Semua novel yang kamu inginkan ada disini
Download
RADIOROH

RADIOROH

LONYENK RAP | Bersambung
Jumlah kata
33.1K
Popular
100
Subscribe
2
Novel / RADIOROH
RADIOROH

RADIOROH

LONYENK RAP| Bersambung
Jumlah Kata
33.1K
Popular
100
Subscribe
2
Sinopsis
HorrorHorrorDunia GaibIndigoMisteri
Dari alat pengeras suara, ia mendengar suara Pak Atmo sedang memberikan sebuah opini dari materi siaran yang sedang ia sampaikan. Tak disangka, dengan usianya yang sudah terbilang tua, Pak Atmo masih energik dan semangat saat cuap-cuap di udara. Suara bas-nya terdengar empuk. Tak sadar Kimo jatuh kagum pada kepiawaian Pak Atmo siaran. Namun tema yang diangkat terdengar aneh. “Kepada Tuan-tuan dan Nyonya-nyonya yang lagi melakukan perjalanan tanpa akhir, semoga pengembaraan kalian menyenangkan. Semoga suatu saat, pintu yang mau kalian masuki terbuka dengan lebar, dan kalian tak perlu lagi bergentayangan sepanjang malam.” Backsound lantas dinaikan, mengalunkan tembang pop Indonesia era 70an yang terdengar kelam dan mencekam. Kimo tertegun. Rasa kagum yang tadi hadir, perlahan lenyap, disapu perasaan seram yang tiba-tiba datang menyergap. Kenapa acara di radio ini semua terdengar aneh dan memancarkan suasana gelap dan suram? Menyeramkan! Selamat datang di dunia kepenyiaran yang gelap dan menakutkan! Dibalik gelombang radio yang familiar dan suara-suara Yang hangat menyapa, tersembunyi cerita-cerita seram yang akan membuat kamu menggigil ketakutan. Radioroh adalah kumpulan cerita (novela) horor yang akan membawa kamu kedalam dunia kepenyiaran yang penuh dengan misteri, terror dan kengerian. RADIOROH adalah kumpulan novela horor, berlatar dunia radio. Dari studio radio yang angker, ditelepon arwah pendengar, hingga siaran yang tak pernah berakhir. Setiap cerita dalam kumpulan novela ini akan membawa kamu kedalam situasi yang mencekam dan membuat kamu mempertanyakan kesahihan kenyataan. RADIOROH berisi ragam cerita yang kisahnya dilatari dunia broadcast alias radio yang tak jarang menjumpai hal-hal berbau mistis saat beroperasi. Kumpulan novela ini, tak hanya menyajikan cerita-cerita yang membuat adrenalin memuncak dan rasa takut yang bisa saja terbawa hingga selesai membacanya, namun berpotensi besar menghibur dan yang terpenting ada pesan moral yang terkandung di setiap jalinan ceritanya. Cerita-cerita yang tersaji dalam RADIOROH membuatmu takut mendengarkan radio sendirian, yang membuat pembaca akhirnya bisa tahu dan memahami, jika dibalik dunia radio yang penuh dengan gegap-gempita, melalui siarannya yang sarat hiburan, tersimpan kejadian-kejadian aneh yang pernah dirasakan, penyiar atau pun orang-orang yang berada di dalam lingkaran dunia kepenyiaran. Ada begitu banyak cerita-cerita misteri yang terpendam atau tersimpan yang bisa pembaca dapatkan di dalam kisah-kisah yang ada disini, yang mungkin belum pernah diketahui sebelumnya. Jangan lupa mematikan radiomu sebelum tidur, karena RADIOROH akan membuatmu takut mendengarkan radio sendirian!
BAB 01 : JAMPI-JAMPI REQUEST #01

Aku terbelalak! Apa yang sedang dilakukan Omar di dalam ruang siar ini? Apa anak itu sudah gila? Membakar dupa dan kemenyan di saat mau memulai siaran bukanlah hal yang lazim kami lakukan. Tapi sekarang? Ah, ini benar-benar gila! Lihat! Omar dengan fasihnya melakukan itu semua seolah-olah cowok itu telah menjelma menjadi dukun yang mumpuni malam ini. Gila dan nyeleneh boleh saja, tapi lihat-lihat tempat juga, sungutku dalam hati.

