Tapi mereka tidak tahu, akulah yang akan memiliki segalanya.”

Sebuah bayangan kecil muncul di tangannya. Perlahan, bayangan itu berubah bentuk, menjadi sebuah bilah tajam. Bilah yang terbuat dari bayangan, seperti pedang yang ia gunakan di masa lalu.

Ini hanyalah awal. Kaisar Bayangan telah kembali. Dan kali ini, ia tidak akan lagi bersembunyi. Ia akan bangkit, mengumpulkan kekuatannya, dan membalas dendam kepada siapa pun yang berani menginjak-injaknya.

Lanjut membaca
Lanjut membaca