Semua novel yang kamu inginkan ada disini
Download
PENGANTIN MALAM TELAGA KEMBAR

PENGANTIN MALAM TELAGA KEMBAR

Ombob | Bersambung
Jumlah kata
32.2K
Popular
100
Subscribe
25
Novel / PENGANTIN MALAM TELAGA KEMBAR
PENGANTIN MALAM TELAGA KEMBAR

PENGANTIN MALAM TELAGA KEMBAR

Ombob| Bersambung
Jumlah Kata
32.2K
Popular
100
Subscribe
25
Sinopsis
HorrorHorrorMisteri
Parjo hanya ingin hidup tenang di Desa Banyu Biru, desa kecil yang tenang di siang hari, tapi katanya menyimpan rahasia aneh selepas maghrib. Telaga kembar di pinggir desa itu dilarang keras disentuh, apalagi didekati setelah matahari terbenam. Konon, setiap malam sepasang pengantin tak bernapas muncul di permukaan air, seperti sedang menunggu sesuatu… atau seseorang. Sebagai orang yang kepo sekaligus gampang panik, Parjo tentu saja memutuskan untuk mencari tahu. Awalnya ia cuma ingin menepis rasa penasaran, tapi setelah ia menyelidiki lebih dalam, semakin banyak kejanggalan yang terjadi. Dari suara gamelan tanpa wujud, undangan nikah yang tiba-tiba muncul di depan rumah, dan seseorang atau sesuatu yang menulis namanya lengkap di kain jarik pengantin. Parjo harus memecahkan misteri telaga itu sebelum ia sendiri keburu “dinikahkan”. Masalahnya, makin dalam ia terlibat, makin sulit membedakan mana yang sekadar mitos dan mana yang benar-benar ingin menariknya ke dasar air.
BAB 1: PARJO BALIK KAMPUNG

Parjo balik ke Desa Banyu Biru dengan modal nekat dan sandal jepit putus sebelah yang disambung pake paku dibawahnya. Ia naik bus ekonomi yang AC-nya cuma Angin Cemriwing dari celah jendela kaca bus yang oblak dan gak bisa ditutup. Sepanjang jalan ia kena angin malam, asap rokok, bau keringat dan bau misterius yang tidak bisa dijelaskan secara ilmiah, seperti campuran minyak angin, balado, dan ketegangan hidup orang dewasa.

Rambut Parjo makin lama makin njabrik seperti habis dicatok jin yang baru belajar SMK jurusan kecantikan.

“Wis, aku kudu sukses pokok’e...” ("Sudah.., pokoknya aku harus sukses") gumamnya sambil ngelus kantong celana yang isinya cuma tiga koin seribuan, bon tukang fotokopi, dan kupon undian berhadiah rice cooker yang dia dapat dua tahun lalu tapi masih dia simpan demi sugesti.

Tujuan Parjo jelas: pulang karena kabar buruk. Bukan karena reuni, bukan karena rindu kampung halaman, bukan karena tiba-tiba ingin jadi petani organik.

Tapi karena Mbahnya meninggal.

Yang bikin Parjo kaget bukan karena Mbahnya meninggal itu memang sudah berumur.

Yang bikin dia kaget adalah yang dibilang tetangga:

> “Mbahmu ninggal pas tengah malam, terus jenazahnya ilang sakdurunge subuh.”

Ilang.

Seperti sandal di masjid.

Seperti tabungan waktu lagi butuh.

Seperti mantan begitu punya pacar baru.

Seperti motivasi hidup setelah tanggal tua.

Dan yang lebih misterius lagi… orang-orang bersumpah mereka melihat sosok Mbah Parjo berjalan-jalan di sekitar Telaga Kembar saat fajar, sambil nyeret-nyeret kain kafan seperti lagi bawa spanduk kampanye calon lurah.

Parjo langsung merinding.

Bukan karena horor…

Tapi karena dia baru ingat:

Mbahnya meninggal BUKAN orang kaya.