“Apa yang kau lakukan, Mar?” Tanyaku heran tanpa berusaha menyembunyikan nada tak suka dalam kalimatku.

Omar hanya diam, tak menjawab apalagi menanggapi pertanyaan. Ia malah semakin konsentrasi dengan pekerjaan gilanya itu, sembari mengibas-ngibaskan asap dupa dan kemenyan yang ditempatkan di dalam sebuah mangkuk kecil stainless -yang diletakkan di sudut ruangan, berharap asapnya menyebar.

Seketika aroma asing sekaligus mistis menyebar di ruangan studio yang tak seberapa besar. Tubuhku seketika meremang. Perasaanku mendadak tak nyaman. Firasatku mengatakan, akan terjadi sesuatu yang ganjil malam ini, sesuatu yang datang tanpa bisa diprediksi.

Sesuatu yang buruk!

“Kau gila, Mar! Ruangan ini bisa penuh asap dan....”

“Jangan berisik! Asapnya gak bakal membunuh kita, kok....” Omar memotong kalimatku.

“Asapnya memang tak sampai membunuh, tapi bikin sesak dan menyeramkan!”

“Apanya yang menyeramkan. Aromanya eksotis, tauk.”

Aku tertegun. Eksotis, katanya?

“Tapi...? Untuk apa kau melakukannya?” Aku mengibaskan tangan di depan Omar.

“Tugasmu hanya melihat, Audra... Tidak untuk berkomentar,” sahutnya, nyengir.

“Bagaimana kalau...?”

“Jangan lebay. Tak akan ada yang tahu kalau tak kau beri tahu. Tenang saja....”

Apa Omar bilang? Tenang katanya?

Hanya orang tak berdaya yang menerima hal-hal buruk yang tampak di mata tanpa melakukan protes ataupun perlawanan. Dan aku tak mau menjadi orang apatis seperti itu. Membiarkan rekan kerja melakukan hal aneh yang tak hanya membuat bingung, namun lebih dari itu, ketakutan. Lagian, perbuatan Omar ini sudah sangat keterlaluan! Apa sih tujuannya?

Pikiranku sudah ngelantur kemana-mana. Segala macam kekhawatiran kini berlompatan di kepala. Seperti petasan, percikan api berhamburan dalam dada. Kami bisa ditegur, bahkan yang lebih parahnya lagi, bisa dipecat. Tak hanya kehilangan pekerjaan, aku juga akan menuai malu. Tidak! Aku tak mau menanggung hukuman atas kesalahan yang tak kuperbuat. Namun sepertinya Omar punya pemikiran dan rancangan lain yang jauh dari pemikiranku. Entah apa!

“Kau mau acara kita mendapat rating tinggi, kan?” Omar menampilkan senyum tengil.

Aku diam, perlahan mengangguk. Ragu. “Terus?” Tak pelak aku penasaran.

“Kau mau acara kita dibanjiri iklan?” Tanyanya lagi dengan ketenangan yang mumpuni.

“I-iya...” Aku bingung dengan arah pertanyaan Omar.

“Kau tak mau terus-terusan dihina sama si Bayu songong itu, kan?”

Aku kembali mengangguk. Sekarang ia bawa-bawa nama Bayu, si penyiar angkuh.

“Ta-tapi... Apa maksud semua ini?” Aku membentangkan tangan, menuntut jawab.

“Ini awal kebangkitan acara kita, Dra.” Omar tersenyum bungah dan jumawa.

“A-apaaa…?” Mataku sontak terbelalak! Aku kehabisan kata-kata menghadapinya.

Omar memandangku, memamerkan senyumnya yang tampak dua kali menyebalkan.

“Tapi bukan dengan cara seperti ini, kan?” Aku menggeleng, tetap tak menyetujui.

“Tentu saja dengan cara seperti ini!” Tegas Omar, menatapku tajam.

“Ka-kau...?” Tak sadar mataku kembali terbelalak.

“Kau mau tahu apa yang akan kulakukan?”

Aku mengangguk seumpama kerbau dungu yang dicucuk hidungnya.

“Aku akan memanggil arwah malam ini!”

