Semua novel yang kamu inginkan ada disini
Download
Beam: Kembalinya Viyan si Pembalap

Beam: Kembalinya Viyan si Pembalap

Hayyi Ze | Bersambung
Jumlah kata
38.7K
Popular
100
Subscribe
14
Novel / Beam: Kembalinya Viyan si Pembalap
Beam: Kembalinya Viyan si Pembalap

Beam: Kembalinya Viyan si Pembalap

Hayyi Ze| Bersambung
Jumlah Kata
38.7K
Popular
100
Subscribe
14
Sinopsis
PerkotaanAksiGangsterKriminalUrban
Berlatar di sebuah kota fiksi, Kota Juan. Viyan menutup diri dan menjalani kehidupannya dengan biasa. Tapi siapa sangka. Malam itu ketika ia lupa mengunci pintu mobilnya, tiga orang asing masuk dan langsung menodongnya dengan pistol. Viyan terpaksa membawa mereka kabur dari kejaran polisi. Adrenalin yang kembali datang begitu menggelitik rasa penasaran Viyan. Sudah lama ia tidak beradu dalam kecepatan. Apakah ini sebuah pertanda yang menuntunnya untuk kembali ke dunia balapan?
Bab 1

Malam sudah semakin larut. Viyan tak henti melihat ke kiri dan ke kanan melalui jendela mobilnya. Sesekali ia hanya memperhatikan jarinya yang terus menerus mengetuk setir mobil. Sudah lama Viyan menunggu kakak tingkatnya yang berjanji mau menraktirnya makan padahal sudah lewat dari waktunya itu.

Memeriksa kembali ponsel genggamnya. Pesannya tidak di gubris sama sekali. Viyan hanya bisa menghela nafas. Mungkin ia akan kembali menghabiskan waktu menunggunya dengan menyusuri jalan pinggir kota Arjun.

Memikirkan kembali sebelum menancap gas. Mau dilakukan lagi pun ia sudah bosan. Bahkan bensin sudah berkurang dari yang seharusnya karena membuang waktu percuma.

Tring

Sebuah notifikasi menandakan sebuah pesan masuk. Panjang umur. Orang yang di tunggu pun mengirimkan sebuah jawaban.

‘Sebentar lagi.’ adalah apa yang tertulis di sana.

Viyan mengernyit. Jawaban yang dikirimkan penuh arti, karena bisa memiliki makna yang berbeda.

“Memangnya sebentar lagi itu berapa lama? Haisshh.” Viyan menggerutu sambil menyimpan kembali ponselnya. Tentu saja Viyan kesal.

Klap

Suara pintu mobil Viyan terbuka. Viyan pikir orang yang ditunggunya itu datang. Viyan menengok. Namun yang menghampirinya adalah orang asing berpakaian serba hitam. Mencurigakan. Salahnya juga lupa mengunci pintu.

“Siapa-”

Belum sempat bertanya, sebuah moncong pistol sudah mengarah ke kepalanya.

“Tutup mulutmu.” Titah orang itu sambil.

Tak berkutik. Viyan hanya menuruti perkataannya.

Kemudian datang dua orang lainnya menyusul masuk ke mobil Viyan. Sepertinya mereka rekannya.

“Menyetirlah.”

Viyan mengangguk dan mulai mengemudikan mobilnya. Orang yang duduk di sampingnya menyimpan pistol. Tadinya Viyan mulai bernafas lega. Tapi nafasnya kembali tercekat saat orang dibelakangnya yang kini menengadahkan pistol ke samping perutnya.

Viyan berusaha tetap tenang. Bagaimanapun ia hanya sendiri, sulit untuk melawan tiga orang, apalagi ditambah dengan senjata.

“Lurus terus kemudian belok kanan di pertigaan sana.” Ucap seorang yang duduk di samping kursi pengemudi. Viyan mengangguk dan mengikuti arahan.

Dalam diam Viyan berusaha mengamati tiga orang asing di mobilnya itu. Mereka bertiga memakai jaket berwarna gelap, menutupi kepalanya dengan tudung, dan menggunakan masker.

Orang yang duduk di sampingnya memberikan instruksi. Orang yang duduk tepat di belakangnya mengarahkan moncong pistol ke perutnya. Orang di sebelahnya sibuk memperhatikan jalan.