Tidak punya tanah luas, tidak punya sawah, tidak punya rumah mewah.

Tapi kok yang hilang malah mayatnya, bukan hartanya?

Sesuatu sangat tidak beres.

---

Begitu tiba di gerbang Desa Banyu Biru, Parjo langsung merasa seperti pulang ke tempatnya yang beda, tapi masih sama. aneh!.

Jalanan masih tanah, masih bolong-bolong, masih bikin dengkul goyang kalau naik motor. Tapi suasananya… lain.

Rumah-rumah warga dipasang lampu teplok merah seperti sedang menyambut kuntilanak VIP. Orang-orang bisik-bisik, saling curiga, tatapan matanya seperti orang habis melihat saldo ATM sendiri.

Di udara, ada wangi bunga kamboja dicampur bau kemenyan dan sedikit bau plastik dibakar.

Parjo makin curiga.

Dan yang paling mencolok: banyak orang yang mendadak kaya.

Petani punya sawah sendiri,

Tukang Sayur keliling sudah punya kios sendiri,

Tukang kayu punya mobil baru,

Tukang bakso ganti gerobak full LED sampai lampunya kelap-kelip kayak DJ.

Tukang pijat sudah punya Mbak-Mbak resepsionis pakai seragam.

Bahkan Pak RT sekarang pakai jam tangan yang bisa nyetrum nyamuk dan punya lampu senter.

Semua orang sukses kecuali… ya, Parjo.

Satu-satunya pencapaian Parjo saat ini adalah berhasil sampai rumah tanpa ditilang polisi dan tanpa sandal hilang di musholla terminal.

Setelah nimbrung warga yang lagi kumpul, Parjopun gerutu.

“Lho kok kabeh dadi sugih cepet men? Iki opo? Arisan kok gak ngajak aku?” piye Iki men.

( "Kenapa semua orang cepat kaya? Ada apa ini? Kenapa Arisan tidak mengajakku?" Ada apa ini?")

lho ajakin aku opo..

("lah, apa ajakin aku.....")

Warga hanya menjawab dengan senyum kaku dan tatapan kayak habis ngedumel dalam hati, seolah-olah kalau Parjo tahu rahasianya nanti bisa mati mendadak atau jadi lurah tiba-tiba.

> “Sssst. Ojo takok. Iki rahasia…”

("Ssst. Jangan tanya. Ini rahasia...")

Parjo semakin yakin: Ada yang salah dengan desa ini.

Dan semuanya bermula dari Telaga Kembar.

---

Telaga Kembar, Telaga Ayu dan Telaga Ragas, dulu cuma tempat mandi kerbau dan tempat anak-anak ngelamun kalau habis dimarahi ibunya.

Tapi sekarang jadi tempat orang menghilang dan tempat orang kaya mendadak seperti baru menang judi saham.

Orang-orang pada bisik-bisik:

“Yen kowe wani nyemplung setengah badan neng telaga iku, awakmu bakal entuk rezeki sak karung. Tapi kudu siap karo tumbal’e…”

("Kalau berani menceburkan separuh tubuhmu ke danau itu, kau akan dapat sekarung rezeki. Tapi kau harus siap berkorban...")

Tumbal. Tumbal apa?

Jamsostek?

Buku nikah?

Atau mantan? (yang ini boleh lah, bonus)

Tapi rumor yang paling bikin bulu kuduk merinding:

Ada pengantin gaib yang keluar dari telaga setiap malam. Membawa gaun putih, rambut basah, dan mata melotot tanpa isine, mencari pasangan baru untuk “diserahkan”.

Entah itu manusia… entah itu yang lain.

---

Di tengah semua keanehan itu, Parjo malah ketemu hal yang menurutnya lebih mengagetkan daripada pocong nongkrong sambil main Mobile Legends:

Sukemo.

Sahabat masa kecilnya.

