Semua novel yang kamu inginkan ada disini
Download
aku mencintaimu

aku mencintaimu

ulina manullang | Bersambung
Jumlah kata
46.3K
Popular
106
Subscribe
55
Novel / aku mencintaimu
aku mencintaimu

aku mencintaimu

ulina manullang| Bersambung
Jumlah Kata
46.3K
Popular
106
Subscribe
55
Sinopsis
18+LiteraturBahasa IndonesiaMisteri
Di Universitas Harapan Bangsa, cinta tumbuh di antara dua insan dari dunia yang berbeda. Stefanus, pemuda cerdas yang hidup serba kekurangan, menempuh pendidikan berkat beasiswa. Ia tinggal bersama pamannya yang sederhana setelah kedua orang tuanya meninggal. Di sisi lain, ada Stefany, gadis cantik dan pintar, putri tunggal Pak Arman, seorang pengusaha kaya yang ternyata menyimpan rahasia kelam Ia adalah bos mafia kejam. Pertemuan sederhana di kampus membawa Stefanus dan Stefany pada perasaan yang tak bisa mereka tolak. Namun, cinta mereka terhalang restu keluarga. Pak Arman menentang hubungan itu, bukan hanya karena perbedaan status sosial, tetapi juga karena ketakutan rahasianya terbongkar. Hingga suatu malam, takdir membawa malapetaka. Stefanus tanpa sengaja menyaksikan sendiri aksi brutal Pak Arman dan komplotannya membunuh seorang pengkhianat mafia. Rahasia berdarah itu membuat Stefanus menjadi target pembunuhan. Meski Stefany berjuang melindunginya, Stefanus akhirnya tewas tragis di tangan suruhan ayahnya. Duka mendalam menyelimuti Stefany. Dalam keputusasaan, ia bertemu Julian, seorang CEO muda sukses yang wajahnya persis Stefanus. Harapan sempat tumbuh.apakah Julian itu adalah Stefanus?dan apakah rahasia ayah Stefany sebagai seorang mafia akan terbongkar?
BAB 1:Pertemuan tak terduga

Langit sore itu berwarna oranye keemasan, menyinari bangunan megah Universitas Harapan Bangsa. Di antara keramaian mahasiswa yang baru saja menyelesaikan kelas, seorang pemuda sederhana dengan ransel lusuh di punggungnya berjalan tergesa. Stefanus namanya. Wajahnya tegas, sorot matanya jernih meski pakaian yang ia kenakan jauh dari kesan mewah seperti kebanyakan mahasiswa di kampus itu.

Stefanus bukan dari keluarga kaya. Sejak orang tuanya meninggal beberapa tahun lalu, ia tinggal bersama pamannya, seorang pria sederhana yang berprofesi sebagai sopir angkutan kota. Meski hidup pas-pasan, pamannya selalu mendukung Stefanus menuntut ilmu. Berkat kecerdasannya, Stefanus berhasil mendapatkan beasiswa penuh di universitas ternama itu—sesuatu yang menjadi kebanggaan besar bagi keluarganya, terutama sang paman.

Hari itu, Stefanus baru saja keluar dari ruang kuliah ekonomi saat matanya menangkap pemandangan yang membuat langkahnya terhenti sejenak. Di bawah pohon flamboyan yang sedang berbunga, seorang gadis duduk membaca buku. Rambut panjang hitamnya tertiup angin sore, wajahnya begitu tenang tapi ada kesedihan samar di balik tatapannya.

Itu adalah Stefany.

Stefanus pernah mendengar namanya dari teman-teman sekelas. Dia dikenal sebagai mahasiswi cantik, pintar, tapi juga misterius. Tidak banyak yang berani mendekatinya, mungkin karena semua orang tahu bahwa Stefany adalah putri dari Pak Arman, seorang pengusaha kaya yang disegani atau lebih tepatnya, ditakuti.

Tanpa sengaja, sebuah bola basket yang dipantulkan mahasiswa lain melesat ke arah Stefany. Refleks, Stefanus berlari cepat dan menahan bola itu sebelum mengenai gadis tersebut.

“Maaf, bola kami nyasar!” teriak seorang mahasiswa dari kejauhan.

Stefanus hanya melambaikan tangan, lalu menoleh ke arah Stefany.

“Kamu nggak apa-apa?” tanyanya sambil tersenyum.

Stefany menggeleng pelan, sedikit terkejut tapi matanya menatap pemuda di hadapannya dengan rasa ingin tahu. Ada sesuatu pada Stefanus yang berbeda. Bukan soal penampilannya yang sederhana, tapi cara ia memandang tulus dan hangat.

“Terima kasih,” ucap Stefany pelan, hampir berbisik.

Stefanus mengangguk. “Sama-sama. Eh… kamu Stefany, kan? Kita satu kelas ekonomi.”

Gadis itu mengangguk, lalu kembali menutup bukunya. Tapi Stefanus tak bisa langsung pergi. Entah kenapa, ada dorongan kuat dalam dirinya untuk mengenalnya lebih jauh.

“Aku Stefanus,” katanya, memperkenalkan diri. “Kita belum pernah ngobrol sebelumnya.”

Stefany menatap pemuda itu lebih lama kali ini. Ada rasa penasaran yang muncul.

“Ya, aku tahu. Kamu yang dapat beasiswa itu, kan?”

Stefanus sedikit terkejut tapi tersenyum. “Sepertinya semua orang tahu soal itu.”

“Wajar saja,” jawab Stefany pelan. “Jarang ada mahasiswa secerdas kamu di kampus ini.”

Percakapan sederhana itu membuat sore terasa berbeda bagi Stefanus. Hatinya berdegup lebih cepat dari biasanya. Ada sesuatu pada Stefany—sesuatu yang membuatnya ingin tahu lebih banyak, ingin mengenalnya lebih dalam.

Namun, di kejauhan, seorang pria berjas hitam berdiri memperhatikan mereka. Ia adalah anak buah Pak Arman, yang ditugaskan untuk selalu mengawasi Stefany. Tatapannya tajam, seolah menilai siapa saja yang berani terlalu dekat dengan putri tunggal bosnya.

Stefanus tidak menyadari kehadiran pria itu. Bagi Stefanus, dunia saat ini hanya berisi dirinya dan Stefany. Tapi bagi Stefany, bayang-bayang kekuasaan ayahnya selalu hadir, bahkan di kampus yang seharusnya menjadi tempat paling aman.

“Aku harus pergi,” kata Stefany tiba-tiba, bangkit sambil merapikan bukunya.

“Boleh… aku jalan bareng sampai gerbang?” Stefanus memberanikan diri bertanya.

Stefany menatapnya sebentar, lalu mengangguk. “Boleh.”

Mereka berjalan berdampingan, dua dunia berbeda yang tanpa sadar mulai saling mendekat. Stefanus tidak tahu bahwa langkah kecil ini akan membawanya pada cinta, bahaya, dan tragedi yang akan mengubah hidupnya selamanya.

Di kejauhan, pria berjas hitam itu mengeluarkan ponselnya dan menelepon seseorang.

“Bos,” suaranya terdengar serius, “Putri Anda terlihat bersama seorang mahasiswa… namanya Stefanus.”

Di ujung telepon, Pak Arman hanya terdiam. Namun matanya yang dingin menatap jauh ke luar jendela kantornya. Sebuah kilatan amarah muncul perlahan.

Cinta baru saja dimulai. Tapi bayang-bayang maut sudah menunggu di depan.Keesokan paginya, suasana di Universitas Harapan Bangsa seperti biasa ramai oleh mahasiswa yang bergegas menuju kelas masing-masing. Suara langkah kaki, obrolan ringan, dan dering bel kampus berpadu menjadi harmoni kehidupan mahasiswa.

Di salah satu koridor panjang gedung ekonomi, Stefanus berjalan sambil membawa beberapa buku tebal. Malam sebelumnya ia hampir tidak bisa tidur, bukan karena tugas kuliah, melainkan karena bayangan wajah Stefany yang terus menghantui pikirannya. Pertemuan singkat di bawah pohon flamboyan itu meninggalkan kesan mendalam yang sulit ia abaikan.

Sambil berjalan, Stefanus melihat ke sekeliling. Ia mencari sosok yang membuat hatinya berdegup lebih kencang. Entah mengapa, ada harapan bahwa hari ini ia bisa berbicara lagi dengan Stefany, meski hanya sebentar.

Tak lama kemudian, dari ujung koridor, muncullah Stefany. Gadis itu mengenakan kemeja putih sederhana dan celana jeans biru muda, rambut panjangnya dibiarkan tergerai. Seperti biasanya, penampilannya selalu menarik perhatian banyak orang. Beberapa mahasiswa menoleh, beberapa lainnya berbisik-bisik pelan, namun Stefany berjalan tenang seolah tak peduli pada tatapan-tatapan itu.

Saat mata mereka bertemu, Stefany sempat terkejut. Ia tidak menyangka Stefanus ada di sana, menatapnya dengan senyum ramah. Ada sesuatu yang berbeda dari pemuda ini. Bukan tentang penampilan, bukan pula tentang status sosial, tapi tatapannya—tatapan tulus yang jarang ia temui di lingkungannya yang penuh kepalsuan.

“Pagi,” sapa Stefanus sambil tersenyum.

Stefany sempat terdiam sebelum akhirnya membalas, “Pagi.”

Senyum kecil tersungging di bibirnya. Bagi Stefanus, senyum itu seperti sinar matahari setelah malam panjang yang gelap.

Mereka berjalan berdampingan menuju kelas. Meski tidak banyak bicara, kehadiran satu sama lain terasa hangat. Di sisi lain, beberapa mahasiswa mulai berbisik melihat kedekatan mereka. Bukan rahasia lagi bahwa Stefany adalah putri seorang pengusaha kaya raya, sementara Stefanus hanyalah mahasiswa beasiswa dari keluarga sederhana.

Namun bagi Stefanus, gosip atau komentar orang lain tidak penting. Yang ia tahu hanyalah ada sesuatu dalam dirinya yang tertarik pada Stefany, sesuatu yang sulit ia jelaskan.

Di tengah perjalanan, Stefanus memberanikan diri bertanya, “Kamu sering baca buku di bawah pohon flamboyan itu?”

Stefany mengangguk. “Iya. Itu tempat favoritku. Tenang, sejuk… dan jauh dari keramaian.”

“Kalau begitu, mungkin besok aku bisa ikut duduk di sana?” Stefanus mencoba tersenyum canggung.

Stefany menatapnya sebentar, lalu tersenyum kecil. “Boleh saja.”

Jawaban itu membuat Stefanus merasa seolah dunia tiba-tiba lebih indah.

Namun, di balik senyum Stefany, ada sesuatu yang tidak diketahui Stefanus. Sejak kematian ibunya beberapa tahun lalu, hidup Stefany dipenuhi kesepian. Ayahnya, Pak Arman, memang memberinya segala kemewahan, tapi jarang ada di rumah. Bahkan ketika ada, suasana rumah selalu tegang. Stefany tahu ayahnya orang berkuasa, tapi ia tidak pernah benar-benar paham apa yang ayahnya lakukan.

Sementara itu, di lantai atas gedung kampus, seorang pria berjas hitam kembali mengamati mereka dari kejauhan. Ia adalah Anto, salah satu anak buah kepercayaan Pak Arman.

“Sepertinya anak itu mulai dekat dengan Nona Stefany,” gumamnya sambil mengeluarkan ponsel.

Ia menghubungi nomor yang sudah tersimpan. Suaranya terdengar dingin ketika melapor, “Bos, mereka sepertinya mulai akrab. Apa perlu saya bertindak?”

Di seberang sana, suara berat Pak Arman terdengar, “Belum. Aku hanya ingin tahu siapa dia. Cari semua informasi tentang pemuda itu.”

Anto mengangguk. “Baik, Bos.”

Tanpa disadari Stefanus, hidupnya perlahan-lahan masuk ke dalam lingkaran berbahaya. Semua hanya karena ia jatuh cinta pada seorang gadis yang kebetulan adalah putri seorang mafia besar.

Di akhir hari itu, Stefanus dan Stefany kembali bertemu di bawah pohon flamboyan. Kali ini mereka mengobrol lebih lama. Tentang kuliah, tentang buku, bahkan tentang mimpi masa depan.

Stefany jarang merasa senyaman ini dengan siapa pun. Di balik status sosialnya yang tinggi, ia lelah dengan orang-orang yang hanya mendekat karena harta atau kekuasaan ayahnya. Stefanus berbeda. Pemuda itu tidak peduli dengan semua itu. Ia hanya melihat Stefany sebagai dirinya sendiri, bukan sebagai putri seorang pengusaha kaya.

Namun, dari kejauhan, Anto terus mengawasi. Laporan-laporan tentang Stefanus siap dikirimkan ke Pak Arman.

Dan ketika nama Stefanus sampai di meja kerja sang mafia, hidup pemuda itu tidak akan pernah sama lagi.

Lanjut membaca
Lanjut membaca
Download MaxNovel untuk membaca