“Jet. Mobil hitam dibelakang kayaknya ngikutin kita.” Ucap orang dibelakang yang mengawasi sekitar. Sepertinya Jet itu adalah nama panggilan orang yang duduk disebelah Viyan.

“Ck. Kita sudah ketahuan.” Jet mendecak kesal.

“Kau! Cepat injak gas kencang!” titah Jet pada Viyan.

“Kau ingin aku balapan, huh?” Viyan tanpa pikir panjang langsung menjawab apa yang disuru orang bernama Jet tersebut. Ia hanya kesal saja tiba-tiba menjadi sopir untuk orang yang sepertinya menjadi buronan tersebut.

“Hmph, fufu.”

Terdengar tawa kecil seorang wanita dari belakang.

Tunggu.

Jadi orang yang menodongkan senjatanya pada Viyan ini seorang wanita?

Ia mendekatkan bibirnya pada telinga kiri Viyan dari belakang.

“Kamu pasti bisa kan, sayang?” bisiknya.

Geli. Viyan merinding. Entah apa maksud wanita itu tiba-tiba berbisik. Viyan tak merasa wanita itu sedang menggodanya, malah seperti dipermainkan. Mungkin ia sudah kebosanan.

Seperti dipantik api, kesabaran Viyan sudah habis. Ia sudah terlalu lelah menunggu kakak tingkatnya tadi, tiba-tiba terpaksa ikut pelarian orang-orang aneh, dan sekarang diremehkan oleh seorang wanita?

“Pegangan.” Kata Viyan sambil menarik perseneling dan menginjak gas mobil sekuat tenaga.

Ketiga orang lainnya tersentak. Bahkan kepala jet hampir tersantuk.

“WOI”

“Aku cuma menuruti permintaanmu.” Ucap Viyan.

Mereka hanya terdiam dan berpegangan.

Sedangkan mobil hitam yang mengikuti mereka dari belakang sedikit tertinggal sedikit namun segera menaikkan kecepatan juga. Sebuah lampu sirine kemudian dipasang di atas mobil tersebut dan di nyalakan.

“Sial. Itu polisi? Kalian benar buronan?” Umpat Viyan.

Awalnya Viyan sempat berpikir positif hanya main kejar-kejaran biasa. Tapi kalau sudah di kejar polisi begini sih…

“Diam! Kemudikan saja mobilnya.” Jet juga ikut menodongkan senjatanya namun ke arah pelipis Viyan.

Dua buah pistol yang diarahkan padanya kini membuat Viyan berkeringat. Sepertinya dia sudah tidak bisa lagi berpura-pura tenang.

“Pfftt..” Wanita di belakangnya hanya terkikik lucu.

Mendengarnya membuat Viyan semakin jengkel. Ia tidak terima diperlakukan seperti ini.

“Jadi kita mau kemana?” Tanya Viyan.

“Pokoknya keluar dari kota ini. Ambil saja jalan menyalip biar mereka kehilangan jejak kita.”

“Ok.” Kata Viyan. Kemudian Viyan menambah kecepatan lajunya.

Begitu mobil segera memasuki jalan satu arah, tiba-tiba Viyan memutar balik arah mobilnya dengan kecepatan tinggi membuat mobil dibelakangnya semakin tertinggal.

“Kau nge-drift!?” Pria yang duduk di belakang terkejut.

“Apa itu?” Viyan hanya menanggapi seadanya.

Tangannya kini sibuk membolak balik setir mobil dan persneling. Kakinya juga begitu lihai menginjakkan kopling dan gas.

Memasuki berbagai lorong dan gang kecil yang nyaris saja mobil tidak bisa lewat. Untungnya Viyan sudah hapal jalan di kota ini. Mobil hitam yang mengikuti mereka sudah hilang dari pandangan.

“Hmm hebat juga.” Suara wanita itu membisikkan pujian di telinga Viyan.

Viyan tersenyum. Bukan karena senang di puji. Tapi ia sedang memikirkan cara yang akan membuatnya keluar dari kejadian ini. Rencana yang sedikit gila. Tapi mau bagaimana lagi. Ia tidak bisa berpikir lebih jauh. Dikejar polisi dan ditodong dua pistol. Gila rasanya.

Begitu keluar dari lorong dan masuk ke jalur utama mereka langsung di cegat beberapa polisi yang memblokade. Bola mata Viyan dengan cepat memperhatikan tiap mobil yang terparkir di depan yang menghalangi mereka. Memilih jalur yang memiliki celah untuk memungkinkan mobil mereka lewat, Viyan menambah kecepatan.

“PEGANGAN!” Ketiga orang itu kini patuh berpenganan dan…

BRAK

Dua mobil polisi yang sepertinya luput dari penjagaan mereka meninggalkan celah sehingga berhasil diterobos oleh Viyan. Walau dengan tabrakan yang tak terhindarkan tentunya.

“Wow, itu keren.” Pria yang di belakang terkagum.

“Coba yang satu ini.” Kata Viyan tersenyum. Keringat dingin terjatuh dari keningnya.

Mereka segera memasuki jembatan penghubung antara kota Arjun dan Amrita. Namun terlihat di tengah jembatan tersebut juga telah sedia mobil polisi yang memblokade jalan. Kali ini mobil mereka parkirkan dengan rapat tanpa celah.

“Kau mau menerobos juga?” Tanya Jet.

“Kau pikir aku segila itu melawan gerombolan polisi.”

Berkebalikan dengan perkataan Viyan, mobilnya terus melaju tanpa menurunkan kecepatan.

“Haha. Kau gila, Bro!” ucap pria yang di belakang.

Mereka yang berada di dalam mobil kegirangan bukan main dengan adrenalin yang terus naik. Namun saat mendekati blokade polisi tersebut Viyan tiba-tiba saja menurunkan perseneling, dan membanting setir hingga mobil terus berputar di tengah jembatan.

Tiga orang yang tidak menduganya pun jadi tersentak. Mereka lengah seketika dan membuat kesempatan bagi Viyan untuk kabur.

Menggertakkan giginya, Viyan nekat melompat keluar dari mobil yang sedang berputar itu. Ia berguling di aspal yang keras menyebabkan beberapa luka.

Mobil yang telah ditinggalkan oleh pengemudinya itu pun kehilangan kendali. Tiga orang yang berada di dalamnya mengalami guncangan hebat.

Mobil itu kemudian menabrak pembatas jembatan. Beruntung pembatas jembatan itu tidak jebol dan mobil tidak meledak. Tentu kerusahan tak dapat dihindarkan.

Polisi datang mengejar namun berhasil dihalau oleh beberapa tembakan beruntun yang keluar dari mobil tersebut sehingga tidak bisa mendekat.

Viyan melihat ketiga orang tersebut berusaha kabur keluar dari mobil dan kemudian memanjat pagar pembatas. Sepertinya mereka mencoba untuk terjun ke sungai Ishwar yang dalam dan deras.

Gila.

Jembatan ini sangat tinggi.

Sebelum meloncat, wanita tersebut sempat berhenti sejenak dan beradu tatapan dengan Viyan.

“Jean, ayo!” Teriak Jet sembari melompat yang kemudian diikuti oleh dua orang lainnya.

Jean?

Apa itu nama panggilan wanita itu?

Tentu saja kedua nama yang terdengar oleh Viyan pasti bukan nama asli mereka.

Tanpa sempat berpikir panjang, rasa sakit datang menyerang kaki dan tangan Viyan yang terluka akibat terseret aspal.

“Arrgghh!” Sepertinya adrenalin sudah turun dan rasa sakit mulai menjalar.

“Jangan bergerak!” Polisi mengelilingin Viyan sambil menodongkan senjata ke arahnya.

Bagus.

Sepertinya polisi itu mengira Viyan adalah komplotan mereka. Kurang sial apalagi coba hari ini. Menghabiskan waktu terbuang percuma menunggu kakak tingkat yang tak kunjung datang, kemudian terlibat aksi pelarian buronan, disangka salah satu komplotannya pula.

Viyan sudah lelah untuk membuka mulut, apalagi melawan. Ia hanya bisa melihat mobil yang ia pakai itu kini terlantakkan dengan rusak parah. Itu hanya mobil pinjaman.

Bagaimana Viyan harus menjelaskan kepada pemiliknya nanti.

Lanjut membaca
Lanjut membaca