Tapi dia sekarang jadi dukun pesugihan + konten kreator YouTube + motivator spiritual + marketing MLM dimensi lain.

Ia punya channel YouTube bernama:

> “Kekayaan Gaib Untuk Pemula”

Subscribers: 372 ribu

Kolom komentar: penuh orang testimoni pakai bahasa aneh

Thumbnail: mukanya melet sambil pegang kemenyan

Slogannya:

> “Tanpa tumbal, tanpa ribet, paling cuma perlu takut sedikit.”

Sukemo menyambut Parjo dengan pelukan dramatis sambil tertawa khas sales MLM yang sudah closing target:

“Jo, kowe bali to?! Wis wayahe kowe sukses! Neng kene kabeh iso sugih… Mbahmu wae meh sugih… sayang, keburu modyar.”

("Jo, kamu sudah kembali?! Waktunya kamu sukses! Semua orang di sini bisa kaya... Nenekmu hampir kaya... aduh, kamu kaya banget.")

Parjo tertegun. Mulut setengah terbuka. Otak penuh tanda tanya.

Apa benar Mbahnya ikut pesugihan?

Apa benar jenazahnya hilang karena gagal proses?

Dan… apakah dia harus ikut juga biar bisa bayar utang di warung Bu Saripah?

Tapi di balik semua “pesugihan modern” yang diomongin Sukemo… …ada yang lebih sunyi, lebih kelam.

Warga yang kaya mendadak itu… banyak yang tidak pernah terlihat di siang hari. beberapa tidak lagi memantulkan bayangan. dan beberapa tiba-tiba jadi pelupa… termasuk lupa siapa mereka dulu.

Tapi semua tetap tersenyum, tetap pura-pura baik-baik saja.

Desa ini damai. Damai dalam kebohongan.

Dan Parjo telah pulang ke tengah badai yang ia tidak mengerti.

---

Malam itu, di bawah langit pucat dan suara kodok yang terdengar seperti ketawa sinis…

Parjo berdiri di tepi Telaga Kembar.

Airnya hitam tapi memantulkan cahaya bulan seperti kaca yang dijilat waktu.

Tiba-tiba… air telaga bergetar.

Udara jadi dingin.

Dan suara lirih terdengar seperti bisikan dari bawah permukaan air:

“Kowe arep sugih ta, Jo…?”

("Apakah kamu ingin menjadi kaya, Jo...?")

Parjo menelan ludah. Keringat dingin merambat pelan.

Ia ingin lari, tapi rasa penasaran memegang kakinya.

“Sugih sih yo pengin…” katanya terbata, “tapi nek bayar pake opo, aku ra ono opo-po mbah.. paling ya koin receh, sisa ongkos bus kemaren, sama kertas undian hadiah, ya kalau nyawa… nyawaku ae masih kredit mbah!”

("Kau ingin kaya..." katanya tergagap, "tapi kalau kau mau membayarnya, aku tidak tahu harus berbuat apa.. setidaknya sekeping koin, sisa ongkos bus kemarin, sama seperti kupon lotre berhadiah, ya, kalau itu hidupku... hidupku tetaplah pinjaman!")

Wes Mbah, sing gratis mau aku Mbah...

(Sudah Mbah, kalau gratis mau aku, Mbah...)

kalau mau tumbal, Yo wes..aku tak tumbali sandalku Iki wae... biar Mbah gak kepleset sing lumpur licin.. hayo mau ora Mbah..

(Kalau mau tumbal, ya sudat..aku akan tumbali sandalku ini saja... biar Mbah nggak terpeleset di lumpur licin... gimana mau gak Mbah)

Setelah negosiasi berlangsung dan

Tepat ketika ia hendak mundur, air telaga bergerak seperti seseorang sedang berjalan di dalamnya.

Ada putih. Ada kain. Ada rambut panjang.

Sesuatu mulai muncul dari balik kabut…

Lanjut membaca
Lanjut membaca