Semua novel yang kamu inginkan ada disini
Download
Menembus Portal

Menembus Portal

Tenang | Bersambung
Jumlah kata
39.6K
Popular
100
Subscribe
0
Novel / Menembus Portal
Menembus Portal

Menembus Portal

Tenang| Bersambung
Jumlah Kata
39.6K
Popular
100
Subscribe
0
Sinopsis
FantasiIsekaiIsekaiMisteriTeknologi
Ariel seorang anak dari keluarga kaya yang mencoba membuat portal menuju dunia lain naas portal itu kekurangan energi dan membuat portal tidak stabil dan rusak, dan membuat dia terhempas ke dunia lain, karena sistem unik unvers Ariel berbuah manjadi seorang bayi, meski begitu ingatannya masih tetap ada dan mendapatakan kekuatan unik dari sistem uninivers yaitu kekuatan glembung, dan tidak di sangka ternyata dirinya adalah anak yang di ramalkan mengalahkan raja iblis di dunia tersebut
Bab 1

"Selama ini aku seharian bersenang-senang, main game dan jelajahi pulau sendirian – sekarang aku akan mengerjakan 100 persen target hari ini: selesai membuat portal yang sudah kukembangkan seminggu," ucap Ariel dengan nada tegas setelah makan pagi sendiri di meja tamu, tanpa orang tuanya yang sudah pergi 2 hari. Meja itu hanya dipesan nasi hangat, telur balado, dan teh tawar – makanan sederhana yang dia masak sendiri.

"Kapan mama dan papa pulang ya? Aku hubungi dulu, aku rindu karena sudah lama tidak bicara langsung," gumam Ariel dalam hati, matanya menatap taman bunga yang mulai layu. Dia mengambil ponsel tapi tiba-tiba ragu – apa mereka sibuk?

"Sri, bangun," ucap Ariel saat menyentuh tablet di dinding, mengaktifkan kecerdasan buatan yang dia ciptakan setahun lalu.

"Iya, Kaka Ariel, selamat pagi... Kenapa baru sekarang kaka mengaktifkan ku, huaa..." bunyi Sri dengan nada lemah, seolah baru bangun dan menguap. Suaranya yang biasanya jernih sekarang terasa kasar, seolah ada "tidur" yang sungguhan.

"Apakah kau tidur beneran, Sri? Apakah kecerdasan buatan ku berevolusi dan punya kepribadian? Ah, mungkin ini program yang dulu aku lupa masukan – yang bikinmu bisa lelah," Ariel bergumam dalam hati, heran dengan perubahan ciptaannya.

"Tentu, kak, aku juga bisa tidur – lelah setelah seharian pantau rumah dan lab. Kenapa lama sekali kaka aktifkan ku setelah pulang dari pulau? Bolehkah aku pake tubuh robot agar bisa bantu lebih dekat?" tanya Sri dengan harap.

"Maaf, aku lupa. Segera hubungkan video call ke Alex, dan beritahu dia aku rindu mama dan papa," perintah Ariel sambil mengabaikan permintaan robot, matanya ke lembaran catatan portal.

"Baik, perintah diterima. Segera menghubungkan ke Alex via satelit agar sinyal stabil," jawab Sri cepat.

Beberapa detik kemudian, suara Alex terdengar: "Hai Senior Alex, saya Sri, pelayan Ariel. Dia minta sambungkan video call karena rindu dan ingin tahu kapan mereka pulang," ucap Sri jelas.

"Sinyal dikonfirmasi. Akan diserahkan ke keluarga Violet. Halo Master Violet, izin sambungkan panggilan dari Ariel," bunyi Alex yang bekerja untuk keluarga Ariel, memberitahu ayah Ariel melalui ponsel rahasia.

Di sisi lain, ayah Ariel yang sedang rapat di Atlantis berkata: "Wah, mah, ada panggilan dari anak kita. Alex, segera terima – aku tahu dia pasti rindu," perintahnya dengan senang.

Setelah video call terhubung, layar menampilkan wajah mama dan papa yang lelah tapi senang. Mereka berbincang lama – Ariel menceritakan pengalaman di pulau, menemukan batu langka untuk portal, dan progress penelitiannya. Ketika dia tanya kapan pulang, orang tuanya bilang baru bisa 4 hari lagi setelah mengurus keperluan di Atlantis – kota kuno di dasar laut.

"Mereka rapat besar dengan negara-negara legenda lain – Lemuria dan Shangri-La – membahas ancaman dari bangsa langit yang bekerja sama dengan iblis untuk memperbudak manusia," katakan mama Ariel serius. Selain itu, mereka juga terganggu polusi dan limbah yang rusak keseimbangan alam. "Mungkin nanti ada perang besar yang bikin negara tersembunyi muncul, karena bangsa luar bumi juga mau kuasai dunia," tambah ayah Ariel, bikin Ariel terkejut.

Penggilan selesai setelah 30 menit, dan Ariel memutuskan segera selesaikan penelitian – dia merasa tanggung jawab bantu orang tuanya.