Aku terhenyak! Sejenak lupa dengan siapa aku bicara sekarang.

*

Awalnya aku tak pernah menyangka bisa siaran bareng Omar. Jam siar kami berbeda. Selama ini aku mendapat jatah siaran pagi dan Omar kena jadwal sore. Jenis acara kami pun jauh berbeda. Kalau aku membawakan acara musik -baik yang sedang hits maupun lagu-lagu oldies, Omar membawakan acara info dan tips-tips olahraga yang bersumber pada koran atau laman berita yang ada di beberapa portal berita online.

Tapi karena adanya sistem penyegaran yang menjadi rutinitas di radio kami, porsi siaran kami pun ditambah tanpa meninggalkan program-program lama yang telah kami pegang. Dan dari sanalah kami dipersatukan dalam sebuah acara. Awal mula mimpi burukku dimulai.

Entah melihat dari segi apanya, sisi mananya, atau sedang dirasuki hantu yang ada di pohon ketapang, tahu-tahu penanggung jawab siar mempertemukan aku dan Omar di dalam sebuah program, seolah ia bisa meramal kalau antara aku dan Omar akan tercipta chemistry yang solid jika dipasangkan.

Aku dan Omar tentu saja kaget! Terlebih aku. Aku tak pernah sekalipun membayangkan bisa disatukan dalam sebuah program dengan Omar, karena di mataku ia sedikit nyentrik dan... aneh. Tapi kami tak bisa berbuat apa-apa selain menerima dan pasrah.

Program duet yang kami bawakan adalah acara request khusus lagu-lagu mellow yang diberi nama ‘Melo in Night’, acara yang memutar lagu-lagu permintaan pendengar sebagai teman pengantar tidur setiap malam Jumat. Awalnya aku dan Omar optimis program itu bisa diterima pendengar dan berjalan sesuai ekspektasi, telepon banyak masuk dan pemasang iklan jadi bertambah. Namun kenyataan ternyata tak sejalan dengan harapan.

Hingga menginjak minggu keenam acara itu tetap statis, seolah merangkak dan tertatih-tatih dalam gelap mencari jalan semestinya. ‘Melo in Night’ tak terlalu mendapat tanggapan yang positif dari masyarakat, dengan kata lain acara yang kami bawakan tak begitu diminati dan nyaris mati suri. Jangankan dibanjiri spot iklan, jumlah pendengar interaktiv yang masuk sebagai penelepon saja tak lebih dari sepuluh dalam kurun waktu dua jam.

Hal tersebut sudah bisa menjadi tolak ukur yang inkrah, sejauh mana acara kami diapresiasi. Dan juga sebuah tamparan keras, prestasi yang buruk untuk radio swasta yang sudah punya nama sekelas radio kami.

Dalam rapat redaksi radio bulanan beberapa hari kemarin, kami dibantai habis-habisan. Tak hanya dari pimpinan radio dan staf tapi juga dari rekan-rekan sesama penyiar yang memang selalu kritis. Yang paling frontal adalah kritikan Bayu, yang terang-terangan memojokkan acara kami, menganggap acara ‘Melo in Night’ tak lebih dari sebuah program tempelan yang sama sekali tak kompeten, apalagi berpeluang membangun imej bagus radio ini. Oh no!

“Dari awal saya memang pesimis melihat acara itu,” ucap Bayu dihadapan Penanggung Jawab Siar, divisi redaksi dan para penyiar. Jantungku serasa ditohok. Aku malu. Kulihat Omar berusaha meredam emosinya.

“Acara itu lebih baik diganti dengan program yang lebih bermanfaat,” lanjut Bayu seolah acara ‘Melo in Night’ adalah sampah yang harus segera enyah dari udara.

“Acara itu baru, Bay. Kamu tak bisa langsung menjudge begitu saja,” tepis Omar, berusaha menangkis kritikan Bayu. Penyiar songong itu tersenyum sinis.

“Baru? Kurasa memasuki bulan kedua acara itu tak bisa lagi dibilang baru,” sahut Bayu, mementahkan alasan Omar. Senyum kemenangan terpeta jelas di wajahnya.

***

Lanjut membaca
Lanjut membaca
Download MaxNovel untuk membaca