Semua novel yang kamu inginkan ada disini
Download
PARA PENCABUT NYAWA

PARA PENCABUT NYAWA

SejagatRaya_ | Bersambung
Jumlah kata
34.5K
Popular
269
Subscribe
39
Novel / PARA PENCABUT NYAWA
PARA PENCABUT NYAWA

PARA PENCABUT NYAWA

SejagatRaya_| Bersambung
Jumlah Kata
34.5K
Popular
269
Subscribe
39
Sinopsis
18+PerkotaanAksiGangsterIdentitas TersembunyiKarya Kompetisi
Di kota Ash, ditugaskan lima malaikat untuk mencabut nyawa manusia berdasarkan lima jenis kematian, yaitu Waktu, Cahaya, Keseimbangan, Bayangan dan Hukuman yang diberi kemampuan menyerupai manusia, menyamar sebagai remaja, untuk memahami eksistensi manusia sebagai ciptaanNya yang paling mulia. Ancaman Sang Tuan sebagai "Raja Iblis" juga mengintai, menggagalkan pekerjaan mereka dengan mencuri roh-roh yang tak rela untuk kembali ke Gerbang Pemisah. Semua itu dilakukan demi mengumpulkan pasukan untuk mengambil Tahta Sorga yang saat ini diisi oleh Sang Maha.
Bab 1

Di jalan utama kota Ash, kendaraan roda empat merayap pelan. Menekan klakson berkali-kali pun tidak ada gunanya. Sementara itu, pengendara motor bisa meliuk-liuk, mencari celah dan melewati jalur sempit, hanya saja, hal tersebut tetap berbahaya jika tidak hati-hati. Karena semua orang ingin cepat dan buru-buru.

Lalu lintas kota terlihat begitu padat . Suara klakson memekik. Setiap pagi, semua orang buru-buru pergi ke tempat kerja, sekolah, dan tujuan lainnya. Tidak ada yang mau mengalah. Tidak ada yang peduli satu dengan lainnya.

Inilah aktivitas yang selalu terjadi di kota Ash. Kota Ash tidak pernah sepi, baik siang ataupun malam. Semua penduduk kota Ash memiliki kesibukan, entah untuk bertahan hidup atau hanya untuk membunuh sepi.

“Woy! Jangan nyerobot dong!” Salah seorang pengendara motor NMAX berusia 25 tahun memekik dengan penuh amarah saat anak SMA yang mengendarai Aerox menyerobot jalurnya.

“Gua buru-buru, bos! Ini kan jalan umum, bukan jalan nenek moyang lo!” jawab anak SMA tersebut acuh tak acuh dan langsung melesat tanpa ada niat untuk meminta maaf.

“Bangsat!” pekik pengendara NMAX itu. Bukannya mendapatkan permohonan maaf, justru ia yang disalahkan. Pemuda itu pun langsung menarik gas dan menyusul anak SMA itu.

Dari spion, anak SMA itu menyadari kalau dirinya dikejar. Ia pun tersenyum sinis. Ia memutar handle gas motor Aeroxnya, melesat dan meliuk-liuk untuk mengecoh pemuda tersebut.

Kepalang tanggung, pemuda itu muntab dan tak ada istilah memaafkan dalam dirinya. Ia langsung mengejar anak SMA itu.

“Mau cari mati ternyata dia,” kata anak SMA itu, di dada kanannya, tertera nama lengkapnya, Ferdi Pamungkas.

Ferdi berbelok ke arah gedung tua yang tak berpenghuni, sengaja memancing pemuda tadi agar mereka bisa berduel tanpa ada memisahkan.

Ferdi Pamungkas, anak SMA Utama yang terkenal beringas dan tak kenal ampun itu pun, tak mau perkelahiannya disaksikan oleh banyak orang. Sebab, semakin ramai penonton, semakin besar kans untuk dipisahkan. Ia tidak suka jika harus bertarung tak sampai akhir.

Ferdi menurunkan standar motornya, menoleh ke belakang dengan tatapan menantang ke pemuda di belakangnya. Ferdi berjalan memasuki gedung tua itu. Gedung tua itu sudah dibiarkan kosong sejak sebelum Ferdi lahir ke dunia ini. Dulunya, gedung itu adalah gedung kantor Bank Pengkreditan Rakyat yang cukup besar dan terkenal di kota Ash. Namun, karena bangkrut, akhirnya gedung itu dikosongkan hingga sekarang.

Pemuda itu menyusul Ferdi dan ikut masuk ke dalam. Harga dirinya sebagai laki-laki dewasa tercoreng. Ia merasa harus memberi pelajaran kepada anak SMA yang tidak tahu adab.

“Sini lo,” kata Ferdi seraya menggerakkan jemari tangannya. Ia menyeringai, merendahkan pemuda lawannya itu.

Pemuda itu menatap Ferdi dengan tatapan tajam. Keduanya saling berhadapan di lantai pertama gedung tua itu. Tak butuh waktu lama, pemuda itu langsung menghampiri Ferdi dan melayangkan sebuah pukulan. Namun, Ferdi berhasil menghindarinya. Dia memang sengaja menunggu sang pemuda menyerangnya lebih dulu.

Saat menghindari pukulan dari tangan kanan pemuda itu, tubuh Ferdi menunduk dan bergeser ke kiri, lalu dengan cepat melakukan sikutan kanan tepat mengenai perut samping pemuda itu, lalu ia melanjutkannya dengan pukulan kiri ke perut pemuda itu.

Pemuda itu pun tersungkur ke belakang karena tubuhnya limbung mendapatkan dua serangan sekaligus.

“Gimana? Enak kan pukulan dari gua?” cengir Ferdi.

Dari segi tubuh, meski Ferdi masih SMA, tubuhnya lebih berisi dan berotot dari pengendara NMAX itu. Remaja itu memang gemar berolahraga. Cita-citanya memang ingin menjadi seorang abdi negara. Lulus SMA nanti, dia ingin mencoba peruntungan untuk mengikuti AKMIL

Pemuda itu terbatuk-batuk. Namun, ia berusaha untuk bangkit. Ia memasang kuda-kuda, lalu memasang wajah serius.

Ferdi menyerang lebih dulu. Anak SMA itu melakukan tendangan kanan, lalu pemuda itu menangkisnya dengan kanan kiri. Ia meringis kesakitan. Kaki Ferdi seperti benda keras seperti kayu atau pun besi.

Tak mau menyia-nyiakan tangan kirinya yang sudah berkorban, pemuda itu berganti langkah dan melakukan serangan balik, tendangan lurus tepat di perut Ferdi.

Jumawa, Ferdi lupa melindungi tubuhnya yang terbuka dan siap sedia menerima serangan. Karena tendangan yang cukup kuat itu, tubuh Ferdi limbung dan terjungkal ke belakang.

Pemuda itu terbatuk-batuk menahan sesak di perutnya. Sikutan yang dilayangkan oleh Ferdi membuat separuh tenaganya fokus memulihkan rasa sakit yang ada.

“Ferdi Pamungkas. Orang tua lo pasti berharap lo jadi anak yang baik, bukan berandalan begini,” ucap pemuda itu saat melihat Ferdi berusaha bangun sambil merintih.

Inilah pertama kali Ferdi mendapatkan lawan yang cukup sepadan. Biasanya, dengan mudah dia dapat mengalahkan lawan hanya dengan beberapa kali pukulan. Namun, kali ini ia salah melihat lawannya hanya dari perawakan tubuh yang kurus.

Bisa dipastikan, pemuda yang menjadi lawannya sekarang, pernah mendapatkan bekal ilmu bela diri karena gerakan serangannya cukup membuktikan ia memiliki reflektifitas yang cukup baik.

“Bacot lo. Gua nggak butuh pepatah dari lo, Anj*ng!”

Ferdi naik pitam. Dia bangkit dan menyerang pemuda itu bertubi-tubi. Pemuda itu dengan sigap mengelak. Setelah melayangkan tendangan kepada Ferdi, tubuhnya sudah cukup melakukan pemanasan.

Pukulan, tendangan, tangkisan, keduanya saling menyerang.

Bug!

Ferdi mendapatkan lagi pukulan di pipinya. Ia membalasnya dengan pukulan, namun tak kena. Pemuda itu cukup gesit mengambil langkah mundur sehingga pukulan penuh tenaga itu hanya mengenai angin. Pemuda itu melakukan tendangan memutar dan sepatunya tepat mengenai rahang Ferdi.

“Banyak bacot saja ya lo ternyata. Cupu juga. Gua kira lo Bang Jago, ternyata tong kosong,” cengir pemuda itu.

Pemuda itu tersenyum puas. Ia berkacak pinggang. Khayalannya kembali pada euforia kemenangannya saat memenangkan medali emas pada SEA GAMES Tahun 2023 Cabor Pencak Silat Kategori Tanding, kelas B Putra. Nama pemuda itu adalah Rafli Purnama.

Meski tubuhnya kecil, tak sebesar Ferdi, tapi teknik dan kemampuannya tak bisa dipandang rendah. Ia memang sengaja membiarkan dirinya menerima pukulan. Bukan tanpa alasan, itu semua dilakukannya agar membuat Ferdi jumawa.

Orang yang jumawa, akan mudah dikalahkan.

Ferdi berusaha bangkit. Wajahnya pucat. Sementara itu, Rafli ingin sekali lagi memberi pelajaran pada Ferdi.

Saat tubuh Ferdi sudah berdiri sempurna, Rafli memasang kuda-kuda, dan melompat ke arah Ferdi untuk melancarkan aksi guntingan lehernya. Ferdi yang tak siap pun, mau tak mau terbanting dengan posisi telentang.

“Bajingan!” rintihnya pelan. Punggungnya yang terhempas ke lantai tanpa alas, membuat sekujur tubuhnya mengalami nyeri luar biasa.

Ferdi tidak punya pilihan lain, dia merogoh kantong celana SMA-nya, mengambil sesuatu dan menancapkan benda itu tepat di kaki Rafli yang masih berada di atas tubuhnya.

Suara Rafli melengking kesakitan. Ujung pisau lipat hingga pangkalnya, menancap sempurna di tungkai Rafli.

Lanjut membaca
Lanjut membaca