"Sri, ayo selesai penelitian dan bersiap petualangan – mungkin aku bisa bantu mama dan papa sebelum mereka pulang," ucap Ariel semangat, berjalan menuju lift ke lab bawah tanah yang hanya bisa dibuka dengan sidik jari.

"Tapi papa dan mama belum pulang, kak. Apa aman tanpa izin? Takut mereka marah, dan kalo ada apa-apa, aku tak bisa bantu dari tablet," katakan Sri khawatir.

"Iya juga, aku lupa izin. Tapi nanti aku kirim video permohonan – jelaskan hanya uji coba kecil dan hati-hati," ucap Ariel sambil merekam video diri dan kirim ke orang tuanya.

"Ting..." Suara lift menandakan sampai lab bawah tanah yang luas – sekitar 500 meter persegi – dengan lantai abu-abu dan lampu LED terang.

"Aku cuma bisa kirim video karena mereka sibuk banget. Urusannya pasti penting banget," ujar Ariel keluar lift, matanya langsung ke portal besar yang hampir selesai.

"Kalau begitu mau kaka, aku ikut kemana pun – meskipun dari tablet, aku akan bantu sebaik mungkin," timpal Sri.

"Hey, kau diprogram untuk melayani ku, jelaslah ikuti perintah. Tapi kamu benar, aku butuh bantu mu yang dekat," ucap Ariel heran tapi senang punya teman di ruang sepi ini.

"Sri, nyalakan semua lampu dan mesin. Hari ini portal harus bisa berjalan!" ucap Ariel merenggangkan badan.

"Siap, perintah diterima. Semua sistem aktif dalam 10 detik," jawab Sri cepat.

"Ngunguuuung..." Suara mesin besar terdengar, merambat di seluruh lab. Lampu menyala terang, menyoroti alat-alat canggih, komputer raksasa, dan monitor data real-time.

"Sri, kuizinkan kamu pake tubuh robot agar lebih cepat bantu – bisa periksa kabel dan alat yang sulit dijangkau," perintah Ariel, akhirnya memenuhi permintaannya.

"Siap laksanakan! Aku pilih tubuh ini!" Suara Sri lebih ceria, dan seorang robot gadis dewasa berusia 26 tahun, rambut pirang lurus dan mata biru cerah, keluar dari ruang penyimpanan. Dia pake baju kerja putih dan sepatu hitam. "Hallo ade tampan, suka gak aku dalam wujud ini? Bisa jalan, ambil benda, bahkan menari lho!" goda Sri.

"Jangan aneh-aneh, nanti ku nonaktifkan! Segera ke komputer periksa sistem portal yang belum selesai," ucap Ariel yang sedang pahat bagian akhir portal, tapi wajahnya sedikit memerah.

Lab itu dipenuhi robot perakit yang bekerja otomatis, komputer prosesor canggih, dan monitor peta dimensi lain. Ada 5 robot pekerja yang bisa jadi wadah AI atau bergerak otomatis. Jadi Ariel tidak perlu bikin portal pake tangan sendiri.

Sementara itu, Ariel berhenti sejenak dan lihat Sri yang sibuk mengetik. Tingkah lakunya – cara kerja, menyapa, bahkan godaan – bikin Ariel heran.

"Tak kusangka programku berjalan sempurna, layaknya manusia yang punya kepribadian. Aku gak sadar itu program yang kukasih beberapa bulan lalu – bikin dia nakal, ceria, tapi juga cerdas dan tanggung jawab," gumam Ariel dalam hati, kagum melihat ciptaannya.

"Segeralah rampungkan sistem keamanan yang dikerjakan mama dan papa kemarin – yang mencegah makhluk jahat masuk bumi," perintah Ariel.

"Siap, kak, maaf tadi cuma becanda – sekarang aku serius," ucap Sri segera ke komputer lain, kerjakan rumus sistem lanjutan.

Ariel dan Sri bekerja giat. Setelah 2 jam, portal selesai 100 persen. Mereka uji coba energi, sistem keamanan, dan sinyal ke beberapa dimensi.

"Lapor, Kaka Ariel! Semua selesai! Sistem keamanan aktif 100 persen dan sinyal bisa sampe 5 dimensi!" ucap Sri serius.

"Bagus, terima kasih. Aku akan pasang batu langka – 2 hijau untuk energi positif, 2 merah untuk proteksi. Segera analisis, Sri," ujar Ariel mengambil batu dari kotak kayu, pasang di tempat penyimpanan energi portal.

"Siap, analisis dimulai – energi stabil 98 persen. Pas pake penuh, jadi 100 persen dan bertahan 7 hari. Data akan dikirim ke komputer mu," jawab Sri.

Layar komputer menampilkan laporan:

- Pembangunan portal: 100 persen

- Sistem dan sinyal: 100 persen

- Sumber energi: 98 persen (100 persen siap digunakan)

- Uji coba pengaktifan: 100 persen siap

"Kalau begitu, aku akan mulai pengaktifan portal – semoga ini bisa bantu mama dan papa melawan ancaman mereka," ucap Ariel berdiri di depan tombol emas yang besar, tangannya siap menekannya...

Lanjut membaca
Lanjut